Chapter 24 - Khawatir
"Hakaze-senpai? Sedang apa Senpai disini?"
"Panggil aku Kaoru saja sebagai balasan aku sudah memanggilmu dengan nama kecilmu, [Name]-chan."
"A-ah, baiklah Haka-- maksudnya Kaoru-senpai."
Seseorang yang tadi meminta [Name] untuk memanggil nama kecilnya hanya bisa meremas dadanya. Entah apa yang ia perbuat saat ini.
"Jadi gini rasanya dipanggil sama cewe yang nggak peka? Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya. Duh, Tenshouin-kun, tolong restui hubungan kita berdua kalau aku sudah melamarnya."
Kaoru menyatukan kedua tangannya berpose layaknya sedang berdo'a. Tentu saja [Name] yang melihat itu kebingungan dengan tingkah laku si Buaya dari Yumenosaki ini.
"Ano ... Kaoru-senpai?" [Name] melambai tepat di depan wajah Kaoru hingga Kaoru terlonjak kaget sampai ia mundur beberapa langkah.
"Y-ya? Kenapa, [Name]-chan?" Kaoru bertanya balik dan membuat ekspresi seperti tidak terjadi apapun.
[Name] hanya mengerutkan alisnya ingin bertanya apa yang dipikirkan Kaoru saat ini. Tapi kalau dipikir kembali, bertanya seperti itu juga pasti akan melanggar privasi.
Untuk itu [Name] hanya dapat menghela napas dan berusaha memutar otak kata-kata atau pertanyaan apa yang akan ia ajukan pada Kaoru.
"Senpai mengabaikan pertanyaanku. Kenapa Senpai bisa ada disini?"
"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, [Name]. Anak gadis nggak baik ada di lingkungan ini terlalu lama, apalagi ini sudah tengah malam loh."
Benar juga apa yang dikatakan Kaoru barusan. Sebenarnya [Name] juga nggak ada hak untuk bertanya seperti tadi. Salah satu alasannya pastilah karena Kaoru laki-laki.
Dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 00.15 tengah malam itu seorang anak laki-laki sudah biasa melindungi diri dari bahaya. Beda cerita kalau perempuan yang keluyuran tengah malam.
Terkadang [Name] juga sempat berpikir, dirinya termasuk kuat untuk melawan para berandalan tapi masih dikhawatirin layaknya heroine dari manga shoujo? [Name] tak selemah itu untuk memakai bantuan dari puppy eye agar sang hero bisa menyelamatkannya.
"Belum lagi aku kesini karena kata adiknya Sakuma-san kau ada disini. Ku pikir awalnya dia hanya ingin mengerjaiku saja, tapi tak ku sangka kalau itu benar ketika melihatmu disini."
Baiklah, sepertinya [Name] mulai menangkap kronologi dari kejadian ini setelah mendengar penjelasan Kaoru.
Toleh kanan toleh kiri dengan banyaknya pengunjung, Kaoru memutuskan untuk mengambil tempat sepi terlebih dulu sebelum mereka melanjutkan pembicaraan. [Name] hanya mengikuti dari belakang tak mengerti dirinya dibawa kemana setelah ini.
Dirasa tempat yang Kaoru pilih aman dari kerumunan pengunjung, Kaoru melepaskan genggaman tangan yang dari awal sudah menggenggam tangan [Name] untuk menuntun jalannya.
"Sekarang, giliran aku yang bertanya. Bagaimana bisa seorang adik dari keluarga Tenshouin keluyuran tengah malam sampai kemari?" Kaoru bertanya sambil menyilangkan kedua tangan.
"..., Senpai khawatir?"
"Pertanyaan macam apa itu?! Tentu saja aku khawatir! Kau perempuan, [Name]-chan!"
"Mulai deh, alasan yang paling nggak mau aku dengar." [Name] memutar bola matanya jengah.
Kaoru masih senantiasa melipat kedua tangannya sambil mengulang pertanyaannya barusan. "Jadi, bisa kau ceritakan kronologinya bagaimana kau bisa ada disini?"
Layaknya seorang bapak yang khawatir dengan seorang anak gadisnya saja, pikir [Name] melihat Kaoru yang sudah memasuki mode galak. Tumben banget sifatnya bisa begitu. Mungkin itu efek samping karena banyak bergaul dengan Izumi sampai sifat Izumi pun bisa ia tirukan.
