Chapter 14 - Ryuseitai Pelakunya
Tori dan Tsukasa tak henti-hentinya saling tatap. Membuat beberapa lirikan mereka menyambar yang hampir memunculkan sengatan listrik.
[Name] capek. Ia lelah harus berusaha bagaimana lagi supaya bisa membuat kedua orang yang ia anggap adiknya sendiri itu akur. Sampai perang dunia ke-dua pun mungkin saja Tori dan Tsukasa tidak akan pernah bisa saling akur untuk memperebutkan perhatian [Name].
Yuuta juga sepertinya memikirkan hal yang sama.
"Minggir kamu! Aku yang megang Nee-chan duluan!"
"No! Aku yang duluan mau pergi sama Onee-sama!"
"T-Tolong siapapun hentikan pertengkaran mereka berdua yang tiada akhirnya ini."
[Name] menangis merutuki nasibnya yang sangat populer dikalangan para shota. Rasanya [Name] ingin sekali membuat proposal persetujuan pada Eichi agar bisa dibuatkan penampungan para shota khusus di Yumenosaki. Walau tanpa proposal pun dan mengingat latar belakang [Name] dari adik Eichi, bisa saja saat [Name] meminta Eichi langsung mengabulkannya dalam sekali jentikan jari.
'Dasar orang kaya. Ku doakan kamu miskin di kehidupanmu selanjutnya,' ujar [Name] mengutuk Eichi.
"Nee-chan, Nee-chan mau main sama aku kan? Nggak mau main sama orang ini kan?"
"Enak aja! Onee-sama kan produser dari unitku! Ngapain Onee-sama harus main sama kamu?!"
'Tolong hentikan mereka,' batin [Name] menjerit meminta tolong. Tak disangka jeritan minta tolong miliknya sukses terdengar sampai ke telinga sang Dewa di atas sana hingga memunculkan salah satu orang yang disebut sebagai Hero Yumenosaki muncul di timing yang tepat sekali menurut [Name].
"HAHAHA! SEMANGAT ANAK MUDA MEMANG LUAR BIASA!" Seorang Hero alias Morisawa Chiaki menumpukan tangannya di kedua pinggang lalu berseru layaknya kemunculan pahlawan yang banyak sekali terlihat di televisi.
'Walau emang kemunculannya merupakan suatu berkah untukku, tapi caranya dia muncul dengan teriakan emang ga wajar banget.'
Mengelus dada, [Name] hanya dapat pasrah menyerahkan semua keputusan untuk menolongnya pada Chiaki. Kedua orang yang saling beradu tadi hanya menatap Chiaki dengan tatapan sinis nan menusuk. Layaknya seekor kucing yang tak ingin mangsanya diambil oleh predator lain.
"Kamu ... [Name]? Salah satu gadis remaja selain Anzu yang masuk ke jurusan produser?" [Name] mengangguk mengiyakan pertanyaan Chiaki.
"Wah! Salam kenal [Name]! Ku harap kita bisa lebih akrab lagi sekaligus menjadi 'Hero' bersama-sama!"
Chiaki menggenggam kedua tangan [Name] lalu menggoyangkan naik turun dengan cepat. Seperti di adegan animenya, Subarulah yang melakukan hal itu pada Anzu di ruang klub musik.
'Bagus sih dia nggak nyebut nama margaku,' batin [Name] mensyukuri menyadari Chiaki yang tidak memanggilnya dengan marga kakaknya.
Chiaki terus menggoyangkannya dengan cepat sampai tak sadar dengan tatapan death glare dari kedua adik kelas yang ingin menarik perhatian [Name].
"Aku sudah dengar dari Kanata. Kau akan fokus ke salah satu unit yaitu Knights, benar?"
Untuk ke sekian kalinya [Name] mengangguk mengiyakan. Ia tak memiliki banyak kosakata untuk membalas pertanyaan Chiaki.
Tsukasa yang mendengar unitnya disebut langsung melirik tajam dimana Chiaki berada. Masih ku pantau, pikir Tsukasa.
"Kalau begitu ...."
Hup!
'A-Apa ini?!'
"Nee-chan!"
"Onee-sama!"
"[Name]-senpai!"
Kelima orang itu menjerit. Mereka tak habis pikir dengan perlakuan Chiaki yang tiba-tiba saja menggendong [Name] ala bridal. Bedanya, [Name] menjerit dalam batin. Walau tak terdengar, [Name] bisa merasakan dari ekspresinya yang terkejut membuat [Name] juga seakan menjerit.
