Chapter 9 - Keputusan [Name]
[Name] masih saja berjalan gontai selama dalam perjalanan ke ruang OSIS, ruang keramat kedua setelah ruang rahasia perpustakaan yang tidak ingin dikunjungi [Name].
Rasanya, kepala [Name] akan pecah seketika itu juga. Untungnya [Name] tidak menyuruh otaknya untuk berpikir tentang hal-hal sepele, jadi masih bisa dipastikan bahwa kepalanya sangat aman ... untuk saat ini.
Berjalan terus berjalan, [Name] masih melangkahkan kakinya untuk berjalan. Hingga [Name] sampai tak menyadari adanya seseorang yang tertidur tepat di depan [Name]. Tentu saja [Name] terjatuh setelahnya karena langkahnya terhalang oleh seorang pemuda yang tertidur di jalan.
"Hey, kalau jalan tuh liat-liat dong!" [Name] tanpa ampun meluncurkan semua kata-kata kasar yang ingin ia umpat siapapun orang yang sudah menghalanginya.
Namun setelah [Name] melihatnya, tak ada siapapun disana. Apakah yang tadi itu hantu?
[Name] mulai menurunkan pandangannya setelah mendengar dengkuran kecil dari mulut seseorang.
"Oh, lagi tidur toh." [Name] berujar memaklumi, namun setelahnya ia kembali memasang perempatan imajiner di dahi, "BUKAN ITU MASALAHNYA, [NAME]!"
Karena sudah disulut api kemarahan, [Name] bangkit dari duduknya, mengibaskan seragamnya yang sempat terkena debu, lalu berjalan untuk menghampiri seseorang yang dengan santainya mendengkur di tengah jalan seperti orang mati.
"BANGUN KAU MAYAT!!!" Teriak [Name] kesal sambil menendang perut orang itu dengan kasar.
Orang itu terbatuk, lalu terbangun seketika. Sambil melirik dimana [Name] berada, orang itu berujar, "Berisik, aku mau tidur~"
Emosi [Name] makin menjadi dibuatnya. Buktinya perempatan imajiner yang harusnya masih ada di dahi [Name], sekarang sudah berpindah tempat di pelipis [Name]. Pelipis [Name] juga makin berkedut dengan rasa kekesalan yang makin bertambah.
"Dasar mayat!"
"Kau tuh yang gorila~"
Makin meningkat emosi [Name], makin menipis pula rasa kesabaran [Name]. Wajah imut [Name] yang harusnya masih halus dan mulus, sekarang sudah tergantikan dengan kerutan orang tua.
"Cih, buat apa juga aku harus bertengkar denganmu--"
"Namaku Ritsu. Namamu~?"
[Name] terkejut mendengar orang itu memperkenalkan dirinya terlebih dulu. Mungkin, dia bukan orang jahat seperti yang [Name] pikirkan.
"Kalau tidak salah, kau adiknya Sakuma Rei-senpai bukan?"
"Tolong jangan ingatkan aku dengan Aniki. Sebaiknya kau beritahu saja namamu."
Ah, rupanya dugaan [Name] benar. Ritsu adalah adik dari Sakuma Rei. Pantas saja ia suka tertidur. Namun tak seperti kakaknya yang suka tidur di dalam peti.
[Name] mengulurkan tangan kanannya, bermaksud untuk berjabat tangan dengan Ritsu.
"Namaku [Name]," ujar [Name] yang disambut uluran tangan juga oleh Ritsu.
"[Name] ya? Nama yang bagus~" Ritsu tersenyum saat kembali berbaring, membuat wajah [Name] merasa panas karena sudah dipuji.
"Rasanya, aku pernah mendengar nama itu dari Ec-chan. Apa kau adik dari Ec-chan~?"
"..., 'Ec-chan'?"
"Tenshouin Eichi~"
Alis [Name] mulai berkedut kembali. Mendengar nama orang itu saja [Name] sudah muak.
"Tolong jangan ingatkan aku dengan Nii-san." [Name] memohon dengan alis yang masih berkedut.
