Change 🌟 25
"Ah iya, dia kan sedang bersenang-senang." Lelaki itu mulai beramsumsi dengan dugaannya.
"Aku tidak tahu apa yang akan kita lalui di depan." Ia kembali bermonolog.
***
Keempat gadis itu masih berdiri di depan pintu apartemen BLACKPINK, enggan untuk melangkah masuk, dikarenakan terpaku melihat tiga benda yang diletakkan di depan pintu apartemen mereka.
Tiga benda yang begitu menohok hati Lisa.
Jelas, gadis itu tahu siapa si pengirim tiga benda ini. Lisa berjongkok membuka bungkus tteobokki pedas yang telah dingin, ia mengambil sepotong tteobokki itu lalu memakannya. Rasanya. Rasanya membuat gadis itu meneteskan cairan bening. Kemudian diraihnya dua bungkus ramen mentah yang sengaja diikat dengan pita kuning menjadi satu. Lagi, setetes cairan bening lolos dari sudut mata indahnya. Terakhir diambilnya setangkai bunga matahari yang sedikit layu itu, lalu membuka surat bergambar bintang yang tergantung di tangkainya.
Chukkae, little star!!
Selamat atas debutmu, ya, Lalisa :)
Maaf, aku tidak bisa hadir, tapi aku selalu mendoakan kelancaran debut kalian ...
Lisa, maafkan aku yang selama ini egois. Kupikir kau tahu pasti mengapa aku seperti ini. Ketika manusia mulai dititipkan sebuah rasa oleh Tuhan, maka manusia akan berambisi untuk memiliki rasa itu selamanya. Mungkin apa yang aku lakukan selama ini adalah ambisi, yang kupikir cinta.
Cinta tidak menyakiti yang dicintai.
Tetapi aku telah menyakitimu.
Mian ... aku namja yang bahkan sangat amat tidak pantas untuk bisa bersamamu.
Disaat yang lain berusaha menjagamu, aku ... apa yang bisa aku lakukan adalah membuatmu semakin menderita.
Rela hanya untuknya, demi dirinya, dan agar dia bahagia, itulah mencintai. Tapi tidak sekalipun aku pernah melakukannya. Aku hanya tahu menuntut, tanpa pernah melihat.
Aku buta, bodoh dan tuli.
I'm loser.
I'm bad for you.
Aku harap kau bahagia.
Kim Hanbin
Lalisa menutup mulutnya "Hiks ... " gadis itu menangis terisak.
Hati Jennie mendadak ngilu, tapi tidak separah yang lalu. Kali ini ia menampilkan senyumannya, walaupum terasa getir.
Jennie memeluk Lisa yang terduduk lemas di lantai seraya terisak. "Biarkan hati manusia mencari jalannya. Aku tidak ingin memaksakan sesuatu lagi. Hati yang patah memang sakit tapi lebih sakit bila hati itu mengeropos perlahan-lahan. Aku tidak ingin hatiku mati. Aku juga tidak ingin hatimu mati." Jennie melepaskan pelukannya dan menatap manik mata basah Lalisa. "Kau tidak akan tahu bagaimana rencana Tuhan dalam menghadirkan sebuah rasa pada hatimu. Siapa orang itu yang ada dihatimu, tetap atau berubah, itu atas restu Tuhan, semua bukan salahmu, jadi jangan takut, Lisa."
Seulas senyuman tersungging di bibir gadis berambut belah tengah itu.
***
Bambam memutar-mutar ponsel miliknya, menunggu balasan dari Lalisa.
"LINE!"
Lalisaa_m :
Bambam 😊
Bambam langsung bangkit dari tidurnya.
Khun_Bambam :
Akhirnya kau membalas chat dariku.
😍😍
Aku rindu. Aku rindu. Aku rindu.
😢😢
Lalisaa_m :
Aku ...
Khun_Bambam :
Apa?
Lalisaa_m :
Ingin kita bertemu sekarang.
Tanpa banyak kata, Bambam lantas menyambar hoodie miliknya dan keluar dari kamarnya. Padahal saat ini sudah tengah malam. Tapi, laki-laki itu tidak peduli, ia hanya tahu bahwa Lalisa memintanya bertemu.
***
Hati Hanbin melega. Sekarang, ia tahu apa yang harus ia lakukan.
Menerima.
Iya, itulah hal yang seharusnya ia lakukan dari dulu.
Laki-laki itu pergi ke minimarket yang ia lewati. Awalnya Hanbin hendak mengambil bir dan soju, tapi urung dilakukannya. Ia justru mengambil lemon squash yang hanya tersisa satu dalam lemari es.
Ringan.
Hanbin merasakan dirinya menjadi se-ringan udara. Ia meminum lemon squash yang berada di tangannya dalam sekali teguk.
Laki-laki itu menari-nari perlahan di bawah pancaran bulan setengah di langit. Bukan gila, ia hanya merasa bahagia, karena beban yang bercokol di hatinya berangsur-angsur menguap. Ternyata menikmati cinta dengan cara menerima, sangat membahagiakan, meskipun cinta itu tidak dapat digenggam, tapi tetap membahagiakan.
***
"Jennie-ah," panggil Jisoo pelan. Gadis itu tampak bersedih melihat keadaan Jennie.
"Tentu saja menyakitkan. Tapi lebih baik daripada sakitnya nanti? Aku jadi menunda kebahagiaanku, kan? Aku tidak ingin ketika kalian tertawa aku malah menangis. Jadi biarkan saja hari ini aku menangis," ujarnya seraya mengipas-kipaskan tangannya menahan cairan bening yang hendak jatuh dari pelupuk matanya.
Jisoo menghela napasnya. Gadis tertua di BLACKPINK itu mengelus punggung Jennie.
"Unnie tenang saja, mataku tidak akan membengkak, aku hanya akan meneteskan air mata, bukan menangis."
Jisoo tersenyum, "Iya, jika sajangnim memarahimu karena ini, aku akan berganti memarahinya. Dia kan tidak bisa marah padaku, hehe." lalu tertawa.
Jennie ikut tertawa kecil karena Jisoo.
"Teh camomile, sudah siap!" ujar Rosé yang saat ini berjalan mendekati kedua yeoja cantik itu. "Saatnya meredakan pikiran kedua unnie-ku yang cantik." Rosé menghidangkan dua cangkir teh pada Jennie dan Jisoo dan satu cangkir teh untuk dirinya. Lalisa? Tentu sudah tahu bukan larinya gadis itu?
***
Lalisa menunggu Bambam di kedai es krim langganannya, yang akhir-akhir ini juga menjadi kedai es krim langganan Bambam.
Gadis itu mengelap sisa-sisa basah di matanya dan beberapa kali menarik napas panjang untuk menenangkan batinnya.
Hari ini semua harus selesai.
Aku harus menepati janjiku pada Jennie unnie.
Ia berkali-kali mengecek ponselnya untuk sekedar melihat jam. Semakin larut.
Tapi ...
Ia melihat Hanbin tengah berjalan sendirian dari jendela kedai tersebut. Tanpa babibu, Lalisa langsung keluar menghampiri laki-laki itu.
***
Bambam berlari menuju kedai es krim langganannya dan Lisa. Tidak ada taxi di tengah malam. Tidak ada bus juga. Tidak ada kendaraan di dorm, karena kendaraan Got7 hanyalah mobil fan dari agensinya.
Napas namja itu tersenggal-senggal di separuh perjalanan.
Kupikir Seoul yang tidak seberapa besar, dapat kulalui dengan mudah, ternyata cukup melelahkan juga.
"Hwaiting!" pekiknya dengan napas yang sedikit stabil.
Bambam kembali berlari karena kasihan terhadal Lisa bila harus menunggu lama di kedai.
***
Hanbin terus menari-nari sampai tak sadar bila ada seseorang yang memperhatikannya di belakang. Ia terus menari seakan dunia ini hanya tinggal ia seorang.
Lalu ketika ia berputar, ia berhadapan dengan gadis itu. Laki-laki itu terdiam.
Hanbin dan Lalisa terjebak eye contact. Keduanya terpaku di tempat tanpa mengucapkan sepatah kata.
Satu lelaki di belakang Lalisa ikut terpaku. Iya, Bambam sampai ketika kedua makhluk ini saling mengunci tatapan satu sama lain.
Ada apa ini? - Bambam
Mata itu, begitu teduh - Hanbin
Andai aku lebih mengenal diriku - Lalisa
Perempuan itu berjalan mendekat dengan perlahan dengan tatapan yang hanya tertuju pada Hanbin.
Jarak lima sentimenter, bulatan hitam Lalisa seketika nanar.
Gadis itu menghambur ke tubuh Hanbin. Ia memeluk erat laki-laki itu seakan hari ini adalah hari perpisahan mereka.
Hanbin membeku. Detak jantungnya seakan berhenti sesaat. Napasnya yang awalnya memburu mendadak tercekat.
"Hiks ... " Lalisa terisak dalam pelukan Hanbin. Entah, saat ini dadanya sakit sekali. Gadis itu sakit melihat Hanbin, bukan karena dia Hanbin, melainkan karena apa yang selama ini laki-laki itu lakukan. Lalisa dapat merasakan bagaimana rasa sakit laki-laki itu selama ini.
Hanbin tak bisa membalas pelukan Lalisa, karena di beberapa meter dari dirinya, berdiri seorang laki-laki dengan tatapan penuh amarah.
Bambam merasakan betapa luar biasanya rasa sakit yang dihadirkan oleh Lalisa. Bagaimana bisa gadisnya menyakiti dirinya? Memeluk pria lain di depan mata Bambam. Dada laki-laki itu bak dihujam belati tajam.
Tega sekali Lalisa melakukan hal itu?
Apa karena ini dia mengajakku bertemu? Untuk memperlihatkan semua ini? - Bambam.
¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤¤
Belum tentu apa yang kita yakini hari ini akan bertahan sampai akhir. Hidup ini penuh kejutan. Hidup ini penuh keajaiban. Hidup ini selalu berputar, perputaran yang tidak diketahui dengan pasti pemberhentiannya.
Sebentar lagi bakalan ENDING!!
Yeay!!
Gak rela lepas dari cerita ini ya?
😢😢
Kalian masih bisa bertemu Lalisa di Dorm Blackpink kok guys ..
See you 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top