Chapter 4
"Let it go~"
"No!"
"Let it go~"
"No!"
"Let —"
"Hide, kau ini sedang berusaha melarikan diri atau jadi princess Elsa?!"
Ryou berhenti melangkahkan kakinya yang tengah menyeret Hide untuk ikut dengannya. Tadi, seusai ia menangkap Hide yang sejak pagi kabur terus darinya, Ryou langsung saja menyeret Hide untuk menuju ke suatu tempat. Jika kau berpikir Hide di seret oleh Ryou dengan memegang tangannya, kau salah besar!
Dari sekolah menuju jalan raya yang hampir menuju jarak 1 kilometer ini, Ryou menyeret Hide dengan memegang kerah bagian belakang sehingga Hide berjalan mundur selama hampir 1 kilometer jarak tempuhnya.
Hide menghela napas, keringatnya berjatuhan dari dahinya hingga ke leher putihnya.
"Akhirnya kau berhenti juga menyeretku." Dengan jas seragamnya, Hide menyeka peluhnya. Ia kembali menghela napas dalam-dalam.
Ryou memutar kedua bola matanya dengan bosan. "Aku seret lagi!"
"Eittsss! Tunggu dulu...tunggu dulu... kau mau bawa aku kemana?"
"Rahasia!"
"Kalau tidak mau ya sudah. Ijinkan aku pergi!"
"Tidak bisa!" Ryou kembali memegang bagian belakang kerah seragam Hide, namun dengan cepat Hide menepisnya.
"Setidaknya kau harus lebih sopan saat membawaku!"
"Sopan tidak ada di kamusku jika orang itu adalah kau."
Hide menunjukkan wajah kesalnnya "Katanya kau menyukaiku, tapi kenapa tidak bersikap manis padaku?"
Ryou menghela napas —lagi, dan ia memandang Hide yang kini menunduk sambil memainkan lengan tasnya.
"Aku memang menyukaimu, tapi kau hari ini bersikap tak manis padaku. Jadi —" tanpa berkata lagi, Ryou langsung menarik Hide dengan cara yang seperti sebelumnya.
"Hei! Hei! Hei! WOII RYOU —"
"Berisik! Orang-orang pada ngelihat kita dengan aneh."
"Itu karena caramu menyeretku —Hei! Hei! Wah parah ini orang —BE FREE~"
"Tidak ada kata bebas jika kau sudah di tanganku."
"BE FREE~"
Ryou menghela napas bosan. Memang benar. Dia sudah gila karena bisa menyukai orang gila dan freak macam Hideki. Lihat saja sekarang, dia ingin bebas. Tapi dia meminta bebas dengan sebuah nyanyian. Tadi lagu Frozen dari animasi Disney. Dan sekarang lagunya siapa lagi yang sedang ia nyanyikan?
Hide berhenti, dan melirik Hide yang ada di belakangnya "Lagu siapa yang sedang kau nyanyikan."
Hide tampak berpikir sebelum menjawab "Kalau aku mengatakannya, kau mau melepaskanku?"
"Jangan harap." —dan Ryou kembali menyeret Hide lagi.
"OKEE FINE! Itu lagunya FT"
"FT apa? Di Jepang tidak ada band bernama itu."
"Kau yang tidak up to date. Dua tahun lalu aku nonton kok di Saitama sama Iva. Kau tahu, gitarisnya buka baju loh waktu konser. Ototnya —arghhh!"
"Kamu Horny liat gitarisnya?"
Hide tersentak kaget "Ap —hei! Aku normal. Asal kau tahu saja. Kemarin aku datang ke theater AKB48."
Namun Ryou terlihat tidak mendengar semua ocehan Hide dan malah ia balik memberikan tatapan tajam pada Hide.
"Apa?" tanya Hide sedikit ketakutan dipandang seperti itu.
"Aku dengan gitaris itu berotot sapa?"
"Entahlah. Aku kan belum melihatmu tanpa baju —"
Hide kaget saat Ryou kembali menariknya dengan tiba-tiba.
"Hei —aduh! Kita mau kemana sih?"
"Hotel."
Hide membelalakkan kedua matanya. Ia bahkan hampir muta saking terkejutnya mendengar satu kata yang terucap dari bibir Ryou.
"Apa? Hotel? Jadi hari ini....kau —ASTAGA!"
Terlambat.
Hide kembali di tarik oleh Ryou. Bukan kerah bagian belakangnya. Kali ini Ryou sedikit ber-perikemanusiaan dengan menyeret Hide dengan memegang tangannya.
Berbeda dengan raut wajah Ryou yang dingin tak berekspresi, Hide sudah panas dingin setelah mengetahui arah tujuan mereka. Hotel. HOTEL?!
Oh bagus...
