Sembilan
Angela masih menatap pantulan diri di cermin, saat ini ia berada di toilet. Gadis itu meminta Leo menunggunya sekaligus mengancam untuk tidak meninggalkannya. Namun beberapa saat kemudian fokusnya teralihkan, gadis itu bisa membaca kalau wanita di belakangnya tengah memeperhatikan. Tanpa ragu, kemudian Angela menoleh, tatapannya tak terbaca. Tatapan bagai harimau yang siap memangsa buruannya.
"Kenapa liat-liat?" tanya Angela pada wanita itu dengan sangat berani, nada bicaranya sangat kentara kalau ia sangat garang.
Wanita itu kemudian sedikit gugup, mungkin efek gerak-geriknya yang sedari tadi mencurigakan terbaca oleh Angela. Ya, memang sejak tadi wanita itu memerhatikan Angela dari balik cermin.
"Punya mulut, kan?" Angela terus berusaha agar wanita itu mau bicara.
"Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud mengusikmu, Angela," ucap wanita itu.
"Angela?" tanya Angela sedikit terkejut, lalu terus mendekat pada wanita itu. "Dari mana kamu tahu namaku?"
"Kita tadi nonton film dalam teater yang sama."
"Tapi, tak ada yang menyebutkan namaku. kenapa kamu bisa tahu?"
"Pacarku yang memberitahu."
"Pacarmu? Siapa namanya? Siapa tahu aku mengenalnya atau mungkin dia cuma fans terselubungku. Maklum saja, penggemar rahasiaku di mana-mana."
Wanita itu tersenyum simpul, kesan pertama saat bertemu dengan Angela adalah dia beranggapan kalau gadis itu sangat percaya diri atau bisa dibilang terlalu kepedean.
"Namanya Tristan. Ingat, kan?"
Angela tampak berpikir sejenak sepertinya ia pernah mendengar nama itu namun entah di mana.
"Oh iya aku tahu. Benar 'kan apa kataku, aku memang memiliki fans rahasia. Dan pacarmu itu kemungkinan salah satu di antaranya."
Sumpah demi apa pun Luri sedikit tak terima saat Angela mengatakan bahwa Tristan itu penggemar rahasianya. Bayangkan saja, kenal pun baru kemarin.
"Sampaikan saja pada si Arisan itu, jangan mengejarku lagi karena aku sudah bahagia dengan Leo, lagi pula kamu harus becus jaga laki-laki. Jangan sampai si Arisan terus mengejarku."
"Tristan, Angela, bukan Arisan," koreksi wanita itu. Sungguh, ia mulai mengerti mengapa Tristan berasumsi kalau Angela adalah gadis gila. Luri pun setuju, Angela adalah gadis aneh. Bisa-bisanya bosnya menjadikan gadis aneh ini sebagai kekasih.
"Oh iya, Tristan maksudku. Lalu, untuk apa kamu dari tadi memperhatikanku? Aku tahu aku cantik, bukan hanya lelaki yang memperhatikan tapi wanita juga ikut terpesona."
Dalam hati, Luri ingin memuntahkan segala isi dalam perutnya saat mendengar Angela yang benar-benar rasa percaya dirinya sulit dimengerti. Ya, Angela memang seratus persen aneh, terlebih mengingat kelakuan Angela di bioskop seperti orang gila saja.
"Kenalkan, aku Luri. Kekasih Tristan."
"Ya Tuhan, kamu tak perlu mengucapkan berulang-ulang tentang statusmu sebagai kekasih Arisan, eh maksudku Tristan itu. Tidak penting sekali, kamu pikir kalian itu artis? Tapi tunggu, aku seperti pernah mendengar namamu. Seperti tak asing. Siapa kamu?"
Luri mencoba lebih bersabar menghadapi sikap Angela.
"Aku sekretaris Pak Leo."
Angela terkejut mendengar jawaban Luri. Ia mulai ingat, kemarin Leo sempat menerima telepon dari sekretarisnya yang izin cuti.
"Jadi kamu yang bernama Luri? Sekretaris genit!"
"Jangan salah paham dulu, aku tak seperti yang kamu pikirkan, Angela."
"Memang kamu kira aku memikirkan apa? Dasar aneh!" bentak Angela.
Kamu yang aneh, sudah jelas kamu yang berkata aku sekretaris genit, Angela. ucap Luri dalam hati.
"Aku sudah punya kekasih, namanya Tristan. Jadi aku tak mungkin genit pada Pak Leo. Lagi pula Tristan dan Pak Leo itu bersahabat baik. Apa kamu lupa, kemarin ada laki-laki yang datang ke rumah Leo dan menemuimu, dia adalah Tristan."
"Oh jadi si Tristan itu lelaki kepo kemarin? Sungguh kalian memang pasangan serasi. Sama-sama aneh dan berpotensi menghasilkan anak yang tak kalah aneh."
Andai saja bukan kekasih dari bosnya, Angela sudah Luri marahi sejak tadi. Ia tak menyangka bagaimana bisa bosnya menjalani hari dengan Angela.
Sepertinya keputusan Luri untuk menyapa dan berkenalan dengan Angela adalah keputusan yang salah. Lihat saja, Luri hanya makan hati dan memendam kekesalan pada gadis itu.
"Dan kamu harus ingat, tak perlu kamu ulang-ulang lagi status hubunganmu dengan manusia kepo alias Tristan itu. Jangan cari ketenaran di hadapanku. Jangan pernah genit pada Leo. Kamu akan menyesal jika itu terjadi," ucap Angela lagi, kali ini lebih terdengar sebagai ancaman.
Luri mengangguk. "Tenang saja, bulan depan aku resign. Tak perlu takut aku akan genit, yang harus kamu pikirkan adalah apakah sektetaris yang baru itu genit atau tidak."
"Kamu resign?"
"Ya, aku akan menikah," jawab Luri.
"Aku tak bertanya kamu menikah atau tidak. Kenapa kamu senang memberi