Chapter 8
(Author's POV)
Hide hanya menyerengit heran saat ia berjalan di koridor sekolah dengan para siswi yang memekik girang sambil memeluk sebuah bungkusan berwarna coklat dan berpita. Di sudut sana, Hide juga menemukan ada seorang siswi yang sedang menyerahkan sebuah kotak berwarna pink cerah pada lelaki yang Hide kenali adalah seorang kapten baseball di sekolahnya.
Bukannya ia tidak tahu sekarang ada event apa. Tapi Hide mencoba tidak peduli saja –yah... alih-alih memang dia cukup benci dengan perayaan hari ini.
Hari dimana kau banyak melihat warna pink, bunga dan coklat. Tanggal 14 Februari. Dimana hari itu masih berada di musim dingin yang hampir habis. Dimana banyak gadis berlomba-lomba membuat coklat hanya untuk diberikan pada lelaki yang di sukainya. Yups! Hari valentine!
Hide sungguh sangat membencinya. Alasannya? Pertama, Hide malas dengan hal-hal yang menurutnya kurang menguntungkan untuk dirinya sendiri. Kedua, ia benci warna pink! –hell! Mana ada seorang lelaki yang menyukai warna pink? Oh! Mungkin jika ada, laki-laki itu adalah aktor JGV (Japanese Gay Video) yang posisinya sebagai uke –atau apalah itu. Ryou sering menyebut Hide dengan panggilan uke yang manis. Menjijikkan –sungguh! Dan alasan terakhir, yaitu ketiga, setiap tahun, Hide tak pernah mendapatkan satu bungkuspun coklat dari gadis manapun. Itu membuat hatinya terluka! Hei, bahkan cowok kutubuku yang berkacamata pantat botol pun dapat coklat! Masa Hide yang imut, manis dan menggemaskan ini tidak dapat, sih? Dunia tidak adil! –begitulah jerit Hide.
"Kenapa hari seperti ini sih?!"
Hide berjalan dengan kaki yang dihentakkan memasuki ruang kelas. Ia memutar kedua bola matanya lagi. Tidak di luar, tidak di kelas, ada juga gadis-gadis yang masih memekik seraya memeluk kotak berwarna pink cerah itu dengan manja. Menjijikkan!
Kenapa dari semua gadis yang ada di sekolah ini tak ada yang memberiku sekotak coklat?!
Hide menggeram!
Kedua tangannya terkepal kencang. Bahkan saking kerasnya ia menggeram, ada salah seorang teman kelasnya mencoleknya.
"Apa?!" tanya Hide ketus.
Pemuda bertubuh kurus kecil dan berkulit pucat itu memandangnya tanpa dosa.
"Maaf. Tapi kau sedari tadi menggeram keras. Kukira toilet di sekolah banyak yang kosong."
"KAU KIRA AKU SEDANG INGIN PUP, HAH?!"
Pemuda itu masih memandanginya dengan wajah tak bersalah, sebelah tangannya terangkat lalu mengusap wajahnya.
"Maaf, tapi ludahmu muncrat ke mukaku. Baiklah. Sekali lagi aku bilang toilet –"
"AKU TIDAK BUTUH TOILET!"
Dan tetap masih berwajah tanpa dosa, pemuda itu terhuyung ke kanan dan hampir jatuh karena dorongan Hide yang cukup keras pada tubuhnya.
"Kau kenapa?" tanya Haruto sesaat setelah Hide mendudukan dirinya di kursi sebelahnya.
Seperti biasa, Haruto sudah datang lebih awal. Duduk tenang di bangkunya seraya membaca buku yang nanti akan di pelajari di kelas. Siswa rajin. Sangat. Tidak seperti siswa yang di sebelahnya.
"...."
Hide tak menjawab pertanyaan Haruto, ia masih mengendalikan napasnya yang tak beraturan akibat emosi.
Menghela napas pasrah, Haruto meraba laci mejanya lalu mengeluarkan sebuah kotak berwarna pink berpita merah dari sana.