Kini nasib masa depannya diujung tanduk. Ia tak mengira bahwa hari ini adalah hari dimana bagian belakangnya akan dijebol oleh sahabatnya sendiri.
Tidak!
Hide menggeleng kuat-kuat. Melihat ke kanan-kiri berharap menemukan seseorang yang bisa menolongnya. Dan ... yups! Ada pria paruh baya yang sedang duduk di halte ujung sana.
"Paman! Paman! Tolong aku~" mata Hide berkaca-kaca dan membuat wajahnya semenyedihkan mungkin.
Pria itu menurunkan korannya dan melihat Hide yang masih diseret-seret oleh Ryou dengan tangannya yang menggapai-gapai padanya.
"Oii nak~ berhenti disitu."
Merasa terpanggil, Ryou berhenti dan menengok kebelakang. Melihat ada seorang pria yang belum terlalu tua berjalan ke arahnya.
Hide bernapas lega. Setidaknya kali ini pantatnya akan selamat. Ia mengelus-elus bokongnya dengan penuh syukur.
"Ada apa?" ucap Ryou dengan muka datarnya.
"Kenapa kau menarik-narik temanmu seperti itu? Lihat dia," pria itu menunjuk Hide yang sedang mengerucutkan bibirnya dengan wajah penuh rasa sedih yang membuat siapa saja merasa iba padanya.. "dia terlihat kesakitan."
Hide mengangguk setuju "Paman, tolong aku. Aku mau di perko —HUMMPHH"
Belum sempat Hide menyelesaikan perkataannya, Ryou langsung menutup mulut Hide dengan tangannya yang bebas.
Pria setengah aya itu mengernyit curiga, "Kenapa? Hei, nak! Kenapa mulutnya kau bekap?"
Ryou meringis, "Maaf paman. Temanku ini hari ini sedikit —yah... setres. Jadi sekarang aku berniat mengantarkan dia pulang untuk minum obat."
Sejenak, pria itu belum percaya dengan perkataan Ryou.
"Percayalah paman. Jika saya berbohong, paman bisa laporkan saya ke polisi. Nama saya Satoru Ryouta, dan temanku ini Fumio Hideki."
Setelah mendengar penjelasan yang cukup panjang dari Ryou, pria itu mengangguk dan tersenyum.
"Baiklah. Bawa temanmu pulang. Kasihan dia." Dengan wajah prihatin, pria itu memandang Hide dengan menggelengkan kepalanya. Dia tidak tahu, bahwa ia telah meloloskan seseorang untuk dijadikan mangsa hariamau yang sedang kelaparan.
Hide kembali menarik tubuh Hide dengan masih membekap mulutnya yang kini Hide semakin meronta-ronta tak jelas.
Merontalah sepuasmu, tapi Hide lupa, ia pasti tetap pada kungkungan Ryou karena dirinya terlihat sangat kecil dibandingkan tubuh Ryou yang tinggi dan berotot.
"HAHH! Kau gila ya?!"
Hide langsung menghirup napas dalam-dalam setelah Ryou melepaskan bekapannya.
"Kau yang gila! Kau hampir saja membuat orang lain mencurigaiku."
"Siapa yang tidak curiga? Kau akan memperkosaku kan? Ugh! Membayangkannya saja aku hampir gila."
"Siapa yang bilang?" Ryou mendorong kepala Hide "Kepalamu itu isinya apa sih sebenarnya?"
Hide memberontak kembali dengan menepis tangan Ryou yang menempeleng kepalanya.
"Kau mau membawaku ke hotel. Jadi mau apalagi selain melakukan itu."
"Aku tidak bilang."
"Tapi itu terlihat jelas dimukamu!"
Hah~ temannya ini benar-benar bodoh, "Oke, memang setiap 1x24 jam aku selalu memikirkan untuk menidurimu —"
"NAH KAN!"
"Aku belum selesai bicara bodoh!" Ryou kembali memukul kepala Hide. Kali ini cukup keras hingga Hide sedikit oleng kebelakang.
"Tapi tidak sekarang bodoh! Apa aku bawa lotion sekarang? Atau kondom? Aku tidak mau menanggung resiko kau menjerit kesakitan dan mencakar punggungku."
Hide sedikit memerah pada kedua pipinya setelah mendengar ucapan Ryou yang dengan frontal berkata vulgar tanpa menyaringnya terlebih dulu.
Melihat Ryou yang sedikit menakannya, Hide langsung mendeatglare padanya. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Serta dagunya terangkat sombong.
"Lalu, tujuanmu mau membawaku ke hotel untuk apa?"
"Untuk membuktikan bahwa kekar mana otot punya gitaris yang pamer otot saat konser itu, atau aku."
