Chapter 23 - Kepala Nanas
"Sialan, bego, kakak kamvrt, ngapain juga dia harus sebuchin itu sama aku? Emangnya aku menarik? Kan aku anaknya biasa-biasa aja."
Sambil mengomel dan menggerutu panjang lebar, sesekali kakinya menendang kerikil yang ada di hadapannya.
[Name] kesal, sangat kesal sekarang. Tapi lebih tepatnya mungkin disebut malu. Jujur saja, [Name] malu mempunyai kakak kandung yang sifatnya terlalu overprotektif padanya.
Overprotektif sih wajar, tapi kalau sampai sebuchin tadi? Tentu saja [Name] tidak bisa menerimanya.
Untuk kali ini entah kenapa [Name] mengerti dengan perasaan Ritsu yang sangat membenci Rei, kakak kandungnya sendiri dalam mode buchin.
"Coba aja kalau kakakku Megane-niichan, udah pasti aku bahagia banget ngusilin dia," gumam [Name] mengerucutkan bibirnya.
Berjalan terus berjalan, kedua kakinya tak henti-hentinya untuk mengambil langkah agar dirinya bisa pulang tepat waktu. Mengingat hari sudah terlalu malam begini, tidak baik juga bagi diri [Name] untuk berjalan sendiri di pusat kota walau fisiknya terbilang kuat.
"Gimana nih, kakiku capek mau ngelangkah lebih jauh lagi, mana rumah masih jauh. Pantes aja Eichi-nii selalu memakai mobil kalau berangkat ke sekolah."
'Walaupun laki-laki, tak apalah. Setidaknya pertemukan aku satu orang aja di jalan ini. Lama-lama nih jalan makin bikin bulu kudukku berdiri.'
Baru beberapa menit [Name] berdoa dalam batin, netranya tak sengaja menangkap sosok seorang laki-laki berbando yang sedang bersandar dari salah satu toko dengan tulisan 'tutup'. Segera saja [Name] hampiri orang tersebut tak lupa dengan mengucap syukur berkali-kali dalam batin.
"O-oy, kamu kenapa disini? Udah gelap loh. Kamu nggak takut diculik hantu?" [Name] menguncang tubuh pemuda itu pelan sebelum akhirnya orang yang ditanya mengangkat kepalanya.
"Hantu? Makanan apa tuh?"
"..., hah?"
'Dia abis mabuk apa gimana?' [Name] sweetdrop.
"A-ano ... itu bukan makanan, itu sejenis makhluk tak kasat mata. Sejenis hewan, manusia, atau tumbuhan tapi tak bisa dilihat kalau tak punya indra ke-enam." Tangan [Name] memperagakan saat mulutnya berusaha keras menjelaskan.
'Astaga, aku ngomong apa sih?!'
"Ah~ semacam keberuntungan kah~?"
Alis [Name] yang tadinya terangkat makin terangkat karena tak mengerti apa maksud dari kata-kata si pemuda yang satu ini.
"Kebe ... runtungan?"
"Ya. Kalau itu memang benar, kemari kesini kau hantu! Akan Orecchi tangkap kau sampai dapat!"
'Bentak, otakku nggak nyampe. Kok bisa makhluk astral begitu dikaitkan dengan keberuntungan?!'
Nampaknya jiwa dan otak [Name] sudah mulai frustasi tak sanggup mencerna. Dirinya hanya bisa tertawa hambar ketika pemuda tersebut malah berusaha menangkap benda kosong di udara.
Benar-benar mirip seperti orang gila, batin [Name] berbicara dengan tetesan air imajiner yang ada di dahinya.
"Sen ... pai(?), sebelum kita melanjutkan omong kosong ini, ada baiknya kita harus saling kenal satu sama lain."
"Ah, benar juga. Mana tau setelah Orecchi berkenalan denganmu Orecchi bisa mendapatkan keberuntungan Orecchi kembali."
'Sebenarnya, keberuntungan apa yang dia bicarakan sekarang ini?!' batin [Name] menjerit frustasi.
"Nama Orecchi Rinne, Amagi Rinne. Panggil saja Orecchi sesukamu."
"Ternyata namamu Amagi Rinne. Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya."
"Gyahaha, tentu saja karena Orecchi jarang terlihat oleh Onee-san. Kalau boleh tau, siapa nama Onee-san?"
Benar juga, [Name] belum memperkenalkan diri terlebih dulu tadi. Seharusnya kalau dia punya sopan santun, [Name] dululah yang memperkenalkan dirinya barulah orang asing ini yang memperkenalkan diri. [Name] terlalu sibuk frustasi sampai tidak sadar dirinya belum memperkenalkan diri.
"Maafkan aku yang telah lancang ini, Sen ... pai? Namaku [Name]."
"Souka~ nama Onee-san bagus juga."
"Ku anggap itu sebagai pujian."
"Ngomong-ngomong soal perkenalan, kenapa Onee-san ada disini sendirian? Seorang anak gadis seperti Onee-san terlalu berbahaya keluar sendirian."
Pemuda bernama Amagi Rinne itu pun bangkit dari duduk, membersihkan sisa debu yang menempel pada pakaiannya, dan berbalik untuk bisa berhadapan dengan seorang adik bermarga Tenshouin.