"Tadi aku ga sengaja ketemu gembel--"
"Beritahu aku cerita lengkapnya, [Name]-chan~" sambil tersenyum Kaoru mengatakannya.
Bulu kuduk [Name] aja udah berdiri sempurna melihat sifat Kaoru yang sangat berbeda dari biasanya. Apa dia sedang PMS? Tapi mana mungkin juga seorang pria bisa didatangi bulan kecuali pria jadi-jadian seperti Narukami Arashi.
"Intinya aku nonton pertunjukan Tanabata, aku ngampirin Eichi-nii di atap, aku diculik pake mobil dia, trus aku kabur dari mobil, aku ketemu jamet gembel, dan aku berakhir disini karena si jamet yang nyeret aku kesini."
Kaoru manggut-manggut tanda mengerti mendengar penjelasan [Name] yang kelewat singkat. [Name] memang sukanya ngomong to the point, makanya jangan heran kalau di chat [Name] lebih sering nyingkat pesan karena menurutnya tak bermutu juga untuk menjelaskan panjang kali lebar tapi orang yang jadi pembaca malah menjawab 'oh' saja sebagai balasan.
"Jadi, kamu ada disini karena jamet gembel yang kau katakan barusan mengajakmu kemari?"
[Name] mengangguk menjawab pertanyaan Kaoru. Belum tau aja mereka kalau seseorang dari seberang sana sudah bersin-bersin daritadi karena dirinya disebut 'jamet gembel' berulang kali.
"Cih, sial. Orecchi kalah lagi. Ini pasti karena bersin yang dateng tiba-tiba, keberuntungan Orecchi langsung musnah karena bersin."
Oke, mari kita balik dimana [Name] berada.
Ia masih berdiam diri ketika tangan Kaoru sudah berulang kali memijit pangkal hidungnya.
"[Name]-chan pulang aja yuk. Atau mau ku anterin?"
[Name] menjawab dengan gelengan cepat. Mungkin saja dirinya masih tidak mau pulang karena mengira Eichi akan menunggunya di pintu gerbang.
Pengen ke kamar sesegera mungkin sih, tapi [Name] nggak mau juga ke kamar kalau di depan pintu kamarnya masih ada kakak tercintanya.
Kaoru terlihat menghela napas berat sambil memijit dahinya berusaha berpikir keras.
"Sebenarnya, aku mau aja mengajakmu pergi ke rumahku. Sekalian kita nge-date di kamarku gitu? Tapi aku bukan laki-laki sebrengsek itu sampai mau membawa wanita ke kamarku tengah malam begini. Bisa-bisa aku dibunuh sama kakakmu kalau dia tau aku menyimpanmu di kamarku."
Tangan yang tadinya dibuat untuk memijat sekarang berpindah tempat di kedua bahu [Name] agar [Name] bisa melihat matanya.
"Dengar, [Name]-chan. Kau harus pulang sekarang. Aku tau kamu lagi kesal dengan kakakmu, terkadang akupun juga begitu. Tapi sekarang ini yang terpenting adalah keselamatanmu. Kau harus tau kalau aku juga bisa khawatir denganmu."
Wah, [Name] jadi terharu sifat Kaoru bisa berubah sedrastis ini ketika menyangkut keselamatan dirinya. [Name] memang pernah dikhawatirin, namun untuk kali ini entah kenapa terasa berbeda dari kebanyakan orang.
"Orang playboy ternyata bisa gini juga ya?" [Name] mengerutkan alisnya. "Tapi maaf aja, aku nggak dag dig dug tuh."
"[Name]-chan, jawab aku, kamu mau diantar pulang kan?"
"Cukup sampai disana, Kaoru-san. Untuk selanjutnya, biar aku yang urus~"
Suara seseorang menginterupsi mereka berdua dari belakang Kaoru. Hampir saja Kaoru terjungkal dan menindih [Name] hingga menjadikan posisi mereka menjadi yuka-don jika jantung Kaoru tak kuat dikejutkan.
"Adiknya Sakuma-san?" Kaoru mengernyitkan dahinya, begitu pula dengan [Name] yang masih terheran-heran dengan kedatangan adik Sakuma Rei, Sakuma Ritsu.
