misteri baru

   Hari ini adalah hari berat yang perlu aku dan adikku lewati. Karna hari ini adalah hari dimana adikku ditangkap dulu.

    Tapi sekarang berbeda, sejak seminggu yang lalu dari awal waktu ku di ulangi. Aku sudah melarang Adikku dan Lily melakukan pembunuhan ataupun berkeliaran malam-malam dalam seminggu ini.

   Dan dalam seminggu itu aku sudah mengerahkan mereka untuk membersihan rumah dari bercak bercak dan bau darah. Serta barang barang yang biasa mereka gunakan menyiksa korbanya di ruang bawah tanahpun sudah dibereskan.

    Anting adikkupun sudah dilepas dan disimpannya. Barang-barang lily kusimpan di sebuah koper dan ditaruh di kedalam hutan belakang rumah.

   Sedangkan Lily bepura pura menjadi pelanggan dan membaur di warung bakso seberang rumah, untuk mengawasi keadaan rumah.

   Aku bersama adikku barusaja berjalan pulang dari sekolah. (Asa tidak melakukan pembunuha selama seminggu ini. Otomatis dia tidak akan terluka dan jatuh sakit akibat kejaran polisi waktu itu)

   Dan tiba-tiba saja handphoneku berbunyi. dari lily ternyata....

"Ada apa?" tanyaku

"Saat ini tiga orang polisi sedang melakukan pemeriksaan pada baris perumahanmu. Parahnya lagi mereka bukan cuma bertiga."

"Apa maksudmu ?"

"Ada berapa polisi lain yang menyamar dan mengawasi dari luar setiap rumah yang di periksa tiga orang polisi tadi. Berhati hatilah Zeito." katanya.

"Kau juga. Bisa saja diantara pelanggan lain di warung itu adalah polisi yang menyamarkan."

"Aku akan baik baik saja...." kemudian teleponya mati. Aku kemudian menatap adikku.

"Kau tak perlu bicara, biar kakak yang meladeni mereka." Kataku padanya.

"Uhm.... Kakak boleh kutanya sesuatu?"

"Tanya apa ?"

"Darimana kau tau akan ada pemeriksaan di perumahan kita?" tanyanya binggung.

"Firasat" jawabku ngawur

"Mana ada firasat yang muncul seminggu sebelum kejadian!!!" bantahnya.

"Sudahlah itu tidak penting sekarang" dari kejauhan tiga orang polisi sudah menunggu di depan teras rumah kami. Dan aku mengenal salah satunya.

"Pak Alfrit?" kataku tak percaya.

"Oh.. Zeito? Jadi ini rumahmu ya?."

"Begitulah pak" kataku cengengesan.

  Salah satu dari temannya berbisik, namun aku masih bisa mendengarnya.

"Frit... Kau kenal anak ini?"

"Ya... Aku pernah bertemu dengannya sekali saat sedang bertugas." jawabnya.

"Ada yang bisa saya bantu pak? Mengapa bapak-bapak polisi berdiri di depan rumah saya?" tanyaku sesopan mungkin.

"Ya...  Saat ini kami sedang melakukan pemeriksaan di setiap rumah di kompleks ini dan ini surat tugas kami"
Katanya sambil meperlihatkan surat tugasnya.

"Silahkan pak" kataku sambil membuka pintu rumah dan mempersilahkan mereka masuk.

  Dua orang teman pak Alfrit mulai menggeledah isi rumah, sedangkan aku, Asa dan Pak Alfrit duduk di sofa ruang tamu.

"Sepertinya orang tua kalian belum pulang ya? Pasti susah mengurus rumah dan adikmu sendirian" katanya.

"Tidak juga pak. Sejak kecil aku sudah diajarkan hidup mandiri, lagi pula toh orang tua kami bekerja untuk membahagiakan kami juga" kataku.

"Begitu...... Adikmu Asa kelihatanya agak pemalu ya?" katanya lagi.

"Sejak kecil dia memang seperti ini. Sebagai kakaknya aku akan selalu melindungi adikku" kataku.

  Pak Alfrit tersenyum(lihat ilustrasi). Kemudian mengatakan.

"Akhir akhir ini tindak kejahatan yang dilakukan Hammer killer berkurang tapi kami dari pihak kepolisian tidak boleh mengendorkan pengawasan demi melindungi masyarakat." katanya.

"Dan juga... Adikmu dulu hampir menjadi korbankan?"sambungnya.

"Semoga saja Pelakunya cepat ditangkap. Adik saya sangat syok saat itu." Kataku.

   Dari dalam kedua temanya sudah selesai menggeledah.

"Tidak ada yang mencurigakan di dalam rumah ini" kata salah satu temannya.

"Mmn.. Baiklah kalau begitu kami pamit terimakasih atas kerja samanya." Kami bangkit berdiri kemudian bersalaman dan mereka pergi.

   Lekas aku menutup pintu rumah dan menguncinya.

"Asa jika kau bertemu dengan orang itu lagi larilah sejauh jauhnya." kataku memperingati adikku.

"Siapa? Si Alfrit?" tanya adikku.

"Iya, Orang itu berbahaya!" kataku dengan keringat dingin yang keluar.

"Kenapa kakak" kelihatanya Asa masih belum mengerti.

"Aku cuma bertemu sekali dengannya dan aku tidak pernah memberitahukan Namaku  padanya" kataku pucat.

"Dan lagi dari awal pembicaraan dia seolah-olah ingin memberitahu kita kalau Dia sudah tau segalanya tentang kita"

"Bahkan dia tau namamu dan kasus mu yang bersandiwara menjadi korban di gang waktu itu."

"Tunggu dulu kakak!! Bisa saja kan teman polisinya yang memberitahukannya."

"Memangnya untuk apa dia repot-repot mencari informasi tentang kita?" adikku terdiam sejenak mendengar perkataanku.

"Mungkin saja dulu dia sengaja memberitahukan rencana penyergapan saksimata palsu itu, dan bukan kebetulan dia selamat dari insiden itu juga" kemudian aku melanjutkan.

"Sejak mendengar dia selamat karna sembunyi di wc aku sudah merasa janggal. Saat itu kau menghidupkam semua air termasuk di dalam wc juga kan?" tanysku pada Asa. Sesaat Asa tersentak kaget.

"Benar juga. Semuanya sudah kunyalakan termasuk keran Wc di rumah itu. Lagi pula Wcnya cuma satu itupun ditengah tengah rumah."

"Kalaupun Dia masuk ke Wc setelah aku pergi selang waktunya cuma 3 menit sebelum aliran listrik dinyalakan."

"kalau memang dia keluar sebelum kebakaran membesar, seharusnya dia tersetrum karena aliran listrik dilantai." Penjelasan Asa panjang lebar.

"Hanya satu penjelasan untuk hal ini" kataku menutup"

"Sejak awal dia tidak ada dirumah itu" Jawab Asa.

"Dia sengaja membocorkan rencan penyergapan, dia tau apa yang kita rencanakan malam itu dan pergi dari rumah itu, serta membohongi media massa" kataku menyimpulkan penjelasan panjang lebar ini

"Tapi kenapa? Untuk apa dia melakukan ini Kak?" tanya Asa

"Kakak belum tau pasti, tapi berhati hatilah......... Dia bukanlah orang yang bodoh"

===============================================

Yang baru nyadar

Vote and Comment!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top