Chapter 29 - Menguping
"Wah, ternyata seperti itu? Aku tidak tau kalau [Name]-chan adalah orang yang seperti itu."
Ujaran Hiyori yang selalu mengatakan itu setiap kali Yuzuru bercerita sukses membuat Yuzuru sedikit bungkam. Sebenarnya ia sedikit malu ingin bercerita panjang lebar dirinya yang baru pertama kali ini menyukai seorang gadis karena menurutnya semua cerita ini adalah aib baginya.
"Y-ya, begitulah. S-sebenarnya aku merasa tidak pantas memiliki perasaan ini, menyukai perempuan dari keluarga Tenshouin, saudara Kaichou-sama. Biar bagaimanapun aku hanyalah butler."
Karena kita sudah mengetahui apa yang terjadi pada Yuzuru dan Hiyori dengan Subaru dan Mao sebagai penonton mereka (Hokuto tidak diajak karena masih mojok dan Makoto yang berusaha membuat Hidaka kembali ceria), kita kembali dimana [Name] berada.
Seperti yang diharapkan, dia masih mematung tanda tak mampu ingin menjawab dan bereaksi. Takutnya jika bereaksi berlebihan, Jun akan merasa [Name] tidak menghargai perasaannya walau sebenarnya Jun tidak akan pernah melakukan itu padanya. Itu pemikiran [Name] sih yang saat ini kelewat overthinking.
"Anu, Jun ...."
"Maafkan aku sekali lagi, [Name]-san. Perasaanku sudah tidak bisa ku tahan lagi."
"B-bukan begitu maksudku--"
"Saat aku mendengar kau pindah sekolah, aku semakin khawatir karena kupikir kita tidak akan bisa bertemu lagi. Syukurlah setidaknya sekarang aku bisa bertemu denganmu."
'Setidaknya dengarkan aku ngomong dulu dong!' Perempatan imajiner [Name] terlihat. Mau kesal dan marah tapi ia tidak bisa melakukan itu jika Jun orangnya.
Menarik dan menghela napas pelan, [Name] kembali berusaha keras untuk memikirkan kalimat yang pas untuk situasi sekarang ini. [Name] pernah berguru sedikit dengan seorang teman berinisial P itu, maka dari itu setidaknya ia cukup percaya diri untuk menolak Jun.
Iya, menolak. Karena biar bagaimanapun [Name] tidak pernah pacaran dan menyukai seseorang secara sungguh-sungguh sejak kecil. Untuk dirinya yang pernah berpacaran sebentar dengan Natsume anggap saja tidak pernah terjadi. Yang itu bisa dianggap trial pacaran saja.
"Aku menghargai perasaanmu, Jun. Tapi untuk sekarang, aku belum memikirkan suatu hubungan sampai kesana. M-maaf. Kuharap kita masih bisa berteman."
Sakit hati sudah pasti, namun Jun hanya menunjukan senyum tipis sebelum berujar, "Pada akhirnya aku tertolak ya?"
"I-ini bukan penolakan juga sih. Aku hanya belum siap."
Jun terkekah, pipinya sedikit menunjukan rona merah. Jun jadi merasa tidak salah juga sudah menyukai seseorang. Memang [Name] adalah orang yang tepat baginya.
"Kau tidak perlu memikirkan perasaanku seperti itu. Anggap saja aku hanya menyatakan perasaan padamu (walau pada kenyataannya sakit juga mendengar kata penolakan)."
"M-maaf ...." [Name] masih membungkuk dan meminta maaf berulang kali. Rasanya perasaan bersalah ini semakin mengganggu [Name] saja.
Jun tersenyum tipis lalu mendekat pada [Name] untuk menepuk dan mengelus kepala [Name] pelan. Jun sedikit berharap dengan begini semoga saja perasaan [Name] bisa menjadi lebih baik.
"Kalau begitu, aku tinggal ya. Aku harus kembali ke ruang latihan jika kau tidak mau ikut kembali."
