Chapter 1 - Awal Masuk Sekolah
Dasar... Bisa-bisanya aku di sebut cebol. Padahal aku sudah berumur 16 tahun. Posisiku juga sedang berjongkok di depan gerbang saat itu. Apa salahnya sih, seorang gadis imut sepertiku? Apa si Auhor iri denganku?
Author : Oh, maaf saja. Bukannya bermaksud sombong, tapi tinggiku sudah mencapai 165 cm di umurku yang ke 17 tahun.
Cih... Dasar sialan kau author!
"Kamu..."
Suara gumaman seseorang di sebelah kananku dengan suksesnya mengejutkanku sampai aku harus melompat ke belakang beberapa langkah dan hampir membuatku serangan jantung.
"A-ada apa?" tanyaku balik bertanya.
"Kamu... Bukannya kamu adalah murid pindahan yang di bicarakan itu?" tanya orang itu yang sepertinya balik lagi bertanya padaku sambil memasang pose berpikir. "Murid pindahan dari jurusan Produser?"
Ternyata, beritaku yang sebagai murid pindahan dari jurusan produser sudah tersebar luas secepat ini?
"Y-ya... Begitulah..." balasku sambil memegang tengkuk belakangku yang sepertinya koyo yang ku pasang semalam masih belum ku lepas sampai sekarang. Dan itu baru saja ku sadari, jika saja aku tidak memegang tengkukku sendiri.
Iya, kalian tidak salah baca. Aku memang benar-benar memasang koyo di bagian tengkuk ku akibat begadang semalaman hanya untuk mencari informasi seputar sekolah yang akan ku datangi saat ini. Maklum, aku kan anaknya rajin dalam mengumpulkan informasi, dan juga tidak jahat atau ngejahatin orang seperti kakakku.
Tapi, ngomong-ngomong saat aku memerhatikan wajah anak di sebelahku ini, aku baru menyadarinya kalau sebenarnya dia adalah---
"Na-Narukami Arashi?!"
Cih, sial. Dari dulu kau memang tidak bisa diajak kerja sama ya, mulut? Harusnya pemikiranku dulu yang menyelesaikan kata-katanya, baru kau yang menyambungnya.
Pemuda tadi—yang sempat ku sebutkan dengan mulut lucknutku—itu pun sedikit terkejut saat melihatku. Mungkin ia berpikir, 'Bagaimana kau tau namaku?'
Tapi, pemikiranku ternyata melesat jauh. Ternyata ia benar-benar tidak memikirkan apa yang ku pikirkan barusan, namun sebaliknya.
(Bayangin aja kalian lagi begini. Abaikan baju olahraganya.)
"Waaah... Ternyata, aku se-terkenal itu ya? Tak ku sangka murid pindahan sepertimu juga tau tentang dunia model."
Yeee~ kalo itu mah bukannya aku nge-fans ma elu. Kebetulan aja aku tau tentangmu yang masuk ke unit Knights dan menjadi model pada akhirnya. Kepedean banget sih lu-- eh iya, kan dia perempuan,,, atau laki-laki ya?
"Begitulah... Kebetulan aku juga sedang mengoleksi berbagai macam foto model di buku khusus ku ini. Sudah sewajarnya kalau aku tau tentangmu." Aku pun mengeluarkan buku yang ku maksud dari dalam tasku dengan ukuran sedang untuk menunjukkannya langsung pada pemuda(?) yang diketahui bernama Narukami Arashi ini.
"Ternyata, aku bisa bertemu dengan penggemarku sendiri." Mahluk yang tidak diketahui gendernya ini pun mulai memelukku erat dan mengunyel-ngunyel pipiku dengan pipinya. "Nee... Nee..., Apa kau murid pindahan dari kelas 1? Berarti kau akan sekelas dengan Tsukasa-chan?"
"... Hah?"
Jujur, pertanyaannya barusan dengan suksesnya membuatku cengo di tempat.
"Are? Bukannya kau murid kelas 1?" tanyanya lagi untuk memastikan.
Aku terdiam, terdiam cukup lama malah, hingga berhasil membuat Narukami-kun juga terdiam sambil memperhatikanku. Apa dia sedang berpikir bahwa ia salah bicara sekarang? Hohoho... kau sudah terlambat anak muda~
"Nee, Narukami-kun."
"Ha'i!"
Lihatlah, bahkan Narukami-kun menyahutku dengan suara bergetar—yang sebenarnya hanya aku seorang yang dapat mendengarnya,,, sih.
"Apa kau benar-benar beranggapan seperti itu tentangku?"