Tsukasa dan Tori sepertinya sudah melupakan keberadaan dua makhluk lainnya hingga mereka tak sadar Yuuta dan Tomoya juga ikut menjerit.
"Aku ingin lebih mengenalmu, sebelum kita bekerja sama membuat proposal Ryuseitai untuk latihan awalmu juga."
Kedua makhluk merah dan merah muda itu sudah memberikan tatapan mematikan begitu lama, berharap [Name] bisa diturunkan secepatnya. Walau begitu, [Name] masih diangkat dan tidak segera diturunkan karena mereka sudah salah memberikan tatapan mematikan tersebut pada orang yang tidak peka.
Orang yang tidak peka disuruh peka? Mungkin penyakit ini bisa menyebabkan orang yang menyuruhnya peka terkena tekanan darah tinggi. Jangankan sadar disuruh menurunkan, sadar dengan tatapan mematikan dari kedua adik kelasnya saja sepertinya tidak.
Setelah mengangkat dan tersenyum, Tsukinaga Leo yang merupakan leader Knights pun datang menghampiri, berlari kesana kemari seperti biasanya. Chiaki jadi mendapatkan ide untuk bertanya pada sang leader.
"Tsukinaga."
"Ya?" Tanya Leo memiringkan kepalanya mendengar namanya dipanggil.
"Aku boleh membawa produsermu kan?"
'Katakan tidak! Kumohon tolong aku!' begitulah apa yang terucap dari tatapan [Name] pada Leo.
Kalian tau bukan? Leo sama-sama tidak pekanya dengan Chiaki? Tentu saja hal yang dilakukan [Name] sangat percuma dilakukan pada orang yang tidak peka. Mungkin perbedaannya hanya pada kadar ingatannya saja.
"Produser? Emangnya unitku ada produser?"
Sudah ku bilang dia akan melupakan dirimu, [Name]. Setelah ini, tolong hilangkan niat ingin menyantetmu itu pada sang leader tercinta. Biar begitu, kau pasti akan dikeroyok massa karena fans-nya banyak.
"Yaudah bawa aja! Aku juga cuma mau nerima produser dari alien! Wahahaha~⭐"
"Terima kasih Tsukinaga! Ku harap kita bisa bekerja sama lagi setelah ini!"
"S-Sebentar, turunkan aku! Dek Kasa, tolong aku! Aku diculik!!!"
Chiaki dan Leo langsung kabur begitu saja dengan tujuan mereka yang ingin mereka lakukan masing-masing. Para adik kelas yang melihat juga hanya terdiam tak menanggapi raungan [Name] meminta diselamatkan.
Tidak hanya dirimu saja yang kesal, [Name]. Bahkan Tsukasa yang merupakan salah satu member dari unit Knights juga merasa kesal ingin menyantet sang leader.
Tak hanya dirinya, bahkan [Name] yang sudah menjadi produser Knights pun terlupakan. Tsukasa bisa memahami apa yang dirasakan [Name] saat menghadapi sang leader yang kelewat pikun.
"Dasar Leader, kehadirannya tak membantu sama sekali. Tak salah aku memasukkan dia ke list orang-orang yang tidak waras."
###
Sesampainya di ruang latihan milik Ryuseitai, [Name] diturunkan dan disambut oleh semua anggota Ryuseitai karena Chiaki yang meminta mereka semua untuk datang. Sambil mengatur napas, [Name] menenangkan diri dulu sejenak setelah apa yang sudah ia alami bersama sang leader ketika dirinya dibawa kabur ke tengah lapangan lalu meneriakkan, 'Aku berhasil menolong sang tuan Putri! Adeganku sekarang seperti pahlawan sungguhan saja!' yang membuat wajah [Name] memerah padam sangking malunya.
Shinobu yang awalnya ada di kelas juga sudah datang ke ruang latihan lebih awal dari Chiaki.
"Bukannya dia murid pindahan yang dari keluarga Tenshouin itu?" Tanya Tetora menunjuk [Name].
Sebelum menjawab, [Name] berjalan mendekat menghampiri dimana Tetora berada lalu merangkulnya dengan rasa bersahabat yang mendominasi.
"Iya," jawab [Name] dengan senyuman khas miliknya, "Tapi kamu jangan sampai keceplosan manggil aku Tenshouin ya dek?"