[Name] menggeleng singkat sebelum menjawab, "Tidak, aku disini saja."
Mendapat anggukan tanda paham dari Jun, akhirnya langkah Jun bergerak menjauh dari [Name]. Inginnya sih kembali juga, tapi [Name] yakin suasana mereka --[Name] dan Jun-- akan menjadi awkward lagi. Belum lagi adanya Hiyori di ruangan itu yang pastinya sudah tidak sabar ingin menanyakan semua pertanyaan pada mereka berdua. Baru dibayangkan saja [Name] sudah merasa lelah.
"Aku capek, butuh istirahat," ujar [Name] lalu melangkah ingin menghampiri gazebo terdekat sebelum matanya menangkap sosok yang tak asing dari warna rambutnya yang berwarna merah.
'Ah, ada yang menguping,' batinnya yang langsung paham melihat situasi saat ini.
Langkahnya kembali untuk menghampiri gazebo terdekat yang sempat tertunda. Setelah duduk disana dan menghela napas lelah karena merasa beban hidupnya kembali berada di pundak, mata [Name] kembali melirik sosok berambut merah yang masih bersembunyi di balik pembatas gazebo.
Apa sosok itu tidak berniat ingin muncul ke hadapannya atau merasa persembunyiannya masih belum ketahuan? Apapun itu, yang jelas [Name] harus menegur sosok itu karena merasa terganggu.
"Menguping pembicaraan orang bukan perbuatan terpuji loh."
Bruk!
[Name] sedikit terkejut dan mengerjap sesaat. Pasalnya dirinya baru berujar demikian namun tiba-tiba saja ada suara seperti seseorang terjatuh dari tempat sosok itu bersembunyi. Ini sedikit di luar ekspektasi [Name].
"K-kau tidak apa?" Akhirnya [Name] memutuskan untuk bertanya keadaan dari sang penguping karena khawatir.
"A-Aku tidak apa .... Sepertinya ini karmaku karena sudah menguping. Maaf."
"Tidak apa. Daripada itu, kau tidak berniat untuk keluar dari sana padahal aku sudah tau dirimu sedang menguping."
"...."
Ada jeda dari mereka berdua. Sepertinya sosok itu sedang bingung haruskah ia keluar sekarang atau tidak.
Tapi karena dirinya sudah ketahuan, mau tidak mau dirinya harus berdiri dan menunjukan sosoknya pada [Name].
"Astaga, kupikir kau orang yang polos, Tsukasa."
Ya, sesosok yang sedang bersembunyi tadi rupanya adalah Suou Tsukasa, salah satu member termuda dari unit Knights, unit yang sedang [Name] pilih untuk ia produseri.
"M-Maafkan aku karena sudah menguping, Onee-sama. I promise tidak akan mengulanginya lagi."
"Kumaafkan jika kau mau menemaniku disini."
Kembali terdiam lagi beberapa saat, akhirnya Tsukasa setuju untuk menemani [Name] di gazebo itu. Terlihat ia mengangguk sebelum kakinya melangkah mendekati [Name] lalu duduk di salah satu bangku gazebo tepat di seberang [Name].
Melirik Tsukasa yang sedang gugup, [Name] baru menyadari kalau rambut atas Tsukasa terlihat berantakan dengan beberapa daun yang menempel di beberapa tempat. Niat sekali dirinya bersembunyi ingin menguping pembicaraan tadi, begitulah pikir [Name].
"Kau habis darimana?" Tanya [Name] basa-basi. Ia hanya ingin sedikit mencairkan suasana yang dirasa canggung bagi Tsukasa.
"Tadinya aku hanya ingin lewat, tapi aku tidak sengaja mendengar seseorang berbicara di sekitar sini. Karena penasaran dan merasa asing dengan suara itu, akhirnya aku mengikuti asal suara itu sampai aku harus bersembunyi. Tak kusangka orang itu ternyata sedang mengobrol dengan Onee-sama. Jika tau begitu, aku tidak akan menguping dan melanjutkan tempat tujuanku saja."