"A-ano... Me-memangnya kenapa?" tanya Narukami-kun sedikit merinding sepertinya. Entah kenapa aku suka sekali ketika seseorang berbicara dengan suara bergetar sambil bergidik ngeri seperti yang dilakukan Narukami-kun saat ini.
"Apa kau benar-benar tidak melihat warna dasi apa yang ku pakai saat ini?"
Seakan terhipnotis dengan perkataanku, Narukami-kun mulai menundukkan kepalanya untuk melihat warna dasi apa yang ku pakai sekarang ini. Dan saat Narukami-kun sudah melihatnya dengan jelas, seketika saja tubuhnya mulai membatu seakan ia tidak diperbolehkan lagi untuk bergerak.
Kira-kira, warna apa yang dilihat Narukami-kun saat itu? Mungkin saja kalian bisa menebaknya dengan mudah.
Kalau kalian ada yang menjawab warna Kuning, apa mata kalian masih waras? Em,,, bukan. Maksudku, apa mata kalian sakit? Sudah jelas kalian tau sendiri kalau di sekolah Yumenosaki ini tidak ada yang pernah memakai dasi kuning. Kalau aku masuk di kelas 2, berarti aku harus memakai dasi apa? Biarkan kalian sendiri saja yang menjawabnya.
Author : Yah, ngelawak dia
"Apa kau sudah melihatnya?" Narukami-kun mengangguk cepat merespon pertanyaanku.
"Kalau kau belum melihatnya, mungkin aku bisa saja membantumu untuk melihat warna dasiku yang ku pakai saat ini."
"Ti-tidak, terima kasih."
Wah wah, lihatlah betapa menariknya ekspresi Narukami-kun saat ini. Tapi aku tidak bisa selamanya seperti ini. Kasihan juga Narukami-kun. Dan mungkin saja seseorang dari ruang OSIS tidak sabar menunggu kedatanganku lalu memutuskan untuk membantingku,,, kan tidak lucu.
"Baiklah Narukami-ku---"
"Panggil saja aku Arashi."
"... He?"
Tunggu. Apa orang ini sudah tidak waras? Beberapa menit yang lalu kan aku sudah mengancamnya, tapi kenapa dia malah menyuruhku untuk memanggil nama depannya? Apa dia masokis?
"Aku berpikir, mungkin kita akan akrab nantinya. Karena kau adalah penggemar ku dan tentunya kita sesama seorang gadis."
Oke sip, orang ini tidak waras.
Tolong, siapa saja bawakan air kembang tujuh rupa, atau lebih baiknya bawakan air minum untuk merukiyah anak satu ini sekaligus menyemburnya agar iblis wanita yang ada di dalam tubuhnya bisa keluar lalu menghilang. Dan ngomong-ngomong, ini baru pertama kalinya pula aku benar-benar tidak bisa membedakan gender seseorang.
"Ba-baiklah, A-Arashi-kun."
"Tidak, tidak, tidak. Aku tidak ingin kau memanggilku dengan tambahan suffix kun."
TAPI KAN KAU LAKI MAIMUNAH!!!
"A-aku mengerti, Arashi-san."
Setelahnya, Arashi-san tidak membalas ucapanku dan malah menggantinya dengan senyuman manis yang ia miliki. Saat aku melihatnya, seketika itu juga aku merinding untuk melihatnya.
"Baiklah, mari ku antar ke ruangan OSIS, etto..."
"[Name]."
"[Name]-chan!"
Yah, terserahlah. Sepertinya, aku tidak perlu lagi untuk memberitahukannya tujuanku saat ini. Dia juga sudah tau aku akan ke mana nantinya.
###
"Ah, itu Anzu-chan loh!" seru Arashi-san menunjuk seseorang yang ada di depan kami.
Tapi, AKU TAU KALAU DIA ITU ANZU, SOEKIRMAN! Kan aku sudah mencari informasi kalian semua! W-walaupun nggak semuanya sih. Seperti Sakuma Rei misalnya.
"Yo, Anzu-chan!" seru Arashi-san menyapa kegirangan. Anzu yang tak jauh dari kami pun menoleh dari madding dan menyapa balik.
"Ah, Narukami-kun. Ada apa?"
"Aku membawa murid pindahan yang dibicarakan itu loh~"
"Murid pindahan?"
Setelah menanyakannya, Anzu yang awalnya menatap Arashi-san beralih menatap diriku yang imoeth jelmaan malaikat ini.
"Kimi, namae wa?" tanya Anzu tiba-tiba.
"Watashi no namae wa [Name] desu. Yoroshiku onegaishimasu." Aku pun membungkuk di hadapannya tanda hormat.
"Wah... Ternyata, dia adik kelas yang sangat sopan ya?"