Ritsu tersenyum kembali kala mendengar balasan [Name]. Sepertinya, ia juga sama seperti dirinya. Sama-sama membenci kakak mereka.
"Oke, satu sama~" Ritsu bersorak gembira disusul dengan tepukan tangan yang sangat lesu sekali. "Sebaiknya, kau panggil aku Ritsu, [Name]-chan~"
"Kau juga panggil aku [Name] saja, Ritsu-kun~"
Keduanya saling berjabat tangan kembali, seperti menyetujui kesepakatan yang mereka buat barusan. Lirikan mereka berdua juga seperti mengatakan 'ayo bekerja sama setelah ini'.
"Ngomong-ngomong, apa kau sudah memilih unit?"
[Name] terdiam mendengar pertanyaan tiba-tiba Ritsu. Dengan tangan yang sudah mengelus dagu, [Name] mengangguk mantap untuk menjawab. Sepertinya, [Name] paham betul dengan pertanyaan Ritsu. Ritsu pun juga demikian saat mendapat jawaban dari [Name].
"Baiklah, aku akan menemanimu sampai ke tujuan~"
Ritsu bangkit dari bangunnya, lalu mengibas pelan seragam miliknya. "Dilihat-lihat, kau lumayan pendek juga."
Alis [Name] berkedut kembali, perempatan imajiner juga kembali muncul di pelipis [Name] sebelum [Name] berhasil melayangkan pukulan menyakitkan di perut tak bersalah milik Ritsu.
Ritsu hanya mengaduh kesakitan. Dirinya juga kembali terduduk lemas setelah menerima tinjuan maut [Name].
"T, Tak salah aku menjulukimu Gorila. Walau pendek ... k, kau kuat juga."
"MAU KU PUKUL LAGI?!" [Name] sudah bersiap dengan tinjuannya, namun hal itu malah dibalas dengan gelengan keras dari Ritsu.
[Name] menghela napasnya kasar, belum pernah ia merasa terhibur sampai seperti ini. Mungkin, keberadaan Ritsu ada bagusnya juga buat [Name]. Bukan untuk dipukul tentunya.
Tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri, terlihat dua orang dari kejauhan sedang berlari menghampiri [Name] dan Ritsu. Salah satunya yang suka memakai jepit rambut dan jaket berwarna merah yang selaras dengan rambutnya, dan yang satu lagi tidak memakai atribut sekolah dengan lengkap seperti biasa.
Padahal dia anjing, kenapa tidak menurut saat diperintahkan untuk memakai atribut sekolah dengan lengkap?
"Wah, ada Isara Mao dan Oogami Koga!" Mata [Name] berbinar kala melihat seseorang yang ia sebutkan namanya semakin mendekat, apalagi seseorang yang bernama Oogami Koga.
Dari dulu, ia ingin sekali melihat anjing secara langsung. Tak disangka [Name] bisa bertemu anjing secepat ini.
"Ritsu! Darimana saja kau?!" Isara Mao yang berteriak terlebih dulu untuk memanggil Ritsu. Ritsu hanya membalas dengan senyum gembira ketika melihat orang yang memanggilnya bukanlah kakaknya, melainkan teman masa kecilnya.
"Ma-kun~" ujar Ritsu, merentangkan kedua tangan lalu memeluk Mao saat Mao sudah dekat lima langkah dari dirinya.
"Kyaaa! Aku bisa melihat seekor anjing!" [Name] juga tak mau kalah ketika melihat Koga sudah dekat dari dirinya. [Name] bahkan sampai melompat kegirangan. Mendengar penuturan [Name] yang tak punya hati barusan membuat Koga memunculkan pertigaan imajiner di dahinya.
"S, SIAPA YANG KAU SEBUT 'ANJING', HAH?!" Teriak Koga protes.
Mao hanya melirik keduanya secara bergantian lalu beralih menatap Ritsu untuk bertanya, "Kalian sedang apa disini?"
