Chapter 3 - Perang Antar Saudara

"Are? Apa kau sebegitu tak sukanya dengan nama panjangmu sendiri? Padahal nama itu kan sama persis dengan punya kakak~"

"To-tolong jangan sebut dirimu 'kakak' iblis penyakitan!"

Ya iyalah sama. Wong kalian kan satu keluarga, sudah pastinya nama marga kalian juga sama.

"Kau kejam sekali pada kakakmu sendiri~ Seperti biasanya ya~ Padahal aku sangat menyayangimu lho, [Name]-chan~" goda Tenshouin sambil mengusap air mata (palsu) nya.

Yah, beginilah keseharian yang dilalui [Name] saat bertemu dengan si iblis tampang malaikat --Tenshouin Eichi-- saat di rumah maupun di sekolah seperti sekarang ini. Dan kalau [Name] boleh jujur, sebenarnya ia selalu saja ingin membunuh kakaknya sendiri ketika bertemu dengan kakaknya, yaitu Tenshouin Eichi. Jangankan bertemu, melihatnya saja [Name] sudah bermimpi buruk sampai 3 hari jika sedang kedatangan tamu (datang bulan maksudnya).

Maka dari itu, ia ingin sekali mengubur kakaknya agar tidak dapat bertemu dengannya lagi selamanya, kalau boleh. Sayangnya, anggota keluarga mereka tidak mengijinkan [Name] untuk melakukan hal itu. Mengingat Eichi adalah penerus keluarga Tenshuin, sudah pastinya [Name] mengurungkan niat (nistah) nya itu.

"Terserah kau saja, tapi intinya aku benar-benar tidak setuju denganmu. Jadi jangan mengekangku lagi---"

"Maaf, kalau soal itu tidak bisa."

[Name] benar-benar terkejut saat kakaknya memotong penjelasannya. Sepertinya sangat sulit sekali untuk membujuk kaisar yang satu ini. Tunggu, bukannya [Name] juga seorang kaisar ya? Kan [Name] satu keluarga dari kaisar itu sendiri.

"Ke-Kenapa? Apa aku benar-benar tidak berguna---"

"Kalau soal itu tidak mungkin. Kau malah lebih berguna daripada produser lainnya yang ku kenal."

Oh, [Name] sangat memahami perkataan kakaknya itu. Maksud dari 'produser lainnya yang ku kenal' adalah bahwa ia secara tidak langsung menyindir dan menyinggung produser yang cukup lama bersekolah di sekolah ini, yaitu Anzu. Apa ia sekesal itu dengan Anzu?

"Benar-benar deh. Masa dia memutuskan acara DreFes seenaknya seperti itu? Memakai sepotong kertas sebagai pengganti light stick? Apa-apaan itu?"

"A-ano, Eichi-nii. Ba-bagian itu kan masih belum sampai. Seharusnya acara Supernova dari unit Ryuseitai dulu, baru masuk ke bagian itu," tegur [Name] mengingatkan.

"O-oh, kau benar juga."

Payah deh. Apa ini efek samping dari menjadi ketua OSIS? Kau sampai melupakan naskah yang di buat sang author, pikir [Name] menepuk jidatnya pasrah.

"Pokoknya, kau itu lebih berguna, [Name]-chan. Sanking bergunanya dirimu, aku sampai tidak ingin kau masuk ke unit lain lalu dimanfaatkan dari unit itu sendiri." Tenshouin mengatakannya sambil memeluk dan mengusap kepala [Name] beberapa kali, layaknya memeluk dan mengusap kepala anak kucing yang imutnya mengalahkan Himemiya Tori kalau sedang marah.

"J-Jadi, secara tidak langsung, Eichi-nii sudah memberitahuku kalau aku akan dimanfaatkan juga olehmu jika aku masuk ke dalam unitmu, bukan begitu?"

"Aku tidak mungkin memanfaatkan adik imutku sendiri demi kepentingan diriku sendiri~ Percayalah padaku~"

'Sudah kentara banget kalo kau mau memanfaatku tau,' batin [Name] sweetdrop.

"Aku tidak mungkin sebodoh itu, Eichi-nii. Mereka tidak mungkin memanfaatkanku semudah itu."

"Tapi kan, bisa saja mereka akan memanfaatkanmu kalau mereka tau kau dari keluarga Tenshouin. Mereka pasti akan mengambil kesempatan dalam kesempitan."

'Itu mah dirimu sendiri Eichi-nii,' batin [Name] lagi facepalm.

"Eh? Tunggu sebentar. Kalau mereka benar-benar tau tentang hal itu, mereka mungkin tidak akan berbuat semudah itu kalau mereka masih memiliki otak. Terlebih lagi, mereka pasti akan tau kalau aku, sang ketua OSIS penyakitan ini, adalah kakakmu. Memang benar juga. Mungkin mereka tidak akan berbuat sejauh itu padamu."

'E-entah mengapa, aku malah merinding sendiri kalau kau yang berbicara seperti itu. Terlebih lagi, aku tidak akan membiarkan semua orang tau kalau kau adalah kakakku!' tegas [Name] membatin.

"Te-terserah kau saja, Eichi-nii. Tapi aku masih tetap tidak ingin bersama denganmu! Biarkan aku memilih sendiri---"

"Maaf, aku tidak bisa melakukannya. Sudah ku bilang mereka bisa memanfaatkanmu nantinya," potong Tenshouin lagi.

"Ta-Tapi---"

"Tidak ada bantahan untuk kali ini. Kau sudah sering membantahku, [Name]-chan."

Skakmat!

Kini, [Name] tidak bisa berkata apa-apa lagi. Bahkan untuk mengelak perintah dari kakaknya saja sudah tidak bisa untuk sekarang. Padahal saat [Name] masih berumur 5 tahun, [Name] sangat ahli dalam hal mengelak permintaan atau perintah dari kakaknya.

"Tolonglah Eichi---"

"Tidak."

"Biarkan aku mengekspresikan diri juga---"

"Tidak bisa."

"Aku janji tidak akan membahayakan diriku sendiri---"

"Tetap tidak boleh, [Name]-chan."

Oke, [Name] sudah benar-benar bingung dan pusing sekarang. Bingung karena harus mengelak dengan cara apa, dan pusing karena harus memikirkan banyak cara agar bisa lolos dari cengkraman Eichi.

"Kau memang tidak tau dengan keadaan tubuhmu sendiri, tapi akulah satu-satunya orang yang mengetahui keadaan tubuhmu itu, [Name]-chan. Jadi tolong mengertilah."

'Sial! Butuh berapa lama lagi untuk membujuk orang ini? Es krim yang ku tinggal di dalam tas apa kabar?! Apa jadinya kalau beneran meleleh?!'

T-Tunggu! Barusan kau sedang memikirkan apa [Name]?! Kau pasti sedang memikirkan hal yang seharusnya tidak dipikirkan kan?!

"Aku tidak akan pernah mengerti, jika kau selalu bersikap seperti ini padaku."

Betapa terkejutnya Eichi saat menyadari adiknya masih saja bersikeras untuk membantah permintaannya, atau mungkin perintahnya sebagai ketua OSIS. "[N-Name]-chan, bukan maksudku untuk---"

"Kalau begitu, kita adakan kompetisi! Untuk mengetahui siapakah yang akan menang dari kita berdua, dari keluarga Tenshouin!"

"... eh?"

Eichi terkejut mendengar seruan tiba-tiba dari sang adik. Terkadang sempat juga terlintas pemikiran di kepala Eichi, seperti, 'apakah adiknya segitu tidak sukanya dengan dirinya?'

"Kita adakan saja kompetisi! Kalau kau masih tidak menerima usulanku ini, untuk selamanya aku tidak akan pernah mendengarkanmu lagi, Eichi-nii!" Tegas [Name] sekali lagi, dan entah mengapa hal itu malah membuat Eichi senang, bahkan sampai harus tertawa tipis.

"'Tidak pernah mendengarkanku' ya? Bukankah dari dulu kau memang selalu tidak mendengarkanku?"

Oh ....

Sekarang [Name] tau, untuk apa kakaknya tertawa tipis sebelumnya.

"T-tapi, itu kan kalau aku beneran nggak setuju sama ide gilamu itu, Eichi-nii!!!" Elak [Name] membantah. "L-lagipula, kalau aku setuju dengan idemu, aku pasti akan diam saja kan?"

Sebelum Eichi menyahut, ia sempatkan terlebih dahulu untuk menghela napas panjangnya sejenak. "Baiklah [Name]-chan, kau menang. Kita akan mengadakan kompetisi seperti yang kau minta."

Membulatkan kedua bola matanya, [Name] pun perlahan mengangkat kepalanya untuk menatap kakaknya tak percaya dengan apa yang barusan saudara laki-lakinya katakan. "Be-benarka---"

"Jadi, kompetisi seperti apa yang akan kita lakukan? Sebelum aku berubah pikiran."

"O-oh. Ko-kompetisi yang dalam satu hari ini saja, aku harus bisa menemukan unit yang pas dan cocok denganku."

[Name] langsung to the point menjelaskannya. Benar-benar, perkataan kakaknya barusan memang seperti sihir saja bagi [Name]. Itulah kenapa [Name] kesal dengan kakaknya. "Batas waktunya sampai jam pulang sekolah. Kalau aku kalah, aku akan menuruti semua permintaanmu, apapun itu."

"Apapun itu?" Gumam Eichi.

"Ya, apapun itu," ulang [Name] untuk meyakinkan. "Tapi, kalau aku yang menang, tolong jangan memaksaku untuk melakukan apapun yang kau sukai, Eichi-nii. Tolong jangan ikut campur dengan urusanku lagi. Termasuk dengan kelas dan klub apa yang ingin aku masuki."

"Are? Padahal aku ingin memasukkanmu ke dalam anggota klub teh bersama denganku."

"I-itulah kenapa aku memohon padamu dengan sangat untuk tidak mencampuri urusanku akan hal itu!" Alis [Name] berkedut sesaat saat mengucapkannya.

Sebelum melanjutkan perkataannya, [Name] pun membungkukkan tubuhnya sampai 90 derajat tanda memohon dengan sangat. Tentu saja Eichi sangat terkejut saat melihatnya.

"Aku mohon. Untuk kali ini saja, biarkan aku bebas dari aturanmu. Jangan menambah bebanku lagi di sekolah. Sudah cukup dengan aturan di keluarga, aku tidak ingin menambah aturan konyol itu lagi di sekolah ini."

"[Name]-cha---"

"Dan juga, itulah kenapa alasan aku tidak ingin satu sekolah denganmu. Keluarga Tenshouin sudah pastinya akan menyuruhku untuk bersikap baik agar tidak mencoreng nama baikmu di sekolah. Sebisa mungkin aku pun pindah ke sekolah idol lain dengan usahaku sendiri. Y-yang nyatanya malah tetap saja dipindahkan di sekolah ini, saat aku kelas 2 memasuki semester ke-2," jelas [Name] dan sedikit mengecilkan volume suaranya saat memasuki kata-kata yang digaris bawahi, dengan maksud agar Eichi tidak mendengar perkataannya.

"Aku mengerti, [Name]. Jadi tolong angkat kepalamu."

Aneh. [Name] berpikir kalau baru pertama kali ini ia mendengar kakaknya memanggil dirinya tanpa tambahan embel-embel 'chan'.

"Baiklah, aku akan menerimanya. Jadi, aku hanya perlu menunggu apakah kau berhasil mendapatkan unit mu sendiri atau tidak?" tambah Eichi tenang.

"Y-ya, begitu."

"Aku mengerti. Kau bisa keluar sekarang, sebelum es krim mu mencair di dalam tasmu."

"Eh?"

Kalau dipikir-pikir, benar juga. Sesaat sebelumnya, [Name] kan memikirkan hal yang tidak penting itu. Ternyata, Eichi sudah menyadarinya dari awal ya?

"Untuk hari ini, kau tidak perlu khawatir. Karena besok kita sudah memasuki musim panas, secara otomatis para murid juga sedang bersiap untuk mengadakan festival musim panas nantinya. Dan para guru tentunya juga sudah memutuskan untuk hari ini saja kau bisa bebas dari pelajaran. Jadi, kau bisa fokus untuk memilih unitmu sendiri."

"Eh? Jadi maksudmu, hari ini aku jam kos---"

"Tepat sekali. Jadi tolong keluarlah sekarang juga. Aku sedang sibuk sekarang."

Ctik!

Entah kenapa, kakaknya terasa sangat menyebalkan hari ini. Dari awal Eichi sendiri yang menyuruh [Name] untuk masuk ke ruangan OSIS-nya. Dan sekarang, Eichi dengan mudahnya mengusir [Name] begitu saja ketika urusannya sudah selesai? Apa dia gila?

'IBLIS!!! DIA BENAR-BENAR IBLIS!!!'

Begitulah kira-kira batin [Name] saat ini sambil membawa tasnya, lalu keluar dari ruangan OSIS tersebut dengan membanting pintu OSIS cukup keras.

BRAK!!!

Setelah [Name] membanting pintu ruang OSIS tersebut, Eichi memandangi pintu tersebut dengan diam dan tenang.

"Ternyata, kau sudah besar ya, [Name]."

###

'Tidak akan ku maafkan! Tidak akan ku maafkan! Tidak akan ku maafkan!'

Dan begitulah kira-kira gumaman [Name] saat ini sambil membuka isi tasnya dan mengeluarkan satu es krim cup besar yang ada di dalam tasnya.

"Sialan! Aku tidak akan memaafkannya! Tidak akan pernah! Dasar iblis penyakitan!"

"Dia tega sekali ya? Bahkan dengan adiknya sendiri, dia masih saja bersikap seenaknya seperti itu."

Tunggu. Itu bukanlah suara [Name], maupun suara kakaknya, Tenshouin Eichi. Lalu, suara siapakah itu?

"Kau melihat kemana, Jou-chan?"

Sepertinya [Name] menyadari suara tersebut. Dengan perlahan, ia tolehkan kepalanya ke kanan dan nampaklah sosok yang menyapanya sebelumnya. Berbeda dengan kakaknya, saat bertemu dengan orang tersebut, [Name] malah merasa sangat senang. Padahal [Name] baru pertama kali ini bertemu dengan orang yang menyapanya.

"Heh~ Senpai sendiri, bukankah senpai juga sama kejamnya dengan kakak iblisku, Sakuma-senpai?"

"Tapi kan, kalau yang itu beda cerita. Terlebih lagi, jangan panggil aku dengan nama depanku. Cukup panggil nama belakangku saja, Jou-chan."

To be continue...

1700 word

Resaseki12

5 Desember 2019

Publish -> 17 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top