Copet Cilik

    Sore itu aku bersama Lily tengah belanja bahan makanan. Aku yakin kalian sudah tau kemana semua bahan makanan di rumah kami kan? Yeah.... Aku tak ingin mengingatnya lagi jadi kalian pikir saja sendiri.

     Sebenarnya Lily sangat terpaksa menemaniku belanja. Tetapi di karenakan dosa yang paling besar (daun ganja) dan harus ada yang jaga rumah (Asa) dengan berat hati Lily ikut denganku.

"Hei!! Zeito kenapa aku yang harus bawa barang belanjaan!!" keluh Lily.

"Hukuman..." jawabku singkat sambil memilih-milih sayuran.

"Masa cewe yang bawa barang berat !!! Kamu gak malu ya!!"

   Aku menaruh kembali sayuran tadi dan menatap Lily lekat-lekat.

"Yang bikin rusak pintu siapa?" tanyaku dengan horro"

"Aku, tapi kan...." aku langsung memotong.

"Yang ngambisi bahan makanan siapa?" tanyaku lagi.

"Aku dan..." aku memotong lagi.

"Yang nantangin duluan?"

"Aku....." mentalnya mulai down.

"Yang numpang siapa?"

"Aku...." suaranya makin kecil.

"Kesimpulannya yang harusnya jadi babu....?"

"Aku....." katanya pasrah.

"TAPI kan, masa kamu tega nyuruh aku bawa sendirian!!!" teriaknya.

   oke dia mulai berisik dan menarik perhatin orang pasar di sekitar kami.

"Kenapa itu?"

"Biasa pertengaran suami istri"

" pasti mereka baru nikah"

"Romantis ya?"

     Aku bisa mendengar bisikan ibu-ibu yang lagi ngerumpi di warung sebelahku. Heh.... Aku menghela napas.

"Sini.... Aku bawa sebagian" aku merebut kantong plastik dengan tangan kiriku.

"Nah gitu dong.... Dari tadi....."
       
         Huh dasar banyak maunya. Saat keudian aku merasa ada yang aneh dengn sakuku. Dengan sigap tangunku bergerak. Seketika aku tersenyum senyum sendiri setelah mendapatkan sesuatu di tanganku.

Eh.......Zeito kamu ngapain senyum senyum?" tanyanya. Sebenarnya saat ini aku sedang menahan tawa.

"Oh... Kelihatan ya?" aku berusaha menahan tawakuku.

"Habis obat ya?" tanyanya polos.

"Lihat sesuatu di tangan kananku"

   Sorot matanya beralih kearah tangan kananku. Seketika di tersenyum juga, tersenyum jahat seperti aku saat ini.

  Saat ini aku telah mencengkram tangan asing yang lebih kecil dari tanganku yang berusaha meraih dompetku.

"Hallo.... Bajingan kecil" kataku dengan senyum setan.

"Ampun om~~ lepasin" rengek bocah lelaki itu. Mungkin bocah ini berusia sekitar 7~8 tahun.

"Itu tidak munggkin." kataku sambil mencengram lebih kuat tangan kecilnya.

    Terlihat wajahnya meringis kesakitan, kemudian matanya mulai berair.

"Dasar cengeng" kata Lily. Sesaat kemudian ia menangis kencang.

"HUAHAAA!!..........HAA!!!...........HWA..........." sontak orang-orang melihat kami.

     Jadi dia sengaja menagis agar menarik simpati orang sekitar agar aku melepaskan tanganku dan dia bisa kabur. Cerdik...... Tapi tidak cukup cerdik untuk lepas dariku.

"Bagaiman ini Zeito orang-orang melihat kita!!?" tanya Lily. Sesaat aku diam untuk menarik nafas kemudian.....

"KAMU INI... DIDIK ANAK GAK BECUS!!" Aktingku teriak marah.

"Loh?? KOK MALAH NYALAHIN AKU!!! KAMU BAPAKNYA KAN?" sepertinya Lily mengerti maksudku.

