Chapter 13 - Kelas 1-B
Sesampainya di depan kelas 1-B, Tsukasa dengan segera menurunkan [Name] secara perlahan. Wajah [Name] memang masih ada sedikit semburat merah, namun dengan cepat ia hilangkan warna tersebut dengan cara mengalihkan topik disaat dirinya menyadari bahwa dirinya sedang ditatap.
"Ini kelas kalian?"
"Bukan."
"Yes."
Keduanya menjawab berbarengan. Kalian pasti sudah tau siapa diantara mereka yang menjawab iya dan tidak.
Mendengar Tomoya menjawab pertanyaannya yang terdengar seperti penolakan membuat [Name] menolehkan kepalanya untuk lanjut bertanya. Seperti biasa, [Name] masih saja merasa penasaran.
"Terus, kelasmu ada dimana?" Tanya [Name] yang dibalas tunjukkan jari yang menunjuk tepat di sebelah kelas 1-B dari Tomoya.
Merasa paham, [Name] mengangguk sebagai jawaban.
Rasa penasaran [Name] terjawab sudah, tanpa tau dari belakang mereka terlihat Tsukasa yang sudah menggembungkan pipinya. Baru kali ini Tsukasa merasa kesal pada anak murid seangkatannya yang paling normal. Karena bisa dikatakan, salah satu murid bernama Mashiro Tomoya lah satu-satunya murid yang paling normal sejauh ini selain dirinya.
Tentu saja yang lainnya tidak dianggap normal bagi Tsukasa kecuali Tomoya. Leadernya saja tidak waras begitu walau banyak yang nge-fans, pikir Tsukasa.
'Duh, nih anak kok makin lucu sih? Diri ini tidak kuat tolong,' batin [Name] setelah melihat pipi chubby yang sengaja digembungkan milik Tsukasa.
"One-sama."
"Ya adikku~" [Name] menjawab dengan wajah berseri menikmati kelucuan pipi Tsukasa.
"Mau buat aku senang?"
"..."
'Kok aku berasa pernah denger kalimat itu?'
[Name] memasang tampang bodohnya untuk mencerna apa maksud dari kalimat Tsukasa sebelum Tomoya memotong.
"Kamu korban film Dilan?"
"Ah, iya! Film Dilan!" [Name] berseru mengetahui kalimat Tsukasa yang sangat familiar dari salah satu film yang membuat wajah Tsukasa memerah. Rupanya Tomoya juga tidak ketinggalan menonton film itu.
Karena merasa malu, akhirnya Tsukasa putuskan untuk menggenggam tangan [Name] dan membawanya masuk.
Terkejut sih, tapi rasa suka akan melihat wajah imut milik [Name] lebih mendominasi dirinya. Dirinya saja sampai senyam senyum sendiri melihat Tsukasa yang dirasa lucu hingga membuat orang disekitarnya merasa bahwa [Name] sudah menjadi orang gila.
Setelah masuk beberapa meter dari pintu masuk kelas 1-B, betapa terkejutnya [Name] saat disambut dengan meriah dari beberapa anak kelas 1-B.
Mereka pasti tidak pernah bertemu dengan murid perempuan sebelumnya selain Anzu, maka dari itu mereka terus mendesak [Name] untuk sekedar mengajak [Name] berkenalan. [Name] jadi tau perasaan Anzu yang selama ini dikelilingi para anak laki-laki.
Untung saja [Name] tidak keceplosan membeberkan nama marganya. Jika tidak, selesai sudah. Semua anak murid kelas satu diyakini tidak akan pernah mendekati adik dari Tenshouin Eichi bahkan sampai satu meter sangking takutnya dikeluarkan dari sekolah.
"[Name]-neechan!!!"
'Suara itu--'
[Name] kenal betul dengan suara teriakan dari salah satu diantara lautan manusia kelas 1-B ini. Suara itu terdengar sangat imut. [Name] yakin suara itu berasal dari salah satu murid yang suka sekali dimanja, salah satu anggota dari unit fine, dan salah satu murid yang menjadi rivalnya Tsukasa.
Benar jawabannya jika kalian menjawab Himemiya Tori.
Saat ini, Tori sedang menerobos beberapa murid untuk memeluk lengan [Name]. Tori juga sudah tau siapakah [Name] sebenarnya, maka dari itu ia sangat menantikan dimana dirinya akan diperkenalkan dengan salah satu babunya di kelas 2-B.
"[Name]-neechan!!!"
"T-Tunggu, kamu mau nerjang aku--"
Sebelum Tori berhasil memeluk [Name] disaat dirinya sedang menerjang, Tsukasa dengan cekatan mencegah hal itu terjadi dengan menarik tangan [Name] yang sedari tadi tidak ia lepas. Tentu saja Tori kesal karena tidak bisa memeluk [Name] saat menerjang. Tsukasa hanya tertawa meremehkan Tori sambil melirik. Untung saja disaat menerjang, Tori langsung ditangkap oleh Mitsuru dan Shinobu.