"Nee, [Name]-chan~" Ritsu melangkah semakin mendekati [Name], mengabaikan Kaoru yang masih berdiri tepat di sampingnya saat ini. "Kamu mau pulang bareng siapa~? Aku atau Kaoru-san?"
"..., hah?"
[Name] speechless. Dirinya masih tak mengerti dengan situasi yang menimpanga sekarang.
Jangankan [Name], Kaoru saja juga tak mengerti.
Apa saat Ritsu mengatakan padanya tentang keberadaan [Name], Ritsu langsung tancap gas menuju lokasi ini? Ritsu buchin sekali kalau memang itu benar.
Ngomong-ngomong, Kaoru tidak punya kaca di rumah? Yang barusan khawatir sampai segitunya sama mbak [Name] siapa ya? Bukannya situ juga buchin?
"A-aku bareng Ritsu aja deh," jawab [Name]. Sebenarnya [Name] juga tak enak dengan Kaoru, tapi mau bagaimana lagi.
[Name] termasuk yang paling takut dengan manusia sejenis Kaoru, buaya darat gitu. Dirinya takut saja diapa-apain kalau dirinya diantar pulang sama Kaoru. Taulah, pasti Kaoru bakal modus.
Senyum kemenangan Ritsu terpampang dengan sangat jelas, taringnya bahkan sedikit terlihat jelas dari balik senyumnya. Ia sedikit bangga dengan prestasinya yang selalu menjadi teman curhat [Name].
Sebenarnya, Ritsu ingin statusnya dengan [Name] lebih dari teman curhat. Bukan hanya sekedar partner in crime dengan memiliki kesamaan 'benci kakak kandung'.
"Kaoru-san dengar itu? Untuk urusan ini biar aku saja yang urus. Kaoru-san pergi saja. Pasti kerjaannya tertunda karena [Name]-chan yang sudah merepotkan~"
"Eh? T-tunggu--"
Dengan rasa tak berdosa, Ritsu mendorong punggung Kaoru menjauh dari mereka. [Name] yang melihat moment itu hanya bisa sweetdrop.
Berhasil menjauhkan satu serangga yang hingga di sekitar [Name], Ritsu kembali ke posisi dimana [Name] yang masih mematung menyaksikan pengusiran Kaoru.
"Jadi, mau ku antar?"
"A-ah, ya. Ayo antar aku sampai rumah."
Senyum Ritsu mengembang kembali. Disepanjang jalan saat Ritsu menemani [Name] pulang pun senyum Ritsu tak pernah pudar.
"K-kamu kenapa, Ritsu?" Tanya [Name] bingung dengan kelakuan temannya yang mendadak moodnya jadi happy. [Name] takut aja kalau Ritsu kerasukan sesuatu karena senyum-senyum sendiri.
"Nggak, aku lagi senang aja akhirnya aku bisa jalan berdua bareng [Name]-chan selain Ma-kun~"
"Sesenang itukah?" [Name] mengerutkan alis, tak paham letak kesenangan yang dimaksud Ritsu dari mengantarnya pulang.
Disaat senyum sumringah Ritsu pudar, langkah kaki Ritsu semakin melambat hingga menjadikan dirinya berhenti di tempat. [Name] yang menyadari Ritsu tak ada di sampingnya pun menoleh ke belakang dan mendapati Ritsu sedang berdiam diri tak lanjut melangkah.
"Ritsu?" Panggil [Name].
Niat hati ingin menyadarkan Ritsu untuk melangkah kembali beriringan bersama dengannya. Namun siapa sangka ketika Ritsu melangkah, bukannya melanjutkan jalan mereka Ritsu malah menggenggam kedua bahu [Name] erat.
Tentu saja [Name] hanya dapat mengerutkan alis untuk mengatakan dirinya tak paham dengan kelakuan Ritsu.
"[Name]-chan!"
Ritsu terlihat tidak melanjutkan kata-katanya sebentar yang membuat kerutan di dahi [Name] semakin dalam.
Berusaha menarik dan menghembuskan napasnya untuk menetralisir detak jantung, Ritsu kembali melanjutkan kata-katanya yang berhasil membuat wajah [Name] memerah seperti warna mata Ritsu.
"Ayo kita pacaran!"
.
To be continue ....
Oh iya, btw habede untuk abangnya Ritsu dan ukenya Leo /heh
1481 word
Resaseki12
Selasa, 2 November 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top