"Mau mengantar [Name]-chan untuk memilih unit yang dia produseri~" jawab Ritsu malas, "Tapi sepertinya, aku terlalu tidak bertenaga untuk mengantarkannya~"
Alis [Name] berkedut untuk kesekian kalinya. Entah kenapa mendengar kata-kata Ritsu barusan membuatnya seketika itu juga ingin mematahkan tulang punggungnya agar tidak membungkuk terus seperti orang tua.
Kemana perginya niat Ritsu yang ingin mengantar [Name]? Apa ia segitu tidak pedulinya dengan keadaan [Name] ketika sudah bersama Mao?
"Siapa namamu?" [Name] menunjuk Mao tepat di depan wajahnya. Biasa, ia bertanya untuk formalitas.
Walaupun ia tau nama panjang Isara Mao, [Name] sudah terbiasa untuk bertanya lagi pada Mao tentang namanya agar tidak dicurigai stalker.
"K, Kenapa gua ga ditanya juga?!" Koga berteriak protes mendengar pertanyaan [Name], namun sepertinya [Name] lebih mementingkan jawaban Mao.
"I, Isara Mao."
"Bagus, Mao-kun! Kalau begitu, kau saja yang ikut!"
"Apa?!" Ritsu protes dengan mata yang sudah melebar kaget. [Name] menyeringai ketika mengetahui kelemahan lawan.
"Katanya kau tidak mau ikut~ Kalau begitu, biar aku ajak yang lain saja untuk menemaniku~" [Name] berakting sedih dengan mengusap air mata menggunakan tangan. Padahal air matanya sama sekali tidak keluar.
"K, Kau ajak Corgi saja sana!"
"Siapa yang kau sebut Corgi?!" Untuk kesekian kalinya Koga berteriak protes dengan nama panggilan yang ia miliki dari setiap orang. Walaupun ia sudah berusaha keras untuk mengungkapkan namanya, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan memanggil Koga dengan nama lain. Mengingat sifatnya yang memang seperti anjing.
[Name] menyeringai kembali saat mendengar protesan Ritsu. Tak salah lagi, [Name] sudah tau bagaimana cara mengajak Ritsu untuk ikut.
"Baiklah, kalau kau memaksa. Ayo, etto ... siapa namamu?"
"DARITADI DITANYAIN KEK!" Koga kesal dengan beberapa pertigaan ataupun perempatan imajiner khayalan dari pelipis atau tangannya.
Untung saja harapannya yang ingin ditanya namanya sudah terkabulkan.
"Koga! Oogami Koga! Panggil saja Koga!"
"Oke Inu, ayo pergi!"
"Udah gua bilang Koga, sialan!"
Koga terseret melihat tangan [Name] yang sudah menggenggam kuat tangan Koga. Sambil berlari, [Name] pun menjauh dari kedua orang itu dengan membawa seekor anjing.
Mao terkejut ketika melihat Koga yang sudah menjauh dari dirinya. Ingin memanggil Koga kembali, namun sepertinya [Name] tidak akan mendengarkan teriakan Mao.
"Tunggu, Oogami! Aku masih ada urusan denganmu!" Mao melepas pelukan Ritsu lalu menjauh mengejar ketertinggalan.
Ritsu juga tak mau kalah lalu berlari untuk menyusul Mao, "Ma-kun, tunggu aku!"
Sepertinya, masing-masing dari mereka saling mengejar satu sama lain hingga tak sadar [Name] dan Koga sudah sampai di ruang OSIS.
[Name] mendobrak pintu ruang OSIS dan mendapati ruangan itu sudah kosong melompong. Tak ada satu orangpun disana.
"Kakak bodoh! Waktuku mau habis nih! Kemana perginya sih?!"
"K, Kakak?" Koga mengerutkan alisnya tanda tak mengerti.
Sepertinya, [Name] lupa bahwa masih ada orang selain dirinya di ruang OSIS. Atau mungkin, [Name] sudah beranggapan bahwa Koga adalah seekor anjing?