"Haha, suara [Name]-senpai ternyata sangat hangat. Sora suka~"
'Adek menggemaskan lainnya akhirnya muncul juga. Sora, aku padamu~' [Name] menangis terharu ketika mendapati dirinya dihampiri langsung oleh Harukawa Sora, salah satu dari sekian banyak adik kelas yang [Name] akui kelucuannya.
Caranya Sora berbicara yang diawali dengan kalimat "Haha", "Hihi", "Hoho", dan sejenisnya entah kenapa terdengar sangat lucu menurut [Name] yang mendengarnya.
"[Name]-dono tidak apa kan?" Shinobu bertanya setelah menangkap Tori.
"Tentu saja Onee-sama tidak apa-apa karena aku sudah mencegah terjadinya luka lecet yang disebabkan oleh seseorang." Tsukasa menjawab sebelum [Name] berhasil menjawab dengan kekehan kecil.
Jika dipahami situasinya lebih lanjut, tentu saja Tsukasa terkekeh dan memandang rendah Tori, seseorang yang ingin mencelakai [Name] yang membuat alis Tori berkedut beberapa kali.
"[Name]-neechan, aku suka Nee-chan! Ayo kita main daze!" Tenma Mitsuru menginterupsi membuat para anak kelas 1-B kegirangan, namun tidak untuk sang pelaku.
"Hoho~ Sora juga mau main!"
"Maaf, [Name]-dono. Tapi Sessha juga ingin melihat permainan yang akan dimainkan."
"Tidak! Aku main dulu dengan [Name]-neechan sebelum main bersama para rakyat jelata seperti kalian!"
"Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja bersama Onee-sama?"
Mata [Name] berputar mewakili pikirannya yang sudah eror tak dapat memproses apa yang sedang terjadi di tempatnya berada. Bagaikan badai topan yang menerpanya secara mendadak, hingga seorang anak bernama Aoi Yuuta pun datang menolong [Name].
"Apa yang kalian lakukan? Kalian membuat [Name]-senpai takut."
"Ah, Aoi ... Yuuta?" [Name] yang saat itu ditolong masih sempat-sempatnya berusaha mengenal siapa orang yang sedang menolongnya.
Yuuta hanya tersenyum menanggapi sebelum mengangguk mengiyakan. Ia masih tidak begitu percaya dengan pendengarannya yang mendengar nama aslinya dari mulut [Name] disaat semua orang tidak dapat membedakan dirinya dan kembarannya.
"A-Aku mau nangis. Disaat aku sudah menolakmu, kau masih saja berbaik hati menolong senpaimu yang tak tau diri dan sangat laknat ini?" [Name] mengusap air matanya yang terlihat seperti air mata buaya.
Bagaimana tidak? Dengarkanlah apa yang dikatakan [Name] disaat dirinya sedang menitikkan air mata. Semua orang yang mendengarnya pasti akan terdengar seperti air mata buaya karena tidak adanya rasa penyesalan dalam kalimat minta maaf [Name].
"Tidak apa, Senpai. Biarkan saja yang sudah berlalu. Bagaimana kalau kita pergi ke kelas sebelah sebagai bayaran penyesalan Senpai untukku?"
[Name] mengangguk mantap menyetujui, hingga tak sadar aura mencekam nan tak mengenakkan menguar dari belakang [Name].
Tentu saja aura negatif yang keluar dari belakang [Name] berasal dari para adik kelas imut yang [Name] akui. Termasuk Tori dan Tsukasa. Pada awalnya mereka memang ingin perang kekayaan jika tidak adanya Yuuta yang menolong [Name].
Dasar holkay.
Dengan tidak mempedulikan hawa negatif dari hampir seluruh penjuru ruang kelasnya, Yuuta berhasil menyeret [Name] keluar dari kelas yang disambut Mashiro Tomoya di depan kelas.
Walau sudah keluar, salah satu tangan [Name] masih terasa berat diakibatkan kedua makhluk merah dan merah muda yang masih berperang adu tatap sambil memeluk tangan dari masing-masing sisi. Yuuta hanya dapat terkekeh menanggapi, tak dapat mencegah lagi bagaimana agar bisa membuat mereka melepas [Name] seutuhnya.
'Kedua makhluk ini emang lucu, tapi yang bikin capeknya waktu mereka bertengkar seperti sekarang,' batin [Name] melirik kedua mahkluk yang [Name] anggap tuyul pengikutnya.
.
To be continue ....
✨ 61 vote = Next
1105 word
Resaseki12
Selasa, 12 Januari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top