Chapter 37 - Masa Lalu (3)
Benar saja apa yang ia khawatirkan saat ini, [Name] melihat sang kakak yang sudah berdiri sambil menunggu dirinya agar bisa masuk ke limousine bersama-sama. Tapi tunggu, sepertinya ada yang aneh disini.
Terlihat dari kejauhan, rupanya Eichi tidak sendiri. Ada Hasumi Keito dan Hasumi Kaede yang sedang bersama Eichi. Awalnya [Name] berpikir mereka hanya berbincang biasa, namun dugaannya langsung berubah saat melihat ekspresi serius dari mereka bertiga.
Mereka sedang membicarakan apa? Itulah yang terlintas di benak [Name] saat menatap mereka dengan kerutan di dahi yang semakin dalam.
Tidak mau menyiakan kesempatan karena kehadirannya belum disadari oleh mereka bertiga, [Name] lebih memilih untuk bersembunyi di semak-semak sambil berusaha mendekat untuk mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Kurasa rencana ini sudah bagus."
"Kau yakin bisa melakukannya, Eichi?"
"Jika Eichi-san tidak bisa melakukannya juga tidak apa. Walaupun aku bisa menjaga [Name], tapi aku tidak yakin bisa menenangkannya jika hal buruk terjadi padamu."
"Kalian jangan khawatir. Demi sekolah ini, aku bisa melakukannya dengan sebaik mungkin."
Benar saja apa yang [Name] duga, mereka sedang rapat karena pembicaraan mereka terlalu serius bagi [Name] yang mendengarnya. Tidak mungkin mereka hanya berbicara biasa.
"Apa yang kau lakukan disini--"
"WAAHHH--"
[Name] terjungkal dan dengan sigap [Name] menutup mulutnya sendiri. Ia sedikit keringat dingin, takut jika sang kakak dan para sahabatnya mendengar jeritannya. Namun mereka seperti tidak memiliki tanda-tanda akan menoleh. Syukurlah setidaknya tempat persembunyian [Name] tidak ketahuan.
"Leo-senpai kenapa mengagetkanku?!" [Name] menatap tajam pada Leo, pelaku yang membuatnya kaget, dengan suara berbisik. Pelaku yang mendapat tatapan tajam tersebut malah tidak mengerti dan lanjut menampilkan senyum cerahnya yang menurut [Name] menyebalkan.
"Ahaha~! Aku hanya penasaran apa yang kau perbuat disini, [Name]."
"Tapi pelankan suaramu, Senpai!" Masih dengan berbisik, [Name] menarik tangan Leo untuk mendekatinya lalu mendekap mulut Leo. Pelaku yang dibekap malah hanya tertawa, namun dengan suara pelan kali ini.
"Kau masih saja seru sekali saat diajak bicara! Aku jadi teringat dengan Ruka." Leo berujar dengan nada berbisik tapi masih bisa dirasakan semangatnya. "Oh ya, aku jadi teringat sesuatu. Bukankah kau seumuran dengan Ruka? Lalu kenapa kau ada disini? Seorang gadis yang mirip dengan Keito disana juga ada disini, padahal aku yakin kalian seumuran. Apa jangan-jangan kalian bermusuhan dengan Ruka?"
Bagus sekali, Leo menanyakan suatu pertanyaan yang sangat sulit [Name] jelaskan dengan otak kapasitas rendah seperti Leo.
Memang benar harusnya mereka berdua, [Name] dan Kaede, masih menginjak kelas 3 SMP. Mereka benar-benar seumuran dengan Tsukinaga Ruka, adik dari Tsukinaga Leo. Mereka juga satu sekolah dan satu kelas saat [Name] masuk kelas 1 SMP yang membuat [Name], Kaede, dan Ruka akrab. Tidak heran Leo bisa ingat mereka berdua jika menyangkut teman-teman Ruka.
Lalu bagaimana [Name] dan Kaede bisa masuk ke sekolah Yumenosaki? Ceritanya panjang sekali.