"Pindah tempat!" Seru [Name] setelah membaca secarik kertas memo di atas meja milik kakaknya lalu pergi untuk menuju tempat yang ingin ia tuju.
Mao dan Ritsu seketika itu juga mengubah arah berlarinya saat melihat [Name] dari kejauhan.
Keempat orang itu sepertinya masih bermain kejar-kejaran seperti anak kecil.
"Kakak sialan! Keluar lu sekarang juga!"
"Ara, akhirnya kau menemukanku, [Name]-chan."
[Name] mendobrak pintu kembali yang disambut dengan sapaan dari Eichi. Tangan [Name] sudah bergetar hebat, ingin memukul wajah rupawan kakaknya itu. Berbeda halnya dengan Koga yang sudah memasang ekspresi terkejut ketika mengetahui fakta lainnya dari [Name].
"K, Kaichou-san itu kakakmu?" Koga bertanya yang tak dijawab langsung oleh [Name]. Ia sangat malas mengakui bahwa sang kaisar kejam dari keluarga Tenshouin Eichi adalah kakaknya. Ia juga sangat malas untuk memperkenalkan diri dengan nama keluarganya.
"Gausah main-main! Waktu gua mau abis ini!"
Tak lama setelah [Name] berteriak protes, datanglah kedua mahluk yang tak diundang dari belakang [Name]. Tentu saja kedua mata dari seorang Sakuma Rei langsung berbinar melihat adik tercintanya datang menemuinya.
"Jou-chan, kau tak hanya membawa Wanko, tapi Ritsu juga?" Tanya Rei tak percaya. "Betapa bahagianya Wagahai ketika mendapat hadiah yang kau berikan, Jou-chan~"
Bulu kuduk [Name] berdiri seketika. Tak disangka [Name] akan melihat sisi lain dari sifat Rei secepat ini.
Koga dan Ritsu juga terkejut sekaligus merinding dibuatnya. Mao hanya dapat melihat keduanya dengan kekehan kecil di mulut.
"Apa kau merindukan kakakmu ini~?" Eichi dan Rei berbarengan bertanya pada kedua adik manis nan lucu menurut mereka. Kedua tangan mereka sudah mereka rentangkan, bermaksud untuk menyuruh [Name] dan Ritsu memeluk mereka.
"Enyah kau dari hadapanku!" [Name] dan Ritsu juga tak mau kalah untuk menjawab kompak. Ditambah dengan lirikan sinis dan jijik, hal itu sudah cukup untuk membuat hati mereka teriris cukup dalam.
"Gimana kalau kita pergi dari sini sekarang juga?"
"Ide bagus, [Name]-chan~"
[Name] dan Ritsu pun bekerja sama untuk menjauh dari tempat tersebut, tak ingin lebih lama lagi berada satu ruangan dengan sang kakak. Tentu saja mereka juga meninggalkan Koga dan Mao seenaknya. Seperti sebuah barang yang tak digunakan lagi untuk kebutuhan.
Sebelum [Name] berhasil keluar, ia sempatkan terlebih dulu untuk berbalik menatap sang kakak.
"Aku akan menjadi produser Knights dan masuk ke kelas 2-B. Jangan kau ubah seenaknya lagi."
.
To be continue ....
Halo, kembali bersama saia disini~ /apasi
Seperti yang kalian tau, [Name] akan menjadi produser Knights dari hasil voting yang menang. Harusnya ga ku tambahin aja si Knights ya //digebuk satu kampung
Serius, banyak banget yang milih Knights. Saia aja sampe heran kenapa unit Knights bisa banyak banget yang milih.
Karena unitnya sudah terpilih, saia berencana untuk mengubah sampul ceritanya. Cek aja di bawah, pasti tau kok.
(Anggap aja itu [Name] /woe)
Mungkin cukup sekian dari saia, dan maaf sebesar-besarnya kalau cerita ini tidak sesuai harapan para readers sekalian.
1813 word
55 vote = Next
Resaseki12
Kamis, 08 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top