"Ini."
Hide berbalik, memandang Haruto dengan wajah terkejut.
"Apa....ini?"
"Coklat."
"Coklat?"
Haruto mengangguk, tampak heran, kenapa Hide mesti terus-terusan bertanya dan tidak segera menerima coklatnya. Padahal setahunya, Hide suka coklat kok.
"Kau me-memberikan ini untukku?"
"Iya. Kenapa?"
"KAU SUKA DENGANKU?!"
Hide tidak menyangka. Ternyata selama ini, Haruto memendam rasa padanya. Bahkan Ryou yang sudah terang-terangan menyukainya tidak memberikan coklat padanya.
"Bukan itu bodoh!"
"Eh?" –jadi bukan ya? Syukurlah!
"Kau kan suka coklat. Ini aku berikan. Bukan bermaksud apa-apa. Ini pemberian dari siswi sebelah. Karena aku tidak suka coklat, jadi kuberikan ini padamu."
Tunggu! Hide yakin, bahwa temannya ini tidak pernah terlihat berjalan dengan seorang siswi disini. Tapi kenapa dia –
"Kau dikasih coklat? Oleh siswi kelas sebelah?"
Haruto mengangguk, menaikkan sebelah alisnya heran, "Kenapa?"
Hide mendengus sebal.
Tuh kan! Bahkan Haruto yang tak peduli akan hari ini juga mendapatkan coklat!
Dengan kasar, Hide menaruh tasnya di meja. Tanpa mengindahkan pemberian coklat dari Haruto, Hide pun pergi meninggalkan kelas dan ia sempat menabrak salah seorang siswa yang baru masuk kelas.
"Nah! Dapat!" –tapi sialnya, saat ia keluar kelas. Tangannya di tangkap oleh tangan seseorang yang lebih besar darinya. Ia membalikkan badannya. Dan terlihatlah orang yang sedang memegangi tangannya,
" –Ryou! Le-lepaskan –"
"Ayo ikut aku!"
*****
"Aku kembali saja ke kelas!"
"Tidak bisa!" Ryou memegang tangan Hide yang lebih kecil darinya kuat-kuat. Ia memandang Hide dengan sebelah alis menaik.
Hide mendecih. Kedua bola matanya ia edarkan ke sekelilingnya. Di sini –tepatnya di halaman samping gedung sekolah yang sepi, ia duduk bersama dengan cowok paling Hide sebal di atas kursi taman panjang berwarna putih. Alasan kenapa Ryou membawanya pun, Hide tidak tahu.
"Kau mau apa sih? Sebentar lagi bel masuk tahu!"
"Jam pertama kosong. Tidak akan bel sampai jam istirahat kukira."
"Kenapa?"
Ryou memutar kedua bola matanya bosan, "Ini hari Valentine, dan para sensei memberikan waktu luang untuk para siswa memberikan coklat kepada orang yang di sayanginya."
Hide mengerucutkan bibirnya sebal. Bahkan guru pun sangat antusias dengan hari ini! Kalau tahu begini, Hide mungkin berangkat nanti saat jam makan siang!
"Lalu tujuanmu membawaku kesini untuk apa?"
"Tentu saja menghsbiskan waktu denganmu sampai bel masuk."
"Males banget~"
"Oh ayolah... ini adalah tempat yang sepi dan aman. Dan aku tidak mau sendirian disini."
Kembali Hide memandang Ryou dengan pandangan heran –ini orang ngomong apa sih?
"Aman dari apa? –oh! Jangan bilang kau bawa CD blue film. Karena nanti presiden sekolah akan –adududuhhhh! Sakitttttt~" Hide mendelik tajam pada Ryou yang menginjak kakinya keras-keras.
"Ngomong aja sepuasmu. Aku disini bukan untuk itu. Tapi untuk –"
"KYAAA.... ITU RYOU-SENPAAAII!"
