Chapter 4 - Menistakan Kaisar

[Name] terdiam beberapa saat sebelum akhirnya menyadari perkataan dari sang legendaris sekolah yang biasa disebut dengan 5 orang ajaib-Tunggu, bukannya sekarang sudah diganti menjadi 3 orang ajaib karena 2 lainnya sudah pensiun ya?

[Name] : Kau pikir mereka apaan pake pensiun segala?

"Panggil nama depan itu ... maksudnya memanggil senpai dengan nama Sakuma-senpai sendiri, yaitu Rei-senpai?"

"Benar sekali, Jou-chan. Aku akan sangat senang bila kau memanggilku dengan namaku seperti itu." Sambung seseorang yang kita ketahui bernama Sakuma Rei, ketua dari klub musik. Kalau kalian menonton animenya, mungkin kalian juga akan tau.

'Sial, sial, sial ... sekarang idolaku berada tepat di depan mataku! Disuruh manggil dengan nama depan pula! Inginnya ku menjerit sekarang juga!'

"Jadi?"

"Eh?" [Name] berujar bingung sambil menolehkan kepalanya untuk menatap iris merah yang di miliki sang vampir Yumenosaki tersebut. Karena dirasa [Name] makin bingung, akhirnya Sakuma Rei memutuskan untuk melanjutkannya saja.

"Apa kau tidak ingin masuk ke---"

"Tidak, terima kasih."

Plop!

Sambil membuka tutup cup es krim nya, [Name] menjawab cepat sebelum Rei berhasil menyelesaikan kalimatnya.

'Kenapa aku menolaknya mentah-mentah?! Padahal Rei-senpai belum menawarkanku untuk masuk ke unitnya! Dasar, [Name] bodoh!' batin [Name] melirik Rei sekilas lalu beralih untuk menatap es krim yang sudah ia sendokkan di tangan kanannya dan melahapnya.

"Hee~ Kenapa kau menolakku? Padahal aku masih belum menyelesaikan kalimatku~" ujar Rei seperti mengeluh dengan [Name].

"Maaf, tapi aku sudah tau apa yang akan senpai tanyakan, Rei-senpai."

"Hidoi yo, Jou-chan~ Memangnya apa yang ingin ku tanyakan barusan?"

"Lebih tepatnya sih, senpai pasti ingin menawarkan ku sesuatu." [Name] pun mulai memasukkan es krim yang sudah ia ambil dengan sendok ke mulutnya untuk memakannya kembali.

"Memang benar aku ingin menawarkanmu sesuatu. Tapi apa itu?"

"Masalah unit?"

"Tawaran yang ingin ku katakan seperti apa?"

"'Apa aku boleh bergabung ke unit senpai sebagai produser dari unit senpai?' mungkin begit---"

"Boleh! Boleh banget! Kau langsung di terima, Jou-chan!"

... hah?

Tunggu dulu sebentar ....

[Name] bingung. [Name] *lola saat ini. Otak [Name] pun berusaha keras untuk berpikir kembali. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

"Eh?"

Akhirnya, [Name] sadar juga. Bahkan [Name] hampir saja tersedak dengan es krim nya sendiri.

"T-tunggu senpai! Aku kan belum menerimany---"

"Tapi tadi kau bertanya padaku kan?" Tanya Rei dengan seringaian yang tidak bisa hilang, "Secara otomatis, kau sudah di terima di unitku karena aku lah leadernya."

'Oh, sialan. Dia sudah menjebakku!' batin [Name] kesal sekaligus deg-degan. Alisnya bahkan sudah berkedut beberapa kali tanda kesal. Namun wajahnya berkata lain.

"Sepertinya, kau masih saja bermain licik ya, Sakuma-kun."

Sip, terdengar lagi suara misterius yang tidak diketahui siapa pemiliknya.

Pemiliknya adalah [Name] sendiri? Oh, salah besar. Sebenarnya, kali ini [Name] masih menyangkut kan sendok es krim yang ia pegang ke mulutnya. Jadi tidak mungkin suara itu milik [Name].

Apakah sekolah ini sudah menjadi angker saat [Name] pindah ke sekolah ini? Pikir [Name].

"Seperti biasa, kau selalu saja ikut campur. Lagipula, ini juga bukan masalahmu." Balas Rei kesal pada suara tersebut.

"Heeh~ Menurutku, kalau semua masalah yang berhubungan dengan [Name]-chan, itu juga akan menjadi masalahku--"

"Eichi-nii, tolong hentikan itu!"

Yap, kalian pasti sudah tau kalau suara misterius tersebut berasal dari suara Eichi. Tunggu, sejak kapan dia ada disana? Bukannya dia masih berada di ruang OSIS? Apa jangan-jangan ketos kita selama ini adalah hantu?

Oke, yang tadi itu tidak masuk akal.

"[Name]-chan. Aku tau kau menyukai Sakuma-kun ini, tapi alangkah lebih baiknya kalau kau masuk ke unitku daripada unit miliknya."

"Jahat sekali. Kata-katamu itu selalu saja kejam seperti biasa ya, Eichi-kun?" Rei berkomentar kala Eichi merendahkan unit miliknya.