Hide menepuk dahinya dengan cukup keras. Ternyata, ada kalanya Satoru Ryouta sang juara sekolah. Selalu mendapat nilai A disetiap ujian akan sebodoh ini. Ternyata dia masih saja memikirkan ucapannya tadi.
"Dasar bodoh."
"Siapa yang bodoh?!"
"Err... tidak. Jadi? Aku boleh pergi kan sekarang?"
"Siapa bilang?! Duduk."
"Apa?"
"Aku bilang duduk!"
Hide melihat kesekeliling. Oh ternyata sekarang mereka ada di sebuah taman. Karena saking paniknya tadi, Hide sampai tidak sadar keberadaannya.
Hide belum menuruti ucapan Ryou. Dengan geram, Ryou menarik lagi tangan Hide kesebuah kursi di taman itu untuk ia dudukkan paksa.
"Aduh. Sakit bego!"
Hide mengelus-elus pantatnya seraya meringis kesakitan.
"Segitu saja sakit, apa lagi nanti jika punyaku memasukimu?"
Hide melirik tajam pada Ryou yang sedang menyeringai puas padanya. ASTAGA!
Hide sudah tidak tahan, kenapa makhluk yang ada disampingnya ini memiliki tingkat kemesuman yang tinggi?!
Apa jangan-jangan dirinya sudah menjadi objek mimpi basahnya Ryou setiap malam?
"Kau pun tahu, kau selalu jadi objek mimpi basahku Hide-chan." Ucap Ryou seraya membaca buku yang tidak Hide ketahui, ia bahkan tak memandang Hide waktu berbicara. Hanya buku yang kini menjadi objek utamanya.
O EM JI~
Astaga! Astaga! Astaga!
Jadi, selain dia adalah makhluk paling mesum, Ryou juga bisa membaca pikirannya?!
TIDAK!
Hide menggelengkan kepalanya tak percaya. "Ka-kau, bisa membaca pikiranku?"
"Huh? Apa? Pikiran apa? Dari tadi aku hanya membaca buku ini."
Hide bisa bernapas lega sekarang sambil mengelus dadanya. Hah~ mungkin tadi hanya kebetulan semata.
Hide memukul kepalanya sendiri yang dengan liar berfantasi yang tidak tidak.
Tapi... tunggu! TUNGGU! Jadi, sekarang dia sedang apa berada disini?
"Ryou?"
"Hmm?"
"Jadi tujuan kita kesini? Untuk menemanimu membaca?"
"Tepat." Ucapnya dengan polos.
Dan seketika, meluaplah amarah Hide. Bayangkan! BAYANGKAN!
Dia di seret-seret dengan tidak berperikemanusiaan oleh Ryou hingga berkilo-kilo meter dari sekolah sampai kakinya pegal-pegal seperti ini hanya menemaninya membaca di taman ini? HEH?!
ARGHHTTT
Benar-benar cari mati si Ryou itu.
"KAU! AKU MEMBENCIMUUU!!!! ARGHHH"
Hide tau, dia tidak akan bisa melawan Ryou, jadi lebih baik ia beranjak pergi dari sini. Tapi sebuah tangan kekar menghentikannya untuk menahannya agar tetap duduk disampingnya.
"Sebelum kau pergi, kau harus memilih. Pilih gambar atas, atau bawah?"
Ryou mengangsurkan buku yang sedari tadi ia baca ke Hide. Dan Hidepun dengan polosnya menurt. Ia duduk kembali, dan melihat dua buah gambar yang ada di buku itu.
"Gambar apa ini?"
Ryou menghela napas, "Aku kemarin baru beli komik BL di ujung toko dekat sekolah. Lumayan, bisa jadi referensi kita nanti. Nah, sex position mana yang kau suka?"
Hide masih diam dengan masih memandang buku yang ternyata komik itu. Ryou sengaja menyampulnya agar terlihat seperti buku biasa.
"Ryou.."
"Hm? Jadi yang mana?"
"MATI KAU!!!!!"
Dan Ryou dengan tragis, terjengkang dari kursi hingga hidungnya berdarah akibat tendangan keras kaki Hide pada wajahnya. Tak heran, sebentar lagi, Ryou pasti pingsan.
Tbc
A/N : jangan protes dengan isi ceritanya yang ambigu karena tujuan dari cerita seri ini adalah ke ambiguan pasangan RyouHide. Hahaha REKOR! Satu hari saya update dua cerita. Love you more sama My stupid Boy.
Yosh~ bagi yang suka cerita ini, kasih vote dan komentar ya~ penginnya sih komentarnya dibanyakin jangan hanya vote aja *ngarep*
Terimakasih bagi readers yang baca chapter kemarin. Voment lagi ya~ hargai penulis jangan lupa ^^
See you ~
Arigatchu~ :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top