"KYAAAAA~~~"
GRUDUK GRUDUK GRUDUK
Tiba-tiba pekikan seorang gadis yang memanggil nama Ryou keras-keras terdengar, disusul dengan teriakan kompak dari beberapa gadis lain yang tiba-tiba muncul. Empat....lima...tujuh... sepuluh... lima belas... LIMA BELAS?!
Lima belas gadis berbondong-bondong lari kearah Hide dan Ryou dengan muka memekik senang dengan masing-masing membawa kotak berbagai bentuk yang di dominasi dengan warna pink dan berpita.
"Waduhh... gawat!" Hide melirik ke sebelahnya, dimana Ryou sudah pucat pasih sembari mendesis khawatir.
"Kyaa... senpai kemana aja sih? Ini coklat dari saya~"
"Saya..saya! ini terimalah Ryou-kun!"
"Ahhh... aku!"
"Ini dari aku.... tolong makan sampai habis –"
"Minggir! Aku yang pantas memberi coklat ke pangeran Ryou." (kalimat ini membuat Hide mendadak sakit perut)
Suara berisik, membuat Ryou menutup kedua telinganya, para gadis itu beberbut memberikan coklat padanya. Karena sudah pengap, Ryou berdiri dan menjauhi mereka. Namun, apadaya, mereka tetap mengikuti Ryou kemanapun.
Sementara Ryou masih sibuk melayani para fangirls nya, Hide mendelik sebal padanya.
Grrrrrr.....
Setiap tahun memang Ryou adalah target utama dari para gadis untuk diberikan coklat!
Hide bersedekap, bibirnya ia kerucutkan!
"Dasar mesum, katanya suka denganku, tapi apa? Toh dia terlihat senang dikelilingi gadis-gadis!"
Ini bukan cemburu loh!
Iya! Ini bukan cemburu! –Hide mencoba menekankan kata itu.
Hide hanya menyatakan fakta bahwa Ryou itu hanya seorang cowok mesum yang colek sana-sini.
"Aku tidak tahu bahwa setiap tahun aku harus mengalami hal seperti ini."
Sebenarnya Hide ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat melihat Ryou kembali duduk disampingnya sementara para siswi tadi pergi entah kemana.
Lihatlah Ryou sekarang! Hancur! Seragamnya tak serapi tadi. Dasinya kendur kebawah, jas seragamnya sudah ia lepas dan ia gulung di lengannya –sepertinya itu sudah amat kusut, dan kemejanya sudah keluar dari celananya plus kusut disana sini.
Hide melirik Ryou yang kini sedang meletakkan tas berwarna coklat besar yang berisi coklat di space kursi yang kosong di samping Ryou.
"Kau habis terkena badai?" –kali ini Hide menggigit pipinya dari dalam agar tidak tertawa.
"Apa? Kau pasti ingin menertawaiku kan?"
"Tidak. Aku sudah sering melihatnya tiap tahun."
Ryou memutar kedua bola matanya. Lalu ia mengangkat tas yang berisi coklat-coklat itu ke pangkuan Hide.
"Ini. Semuanya untukmu. Hanya melihatnya saja aku sudah mau muntah."
Yeah... Ryou sejak sekolah menengah pertama memang sudah sangat populer karena wajah tampannya, ia tak akan kaget jika melihat loker dan laci mejanya dibanjiri coklat dari para siswi. Padahal Ryou sangat membenci coklat. Jadi, setiap tahun, Ryou memberikan coklat itu semua pada Hide. Yang pasti Hide akan bagikan pula pada keluarga bahkan tetangga-tetangganya.
Dan fakra ini membuat Hide kembali menaikkan sebelah alisnya.
Kenapa orang yang tidak suka coklat bisa mendapatkan coklat di hari Valentine, sedangkan aku yang menyukai coklat, tak dapat satupun dari seorang gadis! –Hide berpikir, bahwa ini sungguh konyol!