"Entahlah. Kau ini sebenarnya memang ketos atau iblis asli? Sudah begitu penyakitan pula."

Jleb!

Oke, sepertinya Eichi merasa ada yang menusuk tepat di jantungnya. Dan seperti biasa, kata-kata penghinaan dari [Name] selalu bisa membuat Eichi tertusuk.

'Lebih baik menistakan kakak sendiri yang kelakuannya macam iblis beneran' -[Name]2k20

"Bagus sekali, Jou-chan. Aku bangga padamu." Ujar Rei yang melihat Eichi sepertinya sudah tumbang tak berdaya.

"Headpat aku, senpai?"

"Boleh boleh, kau pantas mendapatkannya."

Rei pun mengulurkan tangannya lalu menepuk pucuk kepala [Name] pelan. Tentu saja [Name] sangat senang dengan hal itu, namun berbeda halnya dengan Eichi yang melihatnya.

'Padahal aku juga mau mem-patpat dirinya kalau dia ingin. Tapi karena dia yang tidak meminta, jadi ku abaikan saja.' batin Eichi merasa sakit kembali saat melihat adik tercintanya sudah diambil oleh orang lain.

'Apakah seperti ini rasanya diabaikan adik sendiri, seperti Sakuma-kun yang di abaikan Ritsu-kun?'

"[Name]-chan, kau ingin di patpat juga--"

"Kalau itu darimu, terima kasih. Tapi maaf, aku tidak ingin."

Jleb!

Suara tusukan yang ke-dua kalinya terdengar, hal itu justru memang bisa membuat sang kaisar tumbang seketika karena penyakit bengek yang ia miliki. Namun ia urungkan niat tersebut karena masih mempunyai harga diri di depan seorang vampir dari Yumenosaki.

"Jou-chan. Kau segitu bencinya pada kakakmu?" Tanya Rei penasaran.

"Memangnya kenapa, Rei-senpai?"

"Tidak. Entah mengapa, sifatmu sekarang ini sangat mengingatkanku dengan seseorang yang sangat ku kenal."

Dan di sisi lain ....

"Hachi!!!"

"Ritsu-chan, kau tak apa?"

"Aku baik, Natchan~ Mungkin ada seseorang yang kurang kerjaan untuk membicarakanku dari belakang~"

Abaikan saja yang tadi. Sekarang kita kembali pada kenyataan yang dialami [Name] saat ini.

"Sakuma-kun. Kau tega sekali padaku ya."

"Kenapa aku harus tidak tega pada seorang kaisar penyakitan yang sudah mencoba untuk menindasku dari jauh?"

Jleb!

"Naisu killu, Rei-senpai!" [Name] berseru semangat dengan mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Ayo kita tos dulu, Jou-chan."

"Ayo, senpai!"

Keduanya pun mengeluarkan telapak tangan mereka lalu disatukan hingga menjadi seperti tepukan dari kedua pemilik tangan. Eichi yang melihatnya semakin sakit saja di buatnya. Belum pernah ia melihat adiknya sesenang dan segembira itu sebelumnya.

"Apakah rasa sakitku adalah bentuk kebahagiaan untuk adikku tercinta?" Gumam Eichi tersenyum simpul karena masih merasakan sedikit sakit akibat perkataan kedua orang yang tidak memiliki perasaan saat berbicara padanya.

"Bagaimana, Jou-chan? Apa kau mau masuk ke unitku?" Tanya Rei sekali lagi.

"Alangkah lebih baiknya jika kau masuk ke unitku, [Name]-chan." Eichi berkomentar.

[Name] hanya tersenyum simpul untuk menanggapi, lalu mulai memberikan pendapatnya juga. "A-aku kan sudah bilang kalau aku harus mendapatkan unitku sendiri yang lebih cocok selain unitmu, Eichi-nii--"

"Tapi kalau kau masuk ke unit milik Sakuma-kun, tentu saja aku menolaknya."

Rei melirik Eichi sejenak lalu mulai mengeluarkan pertanyaan tanda protes.

"Kau masih dendam denganku, Eichi-kun?"

"Mungkin ya, mungkin tidak."

[Name] tersenyum canggung, tak tau lagi harus seperti apa untuk mengatasi situasi canggung yang di buat oleh kedua orang tersebut karena tatapan mereka seperti kilatan listrik yang saling bersautan.

"Apa kita harus mengadakan duel, untuk menentukan unit siapakah yang akan Jou-chan pilih?"

"Sepertinya itu ide bagus, Sakuma-kun. Bagaimana menurut--"

"... Jou-chan?"

"Dimana [Name]-chan?"

Seperti yang diketahui, bahwa [Name] sudah menghilang dari sana. Rei dan Eichi pun bahkan tidak sadar sejak kapan [Name] sudah meninggalkan mereka berdua.

'Apakah kita masih harus mengadakan duel?' batin kedua orang tersebut. 'Sepertinya memang harus. Karena saat dia kembali, dia pasti bisa memilih unit siapa yang akan dia pilih.'

To be continue ....

1170 word

Resaseki12

17 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top