Tetora meneguk salivanya. Ia tak menyangka dirinya akan bertemu sisi lain [Name] begitu cepat.
Setelah [Name] selesai dengan urusan ancam-mengancamnya pada Tetora, ia beralih menatap Shinobu yang asik bertanya pada sang leader. Ingin [Name] bertanya pada Shinobu tentang bagaimana cara dia bisa sampai ke tempat ini lebih dulu dari dirinya dan Chiaki yang membawanya. Namun [Name] tidak jadi menanyakannya karena sudah tau apa yang akan dikatakan Shinobu padanya.
"Jadi, apa yang harus ku lakukan setelah senpai menculikku?" [Name] bertanya, melirik dimana Chiaki berada dan sangat menekan kata paling akhirnya untuk memperjelas jawaban yang ingin ia dengar.
Walau sudah melakukan hal seperti itu pun, Chiaki masih saja tidak mempedulikannya. Malahan, Chiaki hanya tertawa keras seperti biasa sebelum dirinya menjawab.
"Kau akan membantuku membuat proposal pengajuan acara Supernova yang harus disetujui oleh kakakmu itu!"
'Mampus, aku ga pernah bisa bikin proposal.'
[Name] merutuki dirinya sendiri, menyadari bahwa dirinya di masa lalu memang sangat bodoh hingga harus menerima bantuan dari Eichi, kakaknya ketika ada urusan yang mengharuskan [Name] membuat proposal di sekolahnya yang dulu.
Harusnya [Name] buat saja sendiri saat disuruh membuat proposal. Bukannya ketika Eichi menawarkan, dirinya harus menerima bantuan itu dengan lapang dada.
Andai saja ada Natsume di sekolahnya yang lama, mungkin [Name] bisa menyontek padanya tentang pembuatan proposal walau dirinya harus membayar kepintaran yang Natsume miliki. Harta itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya selagi kaya, pikir [Name].
"Kenapa senpai nggak minta tolong sama Anzu? Anzu kan lebih senior dan kemampuannya satu tingkat lebih tinggi dariku."
"Hahaha! Itulah kenapa aku harus memanfaatkanmu!"
Baiklah. Kata-kata 'memanfaatkan' tadi membuat otak [Name] berpikir. [Name] sudah menduga apa yang ingin Chiaki minta padanya.
"Karena kau adik dari Tenshouin, aku jadi harus meminta tolong padamu untuk membuat proposal walau jelek sekalipun. Aku yakin Tenshouin akan mengabulkan permintaan adiknya dalam satu jentikan jari!"
'Sudah ku duga.'
[Name] menepuk jidatnya pelan. Sudah pasti Chiaki akan meminta tolong padanya karena masalah ini. Untuk itu [Name] sangat tidak ingin membeberkan nama marganya pada orang lain dengan alasan ini salah satunya. Dirinya sudah jelas pasti akan dimanfaatkan.
"[Name]-san~ Sabar ya~ Aku tak bermaksud untuk melakukan itu~"
'Tapi kau sudah melakukannya bersama dengan leadermu, Kanata-senpai!'
Kanata mengelus pundak [Name] yang terlihat depresi setelah mendengar jawaban tak punya hati nurani milik Chiaki. Takamine Midori yang mengerti perasaan [Name] ketika harus dimanfaatkan untuk kepentingan Ryuseitai dalam menjalankan acara juga ikut mengelus [Name].
Biasanya disaat orang terlihat frustasi, salah satu orang yang ingin menenangkan harus mengatakan kata-kata manis atau kata-kata penenang yang membuat orang tersebut merasa lebih baik dan tidak merasa frustasi lagi. Tapi sepertinya, Midori tidak sebaik itu dalam memahami perasaan seseorang yang terlihat frustasi.
"[Name]-senpai. Bagaimana kalau kita akhiri hidup ini bersama-sama? Aku sudah lelah menjalani hidup."
"Ide bagus. Dimana kita melakukannya?"
Sebaiknya kita doakan saja keselamatan Midori karena sudah mengajak [Name] yang merupakan adik dari sang Emperor untuk mengakhiri hidup. Dan semoga saja berita seperti ini tidak cepat menyebar dan menjadi gosip atau bahan pembicaraan yang membuat sang Emperor terpanggil.
.
To be continue ....
✨ 60 vote = Next
1516 word
Resaseki12
Sabtu, 16 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top