"KAMU YANG SEHARIAN SAMA DIA!!! MASA GAK DIBELIKAN MAINAN AJA NANGIS. MAU JADI APA DI BESARNYA NANTI!! TRIAK TERIK LAGI, BIKIN MALU AJA!!" aktingku lagi.

"KAMU YANG DARI TADI TERIAK TERIAK!" jawabnya menjiwai.

   Orang orangpun berlalu pergi sambil berbisik bisik dan menggeleng. "Urusan rumah tangga orang, jangan ikut campur" ujar salah satu ibu-ibu yang tadi. Dengn kesempatan ini aku menyeret anak itu pergi dari situ.

(Skip)

Aku menyertnya ke sebuah gang sepi yang kupastikan tak adaCCTV terpasang disana. Aku membanting anak itu kedinding gang. Ia meringis memegangi punggunya yang mungkin cidera parah.

"Usaha yang bagus" pujiku. Ia berusaha merangkak pergi tapi aku langsung menginjak punggunya sampai ia tengkurap di tanah

"Aku mohon om~~~  lepaskan aku." pintanya.

"Anggap aja kamu lagi sial hari ini......" kataku.

"Aku nyopet karena terepaksa om!!!"

"Banyak aja salasan kamu."

"BENER om!! Ini demi nenek saya yang sakit!!!! Kalau saya mati siapa yang ngurus dia nanti?"

"Kamu nipu kan?"

"SUMPAH P*cong om saya gak bohong."

     Sesaat aku berpikir. Gak ada gunanya juga bunuh boca gak guna ini. Nambah-nambahin dosa aja.

"Dengar........ Aku gak mau ngelihat mukamu lagi. Apa lagi kalau ketahuan nyopet lagi mampus lo paham?" ancamku.

"Iya om... Iya om... Saya janji." aku mengangkat kakiku dan menarik lengan Lily untuk pergi.

"Satu lagi... Kalau kau memanggilku Om lagi akan ku potong lidahmu ingat itu!!." tanpa menunggu jawanya aku menarik Lily pergi.

"Gak jadi di bunuh?" tanya Lily.

"Gak usah, nambah-nambahin dosa aja. Lagi pula terlalu beresiko kalau di tempat terbuka seperti itu." kataku.

(Skip: malam hari,Empat hari kemudian)

   Aku barusaja pulang dari kerja sambilanku dan merasa janggal dengan kondisi rumah yang sepi.

"Kemana mereka?  Ah.. Mungkin di ruang bawah tanah."  bergegas aku menuju ke sana dan aku hanya mendapati Asa bersama seseorang dengan kain menutupi wajahnya.

"Lily mana?" Tanyaku.

"Gak tau kak dari tadi siang ngilang" kemana tu bocah tumben ngilang.

"Lah ini siapa?" tanyaku sambil menunjuk seseorang atau lebih tepatnya bocah yang kepalanya di karungi itu.

'Bajunya kayanya kenal deh, jangan jangan'

"Oh... Ini tadi mau nyopet dompetku pas pulang. Karena dekat rumah jadi kubawa."

   aku langsung menarik karung penutup kepalanya dan benar saja, ini memag anak yang kutangkap tempo hari dulu. Wajahnya sangat ketakutan melihatku.

"Kita ketemu lagi ya...... BAJINGAN KECIL" kataku sambil menarik lakban dari mulutnya.

"Tunggu~~ aku bisa jelaakan Om— Eh!!" seprtinya dia sadar kesalahan besar yang dia buat.

"Sudah kubilang" aku mengambil gunting di sekitar situ, dan mengenakan sarung tangan.

"Kalau kau memanggil aku om lagi~~" aku membuka paksa mulutnya. Ia berusaha menutup mulutnya namun tanganku kebih kuat.

"Aku akan......" guntingku semakin dekat degan lidahnya. Ia mulai mengeluarkan suara aneh.

"Memotong lidahmu "  seketika ia menjerit kencang dengan air mata mengalir deras di pipinya.

   Seharunya dia belajar memgingat perkataan orang lain.

===============================================
Aouthor balik
Walau sangat terlambat
Ada yang
kangen Gak?

Vote and commente

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top