Cukup tampan sih di mata [Name] yang melihatnya, tapi kenapa dia seperti seorang gelandangan saja di tengah jalan ini? Wajah tampannya sangat tak cocok dengan dirinya yang duduk di pinggir jalan.
"Aku sedikit bertengkar dengan kakakku, maka dari itu aku tak ingin pulang cepat."
Pemuda itu hanya mengangguk tanda mengerti.
"Entah kenapa walau kita baru sekali ini bertemu, Orecchi merasa Onee-san mirip sekali dengan saudara Orecchi."
"A-ah, maaf kalau begitu--"
"Bukan, bukan begitu! Orecchi bukannya merasa kalian sama! Tentu saja kalian berbeda!"
'Ya iyalah aku beda dari sodaramu itu. Yang ku maksud 'maaf' bukan itu oy!'
[Name] hanya menghembuskan napasnya lelah sambil melangkah pendek dengan kaki jenjangnya sebelum akhirnya sebuah tangan menarik salah satu tangannya dan membatalkan niat ingin pulangnya.
"Kenapa lagi?" Tanya [Name] ketus setelah berbalik menghadap Rinne yang menahan tangan kanannya.
"Gimana kalau Onee-san ikut Orecchi sebentar? Setelah urusan Orecchi selesai dan mendapatkan keberuntungan dari Onee-san, Orecchi janji Orecchi akan mengantar Onee-san selamat sampai rumah."
Kata-kata Rinne membuat dahi [Name] berkerut kembali. Sejak tadi [Name] masih bingung dengan 'keberuntungan' yang pemuda berambut nanas merah ini maksud.
Dengan pasrah, [Name] ikuti saja kemauan Rinne disaat dirinya diseret menjauh dari posisi awal mereka berdiri.
"Nggak lama kan?" Disela-sela mereka berlari, [Name] masih saja sempat-sempatnya bertanya.
"Nggak kok, tenang aja. Doain keberuntungan Orecchi bisa muncul kali ini biar bisa cepat pulang." Rinne menjawab dengan cengiran khasnya.
Mau tidak mau [Name] hanya mengangguk sebagai balasan. Dia juga tak berniat melawan. Tenaganya untuk melawan sudah terkuras habis hari ini untuk menolak kakaknya seorang.
Memang bebal mbak [Name] ini. Padahal Wataru sudah memperingatkannya bahwa ia akan menyesal jika tidak berbaikan sekarang juga.
Yah, mau bagaimana lagi? Sifat bebal [Name] sudah dari sananya tercipta dari author sendiri. Author yang menciptakannya saja sudah tidak bisa mengubah sifatnya yang satu ini.
Setelah mereka berdua sampai di tempat tujuan, mata [Name] membulat sempurna. Pasalnya Rinne bukan mengajaknya pergi ke tempat yang biasa dikunjungi orang seperti taman atau tempat yang sepi. Rinne justru malah mengajaknya pergi ke tempat orang yang suka berjudi.
Memang sih, panggung di ruang bawah tanah itu terbilang aman karena tidak ada anak berandalan lagi di dalam sana. Beda cerita kalau sudah memasuki tengah malam, sudah pasti tempat itu penuh dengan anak nakal yang suka melakukan sesuatu seenaknya, seperti berjudi misalnya. Suasana di dalam ruangan itu juga seperti kapal pecah.
Berarti orang yang [Name] temui saat ini anak nakal? Karena dia suka berjudi, sudah pasti dia anak nakal bukan?
Tunggu sebentar, kapasitas otak [Name] untuk berpikir makin menurun saja kali ini. Apa karena efek tengah malam?
"Onee-san, jangan jauh-jauh dari Orecchi." Rinne berbisik di salah satu sisi [Name] sebelum tangannya menggenggam erat tangan gadis tersebut.
[Name] hanya mengangguk menyetujui lalu berjalan mengikuti langkah Rinne yang membawanya pergi bersamanya.
Melihat dari semua orang yang suka berjudi disini, [Name] jadi paham maksud Rinne mengatakan 'keberuntungan' berkali-kali padanya. [Name] juga sudah menyimpulkan kalau Rinne sangat suka berjudi.
Menghampiri beberapa orang yang tengah melakukan perjudian di atas meja, Rinne akhirnya bermain bersama mereka. Sudah 10 menit berlalu, namun pria itu masih saja duduk di bangkunya tak ingin bangkit.
Jangan-jangan kehadiran [Name] sudah terlupakan sepenuhnya berkat keberuntungan yang menimpa Rinne berkali-kali lipat? [Name] hanya bisa menghela napas kasar sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pria yang baru saja ditemuinya.
Dengan alasan 'mendapatkan keberuntungan' pria itu dengan seenak jidat memerasnya tanpa sadar? Ingin rasanya [Name] penggal kepalanya.
Setelah perjudian melakukan beberapa ronde, seseorang yang nampaknya mengenal [Name] menepuk pundak [Name] pelan hingga membuat sang pemilik pundak menoleh.
"[Name]-chan? Sedang apa kau disini?"
.
To be continue ....
Maap pendek, aku lagi buntu ide 😭😭😭
1207 word
Resaseki12
Senin, 27 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top