Anzu mulai mengarahkan tangan kanannya di atas kepalaku dan mulai menepuknya pelan. Jujur, itu membuatku kesal (lagi) sekarang. Lihatlah, bahkan Arashi-san saja sampai bergidik ngeri saat melihatku dalam mode Hitam ku.
Baiklah, akan ku jelaskan dari sini sekarang.
Sebenarnya dari kecil sifat ku ini sangatlah aneh. Tidak bisa dikatakan mempunyai kepribadian ganda, tapi efeknya mirip sekali dengan kepribadian ganda. Seperti ketika seseorang menerima perlakuan yang seharusnya tidak di lakukan atau seseorang itu melakukan sikap yang seharusnya tidak dilakukan, maka sifat orang itu bisa saja berubah drastis hingga mencapai 180 derajat. Seperti halnya diriku.
Ketika aku mendengar seseorang menyebutku dengan usia yang lebih muda dari dirinya, maka aku bisa saja mengeluarkan aura hitam atau yang biasa disebut dark aura.
Seperti yang ku lakukan pada Arashi-san sebelumnya. Biasanya kalau aku mengeluarkan aura hitam, sifatku itulah yang dinamakan mode Hitam. Karena aku pasti suka mengancam seseorang atau lebih parahnya mengungkit masalah seseorang yang seharusnya tidak ku ungkit.
Seperti apa yang akan ku lakukan pada Anzu setelah ini.
"Hee~ Kau beranggapan kalau aku ini adik kelasmu, begitu?"
"K-kan memang begitu kenyataannya."
Sedikit ku lirik bahwa Anzu sedikit bergetar untuk menjawab pertanyaanku saat ini. Efek sampingnya ternyata sangat mengerikan juga.
"Ooh, begitu~ Seharusnya aku yang memanggilmu kouhai bukan?"
"A-apa maksudmu?" tanya Anzu sedikit memaksakan diri untuk bertanya.
"Apa kau buta? Kau tidak melihat warna dasi apa yang sedang ku pakai sekarang ini?"
Saat mendengar pertanyaanku, Anzu dengan cepat menunduk dan melihat warna dasi apa yang sedang ku pakai saat ini. Saat ia mengetahui kalau warna dasiku adalah warna biru yang sama dengannya, seketika itu juga Anzu sedikit mematung. Mungkin ia merasa bersalah karena sudah menganggapku adik kelasnya.
Dan jujur saja, suasana ini selalu saja membuatku senang. Bagaimana tidak? Melihat reaksi yang dikeluarkan Anzu dan Arashi-san saat melihat perubahan drastisku pastilah membuat mereka syok.
"Bukankah kau berumur 15 tahun saat ini? Lancang sekali kau berbicara padaku yang sudah pastinya lebih tua darimu 1 tahun."
"Maksudmu—"
"Ya, itu benar. Saat ini aku berumur 16 tahun, setahun lebih tua darimu. Jangan macam-macam denganku."
Oh iya, demi kepentingan bersama, di cerita ku ini aku menyuruh author untuk membuat Anzu lebih muda dariku. Kenapa? Ya untuk nistain dia lah.
"Dan aku juga mempunyai banyak informasi di kepalaku, jadi aku tau semua hal tentangmu. Tentang kau yang mempunyai masalah di sekolah lamamu lalu pindah ke sekolah ini mengambil jurusan produser, aku tau semuanya, kouhai. Jadi jangan macam-macam."
"Ha-Ha'i!"
Sial, entah mengapa aku malah ketagihan untuk melakukannya lagi.
"Ba-baiklah, kalau begitu kita harus pergi sekarang, [Name]-chan."
Arashi-san pun mulai menegurku sebelum aku berbuat hal yang lebih gila lagi terhadap Anzu yang seharusnya menjadi kouhai ku. Dan untungnya saja aku sudah kembali ke mode normal ku.
"Kau benar, Arashi-san. Baiklah, tolong antar aku ke sana."
"Oke~ Kalau begitu, kita pergi dulu, Anzu-chan~"
"A-ah, iya. Ha..Hati-hati di jalan."
Apa-apaan reaksinya itu. Mencurigakan. Melihat dari reaksinya barusan, sepertinya ia terkejut sekali ketika mendengar aku menyebutkan nama Arashi-san dengan nama kecilnya. Jika dipikirkan lagi, sepertinya itu mulai masuk akal. Mungkin ia berpikir apakah aku berpacaran dengan Arashi-san atau ada suatu hubungan yang lainnya.
Sudahlah, apa peduliku? Kan yang meminta di panggil seperti itu Arashi-san sendiri dan bukan aku yang memulainya.
To be continue...
1624 word
Resaseki12
15 November 2019
Publish -> 12 Januari 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top