Chapter 7 - Kelinci dan Bintang
Mari kita kembali dimana Eichi dan Rei yang katanya ingin melakukan suatu pertandingan untuk menunjukkan siapa pemenang sebenarnya yang akan mendapatkan tuan putri mereka, Tenshouin [Name].
Dilihat lagi, Eichi dan Rei sepertinya memang melakukan suatu pertandingan dari salah satu ruang untuk bertanding dengan keahlian masing-masing. Contohnya seperti menyeduh teh dengan benar, atau bermain alat musik sebagus mungkin.
Salah satu dari mereka memang sepertinya tidak ingin berniat mengalah dari awal.
"Rupanya, cara mainmu selalu licik seperti biasa. Karena kau sudah merebut kepercayaan Ritsu dariku, biarkan aku merebut kepercayaan adikmu darimu." Rei berkomentar yang tentu saja dengan tatapan sinis yang ia miliki.
Eichi juga tidak mau kalah dan menatap sinis Rei balik. "Kau juga sudah berteman baik dengan Wataru, kenapa kau tidak membiarkan hubunganku dengan adikku membaik saja?"
Terlihat kilatan petir menyambar satu sama lain dari tatapan mereka dan berhasil membuat salah satu orang yang lewat pingsan karena terkena sambaran petir mereka.
Kalau kita perhatikan lebih lanjut, pertarungan mereka berdua dari tampilan sosok malaikat dan iblis itu pasti tidak akan selesai.
Karena itu, mari kita lihat saja bagaimana keadaan [Name] sekarang. Apa [Name] masih sanggup untuk mencari unit yang ia minati?
"Sudah pastinya aku sanggup! Aku harus sanggup untuk mencari unit yang berbeda dari unit Eichi-nii!!!" [Name] berseru antusias sambil membuka tutup kaleng minuman yang sempat ia beli. "Tapi, kenapa tubuhku terasa berat? Apa ini yang dinamakan lelah?"
[Name] terduduk lemah di jalan. Ia juga merasa kakinya sudah tidak kuat lagi digunakan untuk berjalan, padahal bangku taman sudah terlihat dengan jelas di depan [Name]. Jaraknya hanya sekitar dua meter dari [Name] terduduk.
"Sial, kakiku kram."
[Name] melihat sekilas dimana kaleng minuman yang ia pegang dan tidak berisi karena tumpah saat [Name] jatuh.
Memang [Name] sempat terkena noda dari isi kaleng, tapi seragamnya tidak terlihat lebih basah karena hanya sedikit yang mengenainya.
Menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, tak ada tanda-tanda seseorang akan datang untuk menghampirinya yang terjatuh.
Jangankan berharap untuk dihampiri, berharap untuk dilihat orang saja tidak sangking sepinya jalanan yang [Name] lewati. Harusnya semua orang akan berlalu lalang mengingat perkataan Eichi yang mengatakan kalau hari ini tidak adanya jam pelajaran.
"Apa semua orang sudah jadi hantu?" Pikir [Name] kesal sesekali memijit kaki kanannya.
Mungkin karena [Name] terlalu asik memijat dan mengumpat dalam hati hingga ia tak tau ada seorang pemuda yang perlahan menghampirinya dari jauh dengan surai kakao muda indahnya.
"Ano ... kenapa duduk disini?"
"KAGET!"
[Name] terkejut hingga kaki yang awalnya kram bisa membawanya mundur beberapa langkah mengenai rumput liar halaman sekolah. Hampir saja [Name] terjungkal ke belakang jika kakinya tidak mampu digunakan untuk menyeretnya mundur.
Tak hanya itu, [Name] juga sudah mengambil ancang-ancang untuk melindungi diri dari seseorang yang tidak ia kenal.
"A, Apa?! Aku kaget tau!"
"Ma, Maafkan aku, aku tidak sengaja. Aku hanya penasaran karena ada seorang gadis yang duduk di pinggir jalan begini. Padahal bangkunya ada di sana."
Orang itu menunjuk bangku yang ada di samping kiri [Name].
"Tapi bangkunya masih jauh! Walau jaraknya dua meter, tapi kakiku nggak kuat untuk jalan sampai ke sana!"
"Kaki? Memang, kakimu kenapa?"
Pemuda itu berjongkok untuk melihat kedua kaki [Name]. Memang benar apa kata [Name]. Kedua pergelangan kakinya berwarna ungu lebam menandakan bahwa kaki tersebut tidak bisa digunakan untuk berjalan.
