Chapter 32 - Pernyataan Cinta (3)
Sampailah mereka di cafetaria, tempat dimana [Name] sudah mendapat banyak makanan di atas meja karena ditraktir Keito.
Mata [Name] sudah berbinar sejak tadi. Dirinya bahkan bingung ingin menghabiskan makanan yang mana terlebih dulu.
"Jangan heran, memang porsi makan [Name] harus seperti ini barulah ia bisa kenyang," ujar Keito dari belakang Tsukasa dan Tori saat mereka berdua melongo menatap makanan [Name] yang kelewat banyak.
Bagaimana tidak? Lihat saja satu meja yang mereka tempati saat ini. Penuh sekali dengan 11 porsi makanan berbeda seperti mie ayam, pangsit, dan sushi.
Semuanya terlihat seperti makanan lokal khas +62, untung saja keluarga Tenshouin dan Hasumi kaya, jadi mereka bisa membeli makanan dari lintas negara hanya untuk mengisi cafeteria sekolah Yumenosaki. Ya, hanya untuk melayani seorang tuan putri dari keluarga Tenshouin saja mereka sampai melakukan hal merepotkan seperti ini.
Masing-masing tangan [Name] sudah sibuk melakukan pekerjaannya tanpa diminta. Ada yang mengangkat salah satu piring dengan satu porsi bakso, ada juga yang sudah memegang tusuk gigi untuk memakan bakso tersebut.
Jangan ditanya kenapa [Name] makan tidak pakai sendok atau sumpit, sifat anaknya saja sudah ajaib, sudah pasti cara makannya pun harus lebih ajaib lagi.
Melihat [Name] yang masih makan, Tsukasa dan Tori hanya bisa terkekeh dalam diam. Bahkan Tsukasa pun sesekali ikut memakan makanan yang ada di meja tersebut karena penasaran.
"Jadi, kenapa kalian tadi bisa ada disana?"
Salah satu ujaran pertanyaan dari Keito sukses membuat fokus Tsukasa dan Tori teralihkan. Kalau [Name] jangan ditanya, ia masih sibuk menghabiskan makanannya walau matanya sudah melirik Keito, seperti sudah menyiapkan telinganya.
"Umm, tadinya aku yang mau pergi ke tempat latihan knights karena I forgot something dan berniat ingin mengambilnya." Tsukasa yang lebih dulu bersuara untuk menjawab karena merasa tidak nyaman dengan suasana sekarang ini. "Tapi aku bersembunyi di balik gazebo karena ... aku mendengar sesuatu yang tidak seharusnya ku dengar."
Jawaban Tsukasa barusan berhasil membuat Tori terbelalak. Entah kenapa, tapi sepertinya ia harus tau tentang hal yang hanya diketahui oleh Tsukasa itu.
"Apa maksudmu dari 'mendengar sesuatu yang tidak seharusnya kau dengar' itu?" Tanya Tori, seperti ingin menginterogasi Tsukasa yang membuat Tsukasa tidak nyaman dan diam seribu bahasa.
Daritadi Keito hanya menyimak dan melirik mereka satu sama lain, tidak terkecuali [Name] sendiri yang masih sibuk memakan bakso ukuran jumbo dengan tusukan lidi.
Entah [Name] akan berhasil memakan bakso itu atau tidak, tapi mari kita doakan keselamatan MC kita agar tidak mati muda hanya karena tersedak.
Berniat ingin menjelaskan, tapi Tsukasa tidak nyaman ketika harus mengatakan sebuah rahasia yang sumber rahasianya ada di depannya saat ini. Belum lagi lirikan mata [Name] yang secara bergantian melirik dirinya dan Tori semakin membuatnya takut, padahal [Name] hanya melirik.
"A-aku ...."
Menggigit bibir bawahnya walau tidak sampai terluka, Tsukasa menghembuskan napas pasrahnya. Ia tidak tau lagi harus mengelak dengan cara seperti apa.
"A-aku tadi mendengar percakapan [Name] nee-sama dengan seseorang berwajah galak--"
"Sazanami Jun."
"Y-ya, itu maksudku."
Disaat dirinya makan pun [Name] masih sempat-sempatnya mengoreksi penjelasan Tsukasa yang sudah terlihat ketar-ketir.
"[Name] nee-sama tadi berbicara tentang sesuatu yang membuatku terkejut. Umm, intinya wajah galak itu- m-maksudku Sazanami-senpai sedang menembak Onee-sama di taman sekolah--"
BRAK!!!
"APA?!"
"UHUK!!!"
Tidak hanya Tsukasa, bahkan [Name] yang sedang mengunyah sisa bakso terakhir pun sedikit terlonjak kaget dan terbatuk karena terkejut bisa-bisanya Tori dan Keito menggebrak meja dan berteriak histeris seperti tadi. Kalau Tsukasa sih hanya hampir terjungkal saja tidak sampai terbatuk seperti [Name] yang tersedak kuah bakso.
"Ayo, minum dulu Onee-sama!" Tsukasa yang terlihat lebih panik disini untuk membuat [Name] tenang. Dengan cepat ia menyerahkan segelas air putih yang untungnya tidak tumpah -saat Keito dan Tori menggebrak meja- kepada [Name] dan membantu [Name] melegakan tenggorokan.
"Hah?! Serius?! Aku nggak percaya kalau ini beneran terjadi!" Tori -yang tanpa rasa bersalah berkonstribusi membuat [Name] tersedak- malah marah dan misuh-misuh sendiri.
Keito juga awalnya ingin misuh, tapi ia mulai teringat lagi jika dirinya bukan siapa-siapa bagi [Name]. Jadi buat apa dia misuh?
"Aku nggak terima! Ini sih harus dilaporin ke Kaicho-sama! Pokoknya dia harus dihukum karena menodai Nee-chan! Yuzuru juga kemana sih disaat dirinya dibutuhkan seperti sekarang?! Enak banget dia bolos kerja nggak jagain Nee-chan!"
Sambil jingkrak-jingkrak dan sedikit tantrum karena sebal, akhirnya Tori membawa langkahnya pergi dari cafeteria. Di sela itu pun mata [Name] tak sengaja melirik Tori sedang mengutak-atik ponselnya.
Apa dia ingin menelpon seseorang, atau sedang mengirim pesan singkat kepada Eichi atau Yuzuru? Entahlah, [Name] sedikit tidak peduli.
"Jadi itu benar? Kau ditembak murid dari sekolah lain?"
Melirik siapa yang memiliki tegas nan maskulin yang seperti ingin menginterogasinya itu, [Name] menoleh dan mendapati rupanya Keito yang sedang berbicara padanya saat ini.
Tapi ada yang aneh, kenapa raut wajah Keito terlihat tidak bersahabat? Bahkan Tsukasa juga setuju saat mendapat kode pertanyaan dari lirikan mata [Name].
"Jawab aku, [Name]."
Sekali lagi Keito menginterupsi, namun kali ini kedua tangan Keito bergerak untuk menggenggam kedua bahu [Name].
"M-mulai dari mana aku jelasin ini ...."
"Jelasin semuanya, tanpa ada yang ditutup-tutupi."
[Name] semakin mengerutkan kening dan memijat pelipisnya. Jujur ia lelah, tapi mau gimana lagi? [Name] sudah menganggap Keito seperti kakaknya sendiri, jadi mau tidak mau [Name] harus menjelaskan semuanya.
"Tadinya aku diminta Eichi-nii untuk menjaga member Trickstar dan Eve di ruang latihan. Namun karena suatu alasan, Yuzuru dan Jun bertengkar yang membuatku harus memisahkan mereka berdua. Aku nggak tau apa yang membuat mereka marah, tapi aku membawa Jun menjauh dari Yuzuru dan berakhirlah di taman sekolah. Niatnya aku ingin balik setelah Jun tenang, tapi tiba-tiba aja aku mendapat pernyataan cinta."
Mendengar penjelasan panjang lebar -yang sedikit dimodifikasi- dari [Name] membuat Keito semakin mengerutkan kening.
Keito menghela napas lelah lalu melepaskan bahu [Name] dari tangannya, ia bermaksud ingin memijat pelipisnya sendiri.
Tsukasa masih terdiam, namun [Name] tau kalau saat ini Tsukasa sedang merutuki dirinya sendiri karena salah bicara.
Tidak selang beberapa menit, ponsel [Name] yang ada di saku roknya berdering. Menandakan ada yang sedang menelponnya.
"Halo?"
"Halo, [Name]-chan. Kau dimana?"
Ah, rupanya ini suara Eichi. [Name] jadi berasumsi bahwa Tori sudah menelpon atau mengirimkan pesan singkat kepada Eichi sehingga Eichi menelponnya.
Yakin sih, sudah pasti Tori mengadu pada sang Baginda bengekan kita tercinta.
"Aku di cafeteria bersama Megane-nii-chan dan Tsukasa. Kenapa?"
"Ah, kau bersama Keito? Kalau begitu aku tak perlu khawatir lagi jika kau tak bersama dengan Yuzuru."
Kembali lagi [Name] memutar bola matanya malas. "Ya~ terserah~ kalau begitu jangan ganggu aku."
"Ahaha, baiklah. Selamat bersenang-senang~"
Tut!
Telpon pun dimatikan secara sepihak, [Name] lah pelakunya.
Memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, [Name] melirik dan mendapati wajah Keito yang sedang bersahabat saat ini. Terlihat seperti ... marah dan kesal? Sepertinya begitu.
Berniat ingin memecahkan keheningan, [Name] pun berinisiatif untuk bertanya.
"Kenapa?"
"Hah? Oh, tak apa. Aku hanya ... merasa aneh."
"Merasa aneh kenapa?"
Tak ada jawaban dari pihak Keito.
Setelah menunggu beberapa saat, [Name] berpikir sepertinya Keito memang tidak ingin membicarakan hal ini lagi. Untuk itu ia berjalan dan berinisiatif menarik Tsukasa yang sedang melamun menjauh dari cafeteria.
Namun sebelum benar-benar berhasil melakukan itu, baru beberapa langkah saja salah satu tangan [Name] digenggam erat oleh seseorang yang membuat [Name] tak bisa menjalankan niatnya untuk menjauhi Keito.
"Kenapa lagi?" [Name] bertanya ketus pada Keito, salah satu pelaku yang berhasil mencegah [Name] menjauh darinya.
Tidak ada jawaban lagi dari Keito. [Name] jadi kesal sendiri karena merasa dirinya sudah kena PHP oleh oknum berinisial H. K.
Belum lagi [Name] menjauh -yang dimana ia hanya membalikan badannya-, Keito kembali lagi berulah dengan menggenggam kedua bahu [Name] kali ini. Ia benar-benar mencegah [Name] untuk pergi dan memaksa [Name] melakukan kontak mata dengannya.
"A-aku ...." Kalimat Keito terputus dengan nada bergetar dan wajah yang semakin merah merona. Ia berhenti karena seperti ingin mengambil napas sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya yang terpotong.
"B-baiklah, aku tidak bisa menahan ini lebih lama lagi. A-aku suka denganmu! Jadilah pacarku!"
"..., hah?"
"Sebentar, ini sudah keempat kalinya aku dapat pernyataan cinta? HAH?!"
.
To be continued ....
30 vote = next
1325 word
Resaseki12
Rabu, 5 Juni 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top