Singkatnya, hanya [Name] yang ingin lompat kelas saat dirinya masih kelas 2 SMP pada awalnya. Dirinya ingin bersekolah di Reimei karena orang tua mereka sudah memiliki rencana dan niat ingin menyekolahkan [Name] ke sekolah yang jauh dari rumah, namun terkenal dengan para muridnya yang berhasil di dunia entertainment. Sekolah itu juga semakin terkenal berkat bakat dari salah seorang siswi berambut merah muda yang menjadi maskot sekolah. Dirinya berhasil membuktikan bahwa dirinya bisa menjadi aktris di usia muda berkat bakat alami dari berakting. Tapi bukan ini yang [Name] inginkan.
[Name] tidak pernah ingin menjadi pusat perhatian. Jika dirinya harus mendapatkan pekerjaan pun, ia ingin dirinya tidak terlibat dengan pekerjaan yang mengharuskannya naik di atas panggung, apalagi di depan kamera.
Untuk itu dirinya ingin lompat kelas. Bukannya berhasil menghindar, malah di Reimei pun sama saja. Bisa-bisanya [Name] terkenal di kalangan para gadis padahal ia hanya melakukan pemotretan waktu itu.
Menghela napas tanda lelah, [Name] geleng-geleng kepala. Sudah lelah ia harus menjelaskan sepanjang itu pada Leo.
"Ceritanya panjang. Tapi intinya kami tidak bertengkar."
"Ahaha! Syukurlah kalau kalian tidak bertengkar~!"
Hampir saja [Name] ingin menggeplak mulut Leo dengan tasnya namun tidak jadi saat menyadari ternyata Leo pun berbicara masih dengan berbisik.
"Kalau begitu aku pergi dulu! Kalian harus terus akrab loh~! Aku akan marah jika kalian bermusuhan dengan Ruka!"
'Aku paham, jadi pergi saja sana! Mereka mulai curiga!' Batin [Name] menjerit kesal dengan suara Leo yang kembali lantang, tidak berbisik seperti sebelumnya.
Kembali dimana [Name] masih mengamati mereka bertiga, rupanya kedua Hasumi itu sudah pergi. Hanya tersisa Eichi disana yang masih menatapnya-- Tunggu, menatap [Name]?
Sedikit terkejut, tiba-tiba saja [Name] berdiri dan keluar dari persembunyiannya. Jika Eichi sudah menatapnya, [Name] yakin persembunyiannya sudah ketahuan. Ini semua salah Leo dan suara lantangnya yang tidak bisa dijaga itu.
"M-maaf, Nii-chan. A-aku takut mengganggu kalian jadi aku ... bersembunyi."
Eichi terdiam.
Tidak, ia bukannya marah pada [Name], malahan tingkah [Name] yang mengakui kesalahannya sangat lucu di mata Eichi. Eichi terdiam hanya karena dirinya sedikit kesal saat melihat [Name] dan Leo bisa sedekat itu.
'Sayang sekali Kaede tidak bisa menjaga [Name] 24 jam. Apa yang harus ku lakukan agar mereka menjauh dari [Name]-chan?' Eichi membatin sambil mengelus rambut [Name] pelan tanda sayang.
"Tidak apa, haruskah kita pulang sekarang?"
[Name] mengangguk canggung. Perlahan kakinya bergerak memasuki mobil disusul oleh Eichi. Setelah kedua keluarga Tenshouin itu duduk dengan nyaman, barulah sang sopir bisa dengan nyaman mengendarai tempat tujuan yang sekiranya ingin dituju oleh Eichi.
Benar, ini jalan yang hanya diketahui oleh Eichi. [Name] yang melihat pemandangan luar jendela sama sekali tidak tau mereka akan menuju kemana. Yang ia pikirkan mungkin saja Eichi mengambil jalan pintas untuk pulang, maka dari itu [Name] tidak tau. Ia juga tidak memutuskan untuk bertanya lebih lanjut.