Jangankan berjalan, melangkah saja sepertinya akan terasa sakit sekali, pikir pemuda itu.
"Ah, ternyata kamu senpai-ku?" Pemuda itu bertanya setelah melihat warna dasi yang [Name] kenakan. [Name] hanya mengangguk saja tanpa tau maksud perkataan orang itu.
"Namaku Mashiro Tomoya. Apa aku boleh mengetahui nama Senpai?"
"[N, Name]." [Name] menjawab dengan gugup karena tak percaya ia bisa melihat anak kelas satu tersenyum tulus seperti itu padanya.
'Senyumnya manis banget sih! Bisa bikin diabetes nanti!'
"[Name]-senpai ya? Nama Senpai bagus sekali."
Baiklah, tidak perlu ditanya lagi sepertinya kalian sudah tau jawabannya. Kalau kalian menjawab [Name] hampir saja mimisan melihat senyuman maut nan mematikannya Tomoya, jawabannya adalah benar.
Beberapa kali [Name] mencoba untuk menahan agar wajahnya yang memerah tidak terlihat, namun sepertinya hal itu sangat mustahil untuk dilakukan.
"Ah, maafkan aku Senpai. Tanpa sadar, aku memijat kaki Senpai. Apa terasa sakit?"
Benar juga. [Name] melupakan tangan Tomoya yang sudah memijat kakinya tanpa ijin.
Kalau ditanya masalah sakit atau tidaknya, sudah jelas [Name] akan menjawab tidak. Bahkan [Name] tidak sadar kalau tangan Tomoya sudah bergerak untuk memijat.
Untuk kali ini, [Name] berencana untuk memaafkan tindakan Tomoya yang seenaknya menurut [Name]. [Name] juga tidak tega kalau harus memarahi anak kelas satu yang terlihat sangat polos di matanya.
"S, Sudahlah lupakan saja. Aku maafkan kok--"
"Sedang apa kau, Tomoya?"
Muncul lagi salah satu orang yang tidak diundang. Bukan 'salah satu', mungkin lebih tepat dikatakan sebagai 'salah dua' karena seorang lagi sedang berlarian menyusul ketertinggalan.
'Apa semua murid Yumenosaki sudah menjadi jelangkung?' pikir [Name].
"Hokke, kenapa kau meninggalkanku~?" Tanya salah seorang yang berhasil mengejar ketertinggalan. Dilihat-lihat, tangan kanannya sedang menggenggam kantung kecil yang sangat berat.
[Name] memang penasaran apa isinya, tapi [Name] juga tidak berniat untuk bertanya. Menurutnya, itu akan membuang-buang tenaga.
"Kau selalu saja ingin mencari benda yang berkilau. Karena terlalu lama, aku berjalan lebih dulu darimu."
"Hokke hidoi~"
'Oh, karena itu toh.' batin [Name] mengerti maksud pembicaraan kedua orang yang tak tau dirinya datang tiba-tiba.
"Jadi, kau sedang apa, Tomoya?" Tanya seorang pria sekali lagi yang membuat alis [Name] berkedut beberapa kali.
'Dia buta atau gimana sih?! Udah jelas-jelas Tomoya lagi mijitin kakiku masih aja nanya!'
"Woah!!! Bukannya kau adalah murid pindahan yang lainnya selain Anzu? Salam kenal~ Namaku Akehoshi Subaru, mau bergabung ke unit Trickstar~?"
Subaru yang lebih dulu memperkenalkan diri dan mempromosikan unitnya yang seketika itu juga membuat anak bernama Hokke dan Tomoya membeku karena syok.
Bagaimana tidak? Dari yang semua orang tau, Anzu adalah satu-satunya produser dan satu-satunya orang yang mau menjadi produser Trickstar.
Namun bagaimana jadinya jika Subaru menawarkan unitnya lagi pada produser yang lain? Sudah pastinya Trickstar akan dianggap sebagai unit yang sangat 'maruk' karena ingin mengambil semua produser untuk unit mereka sendiri.
[Name] sih tidak mempermasalahkan hal itu. Walau ia tau betul Trickstar sudah punya produser, hal itu juga bisa membantunya menjadi produser yang baik dan benar jika ia bisa belajar langsung dari Anzu.