Tidak seperti Haruto yang ia tolak coklatnya, Hide malah mengambil coklat berukuran sedang di dalam tas itu, untuk kemudian ia buka bungkusnya dan memakannya sekaligus dengan potongan besar-besar.
"Terkadang, coklat bisa mengurangi setres yang aku alami." –lalu Hide menghela napas.
"Benarkah?"
Hide mengangguk. Bungkusan pertama telah habis, lalu ia mengambil lagi untuk kembali memakannya seperti tadi.
Hide tak menyadari, bahwa sedari tadi Ryou memandanginya dengan raut wajah senang setiap melihat Hide menikmati coklat itu, "Pantas kau manis." Celetuknya tanpa sengaja.
Hide berbalik memandang Ryou, "Apa?"
Bukannya menjawab, Ryou menggeleng. "Ada sisa coklat di sudut bibirmu."
"Oh? Mana?" Hide hendak mengusap bibirnya, namun pergerakan tangannya terhenti saat tangan Ryou memeganginya.
"Disini." Dengan cepat, Ryou memegang tangan Hide kuat dan mencodongkan tubuhnya untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Hide.
"Ryou kau –"
Dan Hide membeku....
..... kini bibir lembut Ryou telah menempel lembut dibibirnya.
Ryou tersenyum manis setelah melepaskan ciumannya itu. Memandang Hide yang masih diam tak bergerak.
"Bibirmu kini sudah bersih."
Eh?
Tadi.... itu trik?
EHHHHHH?
"DASAR MESUUUUMMM!!!"
Dengan kesal, Hide menjejalkan sisa coklatnya pada mulut Ryou hingga penuh. Lalu tanpa peduli lagi, ia melenggang pergi meninggalkan Ryou yang kini terbatuk seperti menghentikan napasnya sejenak.
*****
Ryou tidak tahu, kenapa hari ini sekolahnya ramai sekali. Padahal sesi pemberian coklat sudah selesai. Tapi apa ini?
Kenapa di gerbang sekolah ramai banyak siswa berkerumun?
Karena penasaran, ia mendesak ke kerumunan itu dan berjinjit. Ia melihat samar-samar ada mobil mewah berwarna merah terparkir tepat di depan gerbang.
Mobil siapa itu?
Setahu Ryou, tidak ada siswa di sekolahnya yang memakai mobil semewah itu.
Lalu Ryou kembali mendesak maju ke depan. Namun ia masih saja terhalang karena ada siswa super jumbo yang berada tepat di hadapannya.
Tak menyerah, ia pun bertanya pada salah satu siswa laki-laki yang tak ia kenali yang berada di sampingnya.
"Maaf, memang di depan ada apa?"
Pemuda itu menoleh, "sebenarnya aku juga kurang tahu, tapi yang kudengar, Fumio Hideki di jemput oleh seorang pemuda sangat tampan –mungkin dia model? Aku juga tidak tahu."
Jantung Ryou tiba-tiba berhenti berdetak.
Dengan perasaan yang gamang, ia pun mendesak lebih kuat untuk bisa ke depan.
Tidak!
....tidak bisa!
Apa dia kembali?
—-dan mengambil Hide dariku?
Saat Ryou sudah berada di depan, dengan napas memburu, ia melihat, Hide dibawa masuk oleh seorang pemuda yang memang tampan dengan pakaian stylist menuntun Hide dengan memeluk bahunya agar masuk ke mobil mewahnya.
Ryou menggeleng kuat-kuat "Kimisawa..."
Tbc
A/N : mampus lo Ryou! Idup lo kagak tenang lagi kan? Hahaha *sadis*
Maaf ya aku update nya lama. Soalnya yahh... aku memang masih terkena penyakit malas, terus laptop tua ini gak mau bersahabat, mau pinjem laptopnya kakak entar ketahuan aku bikin cerita ginian –nah kan!
So..... berikan vote dan komentar pada part ini ya guys~ berharap part ini bisa menambah voters dan komentatornya(?) #halah!
Okeee... akhir kata,
Arigatchu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top