Namun sebelum mereka sampai di rumah kediaman Tenshouin, tiba-tiba saja mobil yang mereka kendarai berhenti mendadak. [Name] kaget dan berpikir mungkin saja ada masalah pada mesin mobil. Sebelum [Name] bisa menyimpulkan hal tersebut, tiba-tiba saja Eichi beranjak turun dari mobil.
"N-Nii-chan? Nii-chan mau kemana--"
Belum selesai [Name] berbicara, mobil sudah hidup kembali dan berjalan menjauhi Eichi. Makin panik saja [Name] dibuatnya. Sebelum dirinya menyuruh sang sopir untuk berhenti, entah kenapa tiba-tiba saja dirinya teringat perbincangan mereka sebelum [Name] ketahuan bersembunyi.
"Jika Eichi-san tidak bisa melakukannya juga tidak apa. Walaupun aku bisa menjaga [Name], tapi aku tidak yakin bisa menenangkannya jika hal buruk terjadi padamu."
[Name] berdecih kesal. Sesuatu yang dikatakan Kaede berhasil membuatnya berspekulasi liar tentang apa yang akan terjadi pada Eichi. Apa yang mereka maksud 'hal buruk'? [Name] menggelengkan kepala, tidak tau dan tidak ingin mau tau.
"Hentikan mobilnya sekarang! Aku ingin turun!"
"Tidak bisa, Tuan muda sudah menyuruh kami agar mengantar Nona muda sampai tujuan dengan selamat."
"Kau pikir kau siapa bisa membantahku seperti itu?!" Walau dirinya selalu terlihat tenang dan tanpa ekspresi, namun kali ini dirinya berhasil dibuat marah. Rasanya ia ingin mengamuk saja di dalam mobil ini.
"Nona muda, tolong tenanglah. Ini demi kebaikan Nona muda juga. Saya hanya menjalankan perintah sesuai dengan yang diinginkan Tuan muda."
Kembali lagi [Name] merasa kesal sampai giginya terdengar bergemeletuk beberapa kali. Mau marah pun juga percuma, mereka memang hanya sedang bekerja dan mereka tidak salah sama sekali. Kali ini [Name] harus memikirkan cara lain agar bisa keluar dari sini.
Melirik kesana-kemari dengan perasaan gelisah, seketika ia seperti mendapatkan sebuah ide.
Benar juga, kenapa dirinya tidak terpikirkan sampai sana?
Selagi mobil masih melaju kencang membawa mereka ke rumah kediaman Tenshouin, diam-diam [Name] mendekati pintu dan membukanya pelan. Melihat situasi yang berada di luar jendela terlebih dulu, dirinya kemudian terjun bebas keluar dari mobil sampai tubuhnya berhasil menyentuh aspal dan mencium dinding bangunan.
Berhasil. Dirinya benar-benar berhasil keluar dari mobil. Namun perhatian [Name] kembali ke kenyataan yang ada sambil berusaha bangkit dan berlari kencang untuk menyusul sang kakak ketika melihat ternyata bodyguard yang berada di mobil menyadari [Name] terjatuh dan keluar dari mobil.
Tak memakan waktu banyak, [Name] yakin sudah berada di tempat dimana Eichi turun dari mobil. Tapi kenapa banyak sekali orang yang ada disana? Belum lagi adanya mobil ambulan yang terparkir di pinggir jalan.
Tunggu, ambulan?
Rupanya [Name] tidak salah lihat, itu benar-benar ambulan. Makin merasa panik ketika [Name] tak sengaja melihat Eichi digotong oleh beberapa orang untuk masuk ke ambulan.
Tanpa peduli dengan kakinya yang pincang sehabis terjatuh dari mobil, [Name] kembali berlari menyusul ambulan tersebut lalu masuk dan mendapati memang benar Eichi yang sedang digotong sebelumnya. Hampir saja [Name] menangis. Dirinya takut jika terjadi sesuatu pada Eichi yang membuat Eichi meregang nyawa. Semoga saja itu tidak terjadi.
.
To be continued ....
1388 word
Resaseki12
Kamis, 20 Juni 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top