"Aho Akehoshi!" Hokuto mengumpat pada Subaru terlebih dulu sebelum ia memperkenalkan diri yang baik dan benar. "Aku sudah tau namamu karena aku tak sengaja mendengar obrolan semua orang tentang dirimu. Namaku Hidaka Hokuto, leader Trickstar, dan ku harap kau tidak bergabung ke unitku karena kami sudah punya produser yang lebih hebat darimu."
'Maksudnya, aku nggak hebat gitu?!' alis [Name] mulai berkedut lagi tanda kesal.
"Hokke, bagaimana kau bisa--"
"Aku akan membayarmu, jadi diamlah sebentar."
Seperti yang diperintahkan, Subaru terdiam saat mendengar dirinya akan dibayar. Bukan dibayar menggunakan uang, tapi dibayar menggunakan koin yang katanya berkilau.
Hokuto sudah tau betul hal itu dan bermaksud untuk menyogok Subaru agar diam seperti yang diperintahkan. [Name] saja hanya menggelengkan kepalanya lemah dan berpikir bahwa Hokuto sudah melakukan suatu kejahatan.
"Ano, [Name]-senpai. Kalau Senpai tidak keberatan, maukah Senpai bergabung ke unitku, Ra*bits?" Kali ini, Tomoya memberanikan diri untuk bertanya.
Kalau [Name] mengingat dari informasi yang pernah [Name] baca, Ra*bits adalah salah satu unit yang baru-baru ini saja terbentuk dari sekolah Yumenosaki dengan tiga member anak kelas satu dan satu anak kelas tiga sebagai leader.
Ra*bits juga mengambil tema dari kelinci, yang menandakan bahwa semua membernya pasti akan terlihat sangat imut, bahkan untuk anak kelas tiganya sekalipun. Ra*bits pastinya juga akan menghibur semua anak yang berusia lima sampai sepuluh tahun, dan [Name] sangat tidak menyukai hal tersebut.
Perlu diingat bahwa [Name] sangat membenci semua anak yang umurnya dibawah sebelas tahun, tidak seperti unit Ryuseitai dan Ra*bits yang sangat suka menghibur anak kecil.
"Maaf, Tomoya. Aku nggak bisa bergabung. Aku ingin mencari unit yang lain dulu sebelum mengambil keputusan."
"Ti, Tidak apa-apa kok Senpai. Pada awalnya, semua orang pasti akan mengambil keputusan yang seperti itu. Kalau tidak terpilih pun, mungkin unitku masih belum lebih baik dari unit yang Senpai pilih."
[Name] ingin menangis saja rasanya. Bagaimana bisa anak seimut dan selucu ini bisa memikirkan hal yang menurut [Name] sangat sedih untuk dikatakan?
"Bagaimana kalau unit--"
"Diam kau!"
Berhasil dengan sukses, Subaru terdiam untuk kedua kalinya berkat Hokuto dan [Name] yang memerintahkannya secara bersamaan.
"Terima kasih banyak, Tomoya. Berkat kau, akhirnya kakiku bisa berjalan lagi."
[Name] berdiri untuk menandakan bahwa dirinya sudah baik-baik saja sekarang. Tidak dapat dipungkiri bahwa Tomoya masih menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Kalau begitu, aku harus pergi ke suatu tempat untuk mencari unit yang lain."
[Name] berlari menjauh sambil melambaikan tangan yang disusul dengan lambaian tangan Tomoya dan Subaru.
"Kalau tidak salah, tadi aku melihat bunga mawar dari saku almamater [Name]-senpai. Apa itu dari Buchou?"
"Kau serius, Tomoya? Aku harus mengejarnya!"
"Tunggu, Hokke?! Mau kemana?!"
Hokuto berlari mengejar [Name] dan tidak peduli lagi dengan teriakan menggema Subaru dari yang berulang kali memanggilnya dan menyusul mengejar ketertinggalan. Tomoya hanya dapat terdiam melihatnya. Mungkin saja kalau bunga itu tetap dibiarkan, masalah yang lebih besar akan menghampiri [Name] nantinya, pikir Hokuto yang menyadiri bahwa pertama kalinya dirinya memikirkan orang lain seperti sekarang.
To be continue ....
.
Maafkan aku yang menghilang tanpa kabar 😭
Ini semua gara-gara wattpad eror sih... Ga mau dimasukin akunnya padahal pass dah bener
✨ 40 vote = Next
1537 word
Selasa, 28 Juli 2020
Resaseki12
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top