Chapter 6

(Author's POV)

Hide menggigit-gigit pensil yang ia gengam dengan kedua matanya yang menerawang ke atas. Pikirannya tertuju pada cerita masalalu. Tepatnya setahun yang lalu saat Ryouta, sang sahabat menyatakan cinta padanya, saat ia tahu sahabatnya itu ada kelainan seksual dan saat ia tahu, Ryouta adalah pemuda paling mesum yang pernah ia kenal.

Hide kembali menarik napasnya dalam-dalam. Ia sungguh menyesal karena tak bisa merubah sahabatnya kembali normal seperti sedia kala. Malah ia justru berusaha menghindarinya.

Tentu saja dia harus rajin-rajin menghindar darinya!

Hei! Ingatkah kalau Ryou itu orang pervert yang Hide kenal? Ia selalu saja mencuri waktu hanya untuk menciumnya dan tak mengenal tempat.

Haruskah Hide terus-terusan menghindar atau mencoba kembali dekat dengannya dan berusaha menyembuhkannya?

Tapi bagaimana nanti saat ia mendekatinya, ia jadi tak virgin lagi?

Hide menggeleng kepalanya kuat-kuat.

Arghhh!! Ia sendiri pusing jika harus memikirkan hal ini.

"Eh?"

Lamunannya tiba-tiba terhempas ke dunia nyata, saat ia merasakan sentuhan lembut yang ia rasa dari permukaan kulit pahanya.

Segera saja Hide melihat ke bawah, dimana sebuah tangan dengan usilnya menggerayangi pahanya dengan perlahan. Dan saat kedua matanya tertuju pada wajah sang pemilik tangan, wajah Hide langsung memasang mode marah –ingin menonjok wajah –yang sialnya –tampan itu dengan kepalan tangannya.

"Tanganmu menyingkir sekarang, atau kupotong?"

Ancam Hide dengan nada penuh sarkastik dengan kedua mata melebar memandang pemuda yang ada di sampingnya itu, yang sekarang malah menyeringai mesum yang sangat Hide benci.

Oh iya, Hide lupa. Sekarang ia berada di rumah orang yang tadi ada di pikirannya. Tebak siapa dia?

Yups!

Dia adalah Satoru Ryouta.

Bagaimana Hide bisa lupa kalau sekarang ia berada di kandang raja singa –ups! Maksudnya di kamar Ryou. Asalnya sih ini mau belajar. Sudah menjadi kegiatan rutin bagi Hide sekarang untuk belajar bersama Ryou karena menjelang ujian kelulusan. Namun, semakin hari ia merasa hidupnya terancam karena ini. Jika bukan karena suruhan ibunya, Hide tak akan rela tubuhnya di sentuh-sentuh oleh Ryou saat kegiatan belajarnya berlangsung.

Bukannya Ryou menuruti ucapan Hide, dia malah masih meneruskan aksinya. Malah kini tangannya semakin menuju atas, dan itu sungguh membuat Hide risih luar biasa.

Plakk!

"Disuruh berhenti malah makin menggila!" karena tak tahan, Hide memukul tangan Ryou yang hendak menjamah seluruh tubuhnya. Ia mendelik sebal pada sahabatnya yang kini memegangi telapak tangannya yang memerah akibat pukulannya tadi.

"Tak pakai kasar bisa tidak? Aku ini gurumu!"

Hide memutar kedua bola matanya bosan, "Yeah, tepatnya guru mesum yang melakukan pelecehan seksual pada muridnya"

"Oh ayolah! Kau kan pacarku. Mana bisa ini disebut pelecahan!" ucap Ryou agak kesal. Ia mendekatkan lebih tubuhnya pada Hide yang malah dengan refleks menjauh mundur.

"Berani mendekat! Kau akan mati!" ancamnya dengan menunjuk-nunjuk Ryou dengan marah.

Sedangkan Ryou tetap mendekati Hide dengan seringainya. Kedua matanya ia fokuskan pada objek yang begitu menarik perhatiannya sejauh ini. Ryou sebenarnya ingin tertawa melihat wajah Hide yang terlihat ketakutan itu. Dan saat tubuh Hide yang dari tadi mundur menabrak sebuah lemari dan tak bisa bergerak lagi, Ryou kini tahu, kemenangannya ada di depannya.

Hide tahu, ia sering tidak beruntung jika sudah seperti ini, maksudnya, ia selalu mendapat halangan jika Ryou sudah memunculkan aksi tak senonoh padanya yang kadang membuat Hide merasa amat sangat ketakutan.

Dan kini, tubuhnya terjepit antara lemari pakian Ryou, dan di depannya, kini ada Ryou yang sedang mendekatkan wajahnya pada wajah Hide.

Dalam hati Hide bergumam sudahlah! Ini hanya sebuah ciuman. Bukankah bibirku sering dikecup oleh Ryou? Namun, disisi kewarasan Hide, ia menolak keras! Ia tidak ingin bibirnya kembali ternodai untuk ratusan kali –hell! Bahkan Hide tidak tahu sudah berapa banyak Ryou menciumnya.

Dan saat wajah Ryou hanya berjarak 2cm dari wajahnya, Hide refleks menutup mata. Dan kini ia tahu, pasti Ryou sedang menyeringai senang karena keinginannya segera terwujud.

"OH IYA!!!"

Ryou tersentak kaget saat mendengar teriakan Hide yang cukup keras dengan kemudian disusul dorongan cukup keras pada tubuhnya hingga dirinya jatuh terduduk kebelakang.

"Hei! Apa-apaan sih?!" ucap Ryou dengan tatapan tajam darinya. Hide malah tersenyum lebar menatapnya. Membuat Ryou menaikkan sebelah alisnya tinggi melihatnya.

"Aku ada hadiah untukmu!" ucap Hide ceria sambil bertepuk-tepuk tangan layaknya anak kecil.

Ryou memandanginya yang kini Hide berjalan dengan riang menuju tas hitamnya yang ia letakkan di atas ranjang king size miliknya.

Shit! Kenapa Hide begitu cute dengan semua tingkah yang dia lakukan? –gumamnya dalam hati. Ia mencoba menahan hasratnya untuk menerkam Hide pada pelukannya hingga tenggorokannya terasa kering.

"TADAAA~"

Hide menunjukkan sesuatu yang disebut hadiah itu di depan muka Ryou. Benda itu tertutupi kain berwarna hitam. Dan tidak nampak seperti sebuah kado yang berisi hadiah.

"Apa itu?" tanya Ryou dengan memasang wajah penasaran sekaligus curiga dengan sesuatu yang terbungkus kain hitam yang ada di depannya.

"Hadiah! Ini untukmu. Terimalah."

Tidak!

Ryou mengernyit curiga dengan benda yang Hide sodorkan padanya. Hide terlalu ceria saat ini.

Pikirkan lagi coba? Alasan apa yang membuat Hide terdorong untuk memberinya sebuah hadiah?

"Aku curiga."

Seketika wajah bahagia Hide memudar dan tergantikan wajah masamnya.

"Kau tidak percaya padaku?" Hide menunduk. Menarik kembali benda bersarung hitam itu dan memeluknya dengan kedua tangannya di depan dada. Bibir peachnya mengerucut.

"Sial! Sial! Sial!

Ryou menggeram, ia sungguh tidak kuat melihat Hide seperti itu. Jika Hide seperti ini, ia seperti kucing yang sedang memelas.

Arghh! Berhentilah berpikiran kotor otak! Hide mencoba memperingatkan dirinya sendiri.

"Baiklah. Sini." Ryou mengambil benda yang ada di pelukan Hide tanpa permisi, hingga Hide sedikit kaget dan ia segera menutupinya dengan kembali tersenyum sumringah.

Ryou mulai membuka bungkusan kain hitam itu dengan sesekali melirik Hide yang masih melebarkan kedua bibirnya untuk tersenyum. Dan itu membuatnya bertambah ragu untuk membukanya.

"Cepatlah~ kenapa kau lama sekali untuk membukanya. Itu spesial loh dari aku~"

Tenggorokan Ryou kering, ia tak tahan lagi. Dengan cepat ia membuka kain penutup berwarna hitam itu. Dan betapa kagetnya ia saat pembuka itu dibuka, ternyata adalah toples kue yang berisi –

"KODOK?! ARRGHHTT –"

"BUAHAHHAHA....."

Hide sudah tidak kuat lagi saat melihat wajah Ryou berubah pucat saat melihat isi hadiah yang ia berikan padanya. Dan Hide semakin terbahak keras ketika Ryou melemparkan topless berisi kodok itu, untung toples itu jatuh di ranjang jadi tak pecah di lantai, sedangkan Ryou? Ia langsung bergerak mundur di sudut kamar dengan wajah pucat dan keringat dingin, wajahnya yang sering terlihat cool dan tanpa ekspresi kini luntur menjadi seorang Ryou yang konyol hanya karena seekor kodok.

Kemarin, pada hari minggu, Hide tak sengaja mendengar teriakan Ryou yang dari halaman karena seekor kodok. Ryou meneriakkan paman Yamato –sopir pribadi ayahnya Ryou untuk membuang kodok itu. Dan seketika Hide teringat, ingatan itu mungkin hampir hilang jika tidak ada kejadian kemarin. Ia ingat kalau Ryou sejak kecil memang takut dengan kodok. Bahkan Hide ingat, dulu Ryou menangis hingga sesak napas saat Hide tak sengaja menaruh kodok hijau di telapak tangan Ryou. Padahal kodok itu amatlah kecil.

Jadi, pada sore harinya, Hide rela berjalan satu kilometer dari rumahnya menuju sungai hanya untuk mencari kodok. Ia berniat, kalau keselamatannya terancam oleh Ryou, ia akan menyerahkan kodok itu pada Ryou.

"HIDE! BUANG KODOK ITU! CEPAT!"

"BUAHAHAHA –RYOU...kau –ugh! Hahaha..."

Hide tak kuat lagi. Ia tertawa hingga jatuh tertunduk memegangi perutnya dan sebelah tangannya memukul-mukul lantai. Ia tak memedulikan bahwa Ryou sudah pucat pasi menahan ketakutannya.

Namun, Hide segera menghentikan tawanya saat melihat Ryou yang kini bergetar ketakutan dengan ini.

Apa aku keterlaluan mengerjainya?

Bahkan Hide tidak tahu alasan apa yang membuat Ryou ketakutan terhadap makhluk amphibi itu.

Menghela napas, hide berjalan untuk mengambil toples kaca berisi kodok itu.

"Jangan mendekat!"

Sebenarnya Hide ingin tertawa lagi, biasanya Ryou ingin sekali ia mendekat padanya, tapi kini saat Hide mendekat, Ryou malah menolaknya.

"Loh? Bukannya kau senang jika aku mendekatimu?"

Ia menggeleng cepat. "Tidak jika kau memegang makhluk itu."

"Ck! Badan saja yang berotot dan tinggi besar. Makhluk sekecil ini saja sudah ketakutan setengah mati."

"Aku tidak takut! –tapi...tapi aku geli! Jijik melihatnya!"

Hide terkekeh mendengarnya.

"Jangan tertawa, Hide!"

"Oke...okee.. aku akan menutupnya kembali. Padahal juga ini kodok ada di dalam toples" Hide mengambil kain penutup hitam yang tergeletak dilantai untuk menutupkannya pada toples kaca itu. "nah, sudah tak terlihat. Sudah jangan memasang wajah tersiksa seperti itu. Kau seperti bukan Ryou saja."

Terlihat, Ryou bernapas lega. Ketegangan yang sedari tadi Ryou alami, lama-lama melemas.

Hide mengambil tasnya dan menggantungkannya dibahu. "Sudah pukul sembilan malam. Aku pulang dulu."

Hide hendak memegang gagang pintu kamar Ryou, tapi Ryou memanggilnya.

"Apa?"

"Ciuman selamat malam?"

Hide memutar kedua bola matanya. Segera saja ia membuka pembungkus toples kodok itu, "Kau ingin aku melepaskan kodok ini di kamarmu?"

Ryou menggeleng kuat-kuat dan wajahnya kembali memucat.

"hahaha....bagus!"

"Kau...tidak berniat menjauhkanku melalui cara ini kan?"

Seharusnya Hide menjawab 'Ya. Dengan kodok ini, aku bisa menjauhkanmu dariku jadi aku bisa bebas!

Tapi melihat wajah Ryou yang kecewa dan nada suaranya yang terdengar putus asa, Hide mengubur ucapan yang akan ia lontarkan.

Dan Hide tersenyum, memilih mengganti ucapan yang ada dipikirannya tadi, "Tidak. Aku tak mungkin melihat sahabatku tersiksa karena seekor kodok. Aku juga tak berniat menjauh darimu –yeah alih-alih kau memang sangat kurang ajar sifatnya."

"Hide kau..."

"Selamat malam. Ketemu lagi besok di sekolah."

Dan pintu tertutup saat Hide mengucapkan salam perpisahan. Meninggalkan Ryou yang memegangi dada sebelah kiri yang berdetak dengan cepat.

"Ucapan Hide tadi..." tanpa terasa Ryou tersenyum manis, amat manis, bukan seringai yang biasa ia tujukan, "...apa dia sudah ada rasa denganku?"

Tbc

A/N : aku ngakaks dg chapter ini. Terinspirasi oleh kakak saya yg phobia ulet. Aku jadi bikin ginian XD iya aku kadang jahil ke kakak saya dengan nakutin ulet. Wakakaka udah dewasa, cowok lagi, kalo liat ulet kakak saya langsung pucet pasi hampir nangis :p

ugh~ maaf lama banget update nya. Saya lagi kena penyakit malas. Gak tahu kenapa. Mungkin karena kebayakan tugas jadi seperti ini. Otak saya terforsir buat mikirin tugas~

Ini belum ada konfliknya, aku juga gak tahu. Bawaannya kalau nulis ini, suasananya ceria mulu.

Terimakasih yang kemarin udah beri vote dan komentar. Banyakin lagi ya vote nya dan jangan malas kasih komentar.

Saya mau promosi juga nih. Yang tahu cerita 'Love You More' yang udah tamat itu, kini udah ada saquelnya. Saya baru buat sechapter. Masih belum banyak yang tahu cerita itu jadi saya belum nerusin. Hahaha...

Sekian cuap-cuap gak jelas dari saya. Jangan lupa Voment dan Arigatchu~ :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top