"Berarti kau mendengar semua yang dikatakan orang itu? Termasuk pernyataan suka?"
Tsukasa terlihat mengangguk malu-malu dengan wajahnya yang sedikit merona merah. Tertangkap basah sedang menguping memang membuat Tsukasa malu dengan dirinya sendiri, apalagi ia sedang menguping pembicaraan Onee-sama nya sendiri.
[Name] menghela napas, semakin lelah saja dengan semua kejadian yang menimpanya saat ini. Harus darimana ia menjelaskan semuanya, terlebih kepada anak polos seperti Tsukasa?
Namun tanpa [Name] menjelaskan pun, sepertinya Tsukasa paham dengan hal itu dan memutuskan untuk bertanya hal lain agar bisa mengubah topik.
"Umm, apa aku boleh bertanya sesuatu, Onee-sama?"
Terlihat [Name] yang tadinya menunduk sambil memegangi kepalanya kini beralih mengangkat kepalanya untuk menatap Tsukasa. Ia hanya memberikan respon mengangguk setuju sebelum Tsukasa bertanya.
"Bagaimana orang itu bisa mengenal Onee-sama? Bahkan bisa sampai mendapatkan pernyataan suka? Apa Onee-sama sepopuler itu di sekolah lama?"
'Ternyata dia mendengar semua percakapan itu bahkan saat Jun mengatakan pindah sekolah. Menyeramkan ....' [Name] membatin dan menatap horor pada Tsukasa.
"Sebenarnya itu cerita yang sangat panjang. Banyak hal terjadi sebelum aku mengenal sekolah ini dan unit Knights yang dulunya bernama 'Backgammon'. Bahkan sebelum 'Gokijin'--"
"Eh?! Onee-sama mengenal Knights yang dulu?! Apa Onee-sama tidak keberatan menceritakannya padaku?!"
Sial, aku keceplosan, terlihat sekali dari raut wajah [Name] akan mengatakan itu. Ia baru sadar kalau adik kecilnya dari unit yang sama ini sangat mengidolakan Knights. Tak heran dia akan rela mendengarkan masa lalu unit yang terbilang cukup tua ini dan menghabiskan berjam-jam lamanya hanya untuk duduk dan menjadi pendengar.
'Males banget kalo aku ceritakan semua ini ke dia. Ceritanya terlalu panjang, tau.' [Name] menglelah, menjerit dalam batin. 'Aku juga ga punya ijin dari member unit Knights lain untuk cerita ini semua ke dia.'
Awalnya [Name] memang berniat ingin menolak dan memberikan alasan tak masuk akal seperti 'aku harus memberi makan jantung Eichi-nii dengan beberapa trik yang bisa membuatnya mati di tempat', tapi sepertinya tatapan Tsukasa yang menatapnya antusias semakin membuatnya tidak tega ingin menolak.
'Maafkan aku, Leo-senpai, Izumi-senpai, Arashi, dan Ritsu. Harusnya aku tak perlu membicarakan ini di depan member baru kalian yang kelewat polos.'
Menghela napas sesaat, [Name] pasrah dan kembali berbicara.
"Kalau begitu kau akan jadi pesuruhku sampai setahun lebih karena jasa sudah menceritakan hal ini padamu."
"Siap, Onee-sama. Aku akan melakukan apapun untuk Onee-sama!"
Baiklah, kesepakatan sudah dibuat. Dengan begini [Name] bisa tenang menceritakan masa lalu itu karena merasa dirinya sudah mendapat keuntungan dari menjadi sang pendongeng dadakan. Yah, Tsukasa memang harusnya tau apa yang terjadi pada Knights sebelum menjadi Knights yang sekarang.
.
To be continue ....
1359 word
Resaseki12
Jum'at, 22 Maret 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top