Kisah Tragis
Aku tengah belajar dengan serius karena sebentar lagi aku akan menghadapi UAS. Tiba-tiba saja suara dering Phonselku mengejutkankku.
"Hallo?" kataku
"Nak Zeito?" Dari Ayahnya Amelia.
"Iya, kenapa om?"
"Om punya berita buruk!!!" katanya dengan panik.
"Masalah Amelia om?" tanyaku.
"IYA!!"
" beritanya apa om?" tanyaku penasaran.
"sejam yang lalu dokter menyatakan Amelia...... Ameli..hiks hiks.." katany mulai terisak.
"Om.. Jangan bikin takut om, Amelia kenapa?!!" tanyaku
"Amelia sembuh total tanpa cacat nak Zeito"
"Lah....? Bukanya itu kabar bagus om?"
"Masalahnya sekarang dia ingin bunuh diri!!!!. Dia berdiri di luar pagar pembatas dan siap melompat kapanpun!!"
Aku terdiam.
"Ia mengancam akan melompat jika kau tak kesini!! Dalam dua jam!!! Cepat kemari nak Zeito!!!"
Tanpa menunggu lebih lama lagi aku bergegas pergi ke rumah sakit
(Skip)
Setelah adu bacot dengan polisi yang menjaga pintu masuk aku akhirnya diperbolehkan masuk. Dengan gesit aku menaiki tangga darurat dan sampailah aku di lantai teratas gedung dekat pintu menuju Atap gedung ini.
Di lantai teratas gedung hanya ada beberapa orang polisi dan Orang tua Amelia.
"Syukurlah kau sudah sampai nak Zeito!"
"Mengapa kalian tidak keatas? Apa yang terjadi!!?"
"Dia melarang semua orang kecuali dirimu untuk naik keatas. Ia juga membawa pisau buah dan gunting ditangannya."
"Polisi mencoba membuka sedikit pintu itu dan Amelia menggores lengannya degan pisau itu...... Hiks..... hiks. Anakku...... Ada apa denganmu...." ibu Amelia menjelaskan sambil terisak.
Para polisi ngintruksikanku sebisa mugkin mendekti Amelia dan menariknya dari sana. Dan jangan memicu emosinya dan berakhir ia meloncat.
Meskipun dibawa sudah disediakan kain penyelamat. Ada kemungkinan yang lebih buruk terjadi. Yeah... Aku mengerti itu.
Kemungkinan terburuknya Amelia menikam dirinya sendiri kemudian loncat. Kami tak akan punya banyak waktu untuk menyelamatkannya jika itu terjadi. Dan aku harus memastikan itu tak akan terjadi.
Secara perlahan aku mebuka pintu itu. Dan mataku langsung tertuju pada seseorang dengan rambut merah menyala yang berdiri dibalik besi pembatas yang membelakangi tepian.
"Tutup pintunya" perintahnya dengan suara khas miliknya dulu.
Aku menutup pintu itu dan mulai berjalan mendekatinya dengan hati-hati. Setiap sentinya memacu jantungku lebih cepat.
"Berhenti di situ!" perintahnya lagi.
3 meter..... Terlihat begitu dekat namun masih terlalu jauh bagiku untuk menariknya.
"Aku senang bisa melihatmu di detik-detik terakhirku ini Zeito." katanya
"Amelia...... kenapa kau melakukan ini?" tanyaku.
Bukanya menjawab, Amelia malah tersenyum padaku. Rambut merahnya berkibar teriup angin dan berkilauan terkenan sinar matahari. Ingin rasanya aku mengelus rambutnya seperti dulu lagi.
"Seharunya aku yang mengatakan itu. Mengapa kau melakukan ini Zeito" perkataannya membuatku binggung.
"Apa kau masih mengingat kedua benda ini?" ia menunjukankan gunting dan pisau buah yang da di tangannya.
Wajahku memucat dan mataku membulat sempurna ketika melihat kedua benda itu. Bukannya aku sudah membuang benda itu kesungai. Bagaimana bisa.......
" Tentu saja kau masih ingat, kau baru saja menggunkan benda benda berlumur dosa ini seminggu yang lalu di saat kau menggunjungiku.
Pada titik ini aku sangat syok.
"Siapa... Siapa yang meberikan benda itu padamu!" tanyaku sedikit geram.
"Seseorang yang tak akan kuberitahukan padamu."
"Kenapa? Kenapa kau tak mau mengtakannya?"tanyaku. Amelia menarik nafas panjang dan berkata.
"Jika aku mengatakannya sekarang kau pasti akan memotong lidahnya nanti. Sama seperti kedua suster waktu itu."
"Apa orang itu yang memberitahumu juga?" dadaku mulai terasa sakit.
"Tidak........... Aku melihatnya......... Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kau melakuakan semuanya"
Aku tak mampu berkata-kata lagi.
"Sesaat setelah kau pergi dari kamarku kepalaku mengalami sakit yang luar biasa. Namun semua ingatanku kembali, dan aku bisa mengingat semuanya"
"Aku mengejarmu dan ingin memberitahukan kalau aku sudah sembuh. Namun aku melihat hal yang mengerikan"
"Awalnya aku mengira aku salah lihat dan cuma berhalunasi bahkan sampai detik inipun aku tak percaya kau tega melakukan itu"
"Tetapi....... Wajahmu sekarang menjawab semua keraguanku selama seminggu ini."
"Tidak tunggu... Aku bisa jelaskan" aku berusaha mendekatinya.
"Aku sangat senang bisa mengenalmu. Menghabisakan waktu bersamamu, tertawa bersama dan melakukan banyak hal yang mengasikkan denganmu" Air matanya mulai menglir di pipinya.
"Aku mohon.... Jangan lakukan itu..." aku berusaha sakin mendekat.
"Namun jika kau menjadi Psycopath karena aku. Bukankah akan lebih baik jika aku tak ada?"
"Tidak!!! Ini bukan karenamu!!! Ini semua salahku!!"
"Aku mengenalmu dengan sangat baik zeito. Kau bukanlah orang sekejam itu, kecuali sejak awal kau sudah menipuku dengan senyum hangatmu itu"
"Tidak...aku tak pernh menipumu..... Aku akan berubah..... Aku janji" sedikit lagi.
"Kamu memang sudah berubah. Terimakasih atas kasih sayang dan perhatian mu selama ini. Sampai jumpa" kemudian ia menjatuhkan diri....
Aku melompat ke depan dan menangkap pergelangan tanganya dengan tangan kiriku dan tangan kananku mencengkram besi pembatas dengan kuat untuk menahan beratku dan berat Amelia agar aku tak ikut terjatuh.
Ini tidak bagus.....
Tangan kiriku sangatlah lemah, dan tidak cukup kuat untuk menariknya dari sini. Lebih lagi sepertinya bahuku bergeser karena menahan berat badannya.
Orang-orang yang di bawah berteriak histeris dan sorot kamera mengarah pada kami. Mobil pemadam kebakaran mulai mendekat.
"Kamu tetap pantang menyerah ya?" katanya.
Ia memutar dan menghadap orang banyak, kemudian Ia menikam perutnya sendiri dengan pisau buah.
Orang-orang kembali berteriak.
Dan tanpa kusadari ia menarik gunting dari sakunya dan menikam tanganku. Dan orang-orang bodoh itu kembali berteriak
Bukan main rasa sakitnya, darahku mengalir dengan deras dan tanganku mulai mengalami mati rasa. Dan genggamanku licin karena darahku sendiri.
Pada detik berikutnya..... Lenganya terlepas dariku.
Bagaikan waktu melambat, aku bisa melihat senyum tipis di bibirnya sesaat sebelum tubunya terjatuh ke kain putih penyelamat yang kini berwarna merah karena darahnya yang terus mengalir keluar.
Pada saat itu semuanya menjadi kelabu. Dan saat itu aku kembali merasakan perasaan yang kutakutkan.
Perasaan yang berusaha kulupakan karena pernah menghancurkan hidupku.
Perasaan itu..............
Perasaan takut akan Kematian.
===============================================
Pengumuman!!
Dengan upnya part ini
Cerita ini akan dihentikan
Selama seinggu.
Dikarnakan kondisi
Kelas Aouthor yang
Tak kondusif.
(Banyak rajia di sekolah,
Gak bisa bawa hp ke sekolah)
Sekian atas perhatiannya
Terima kasih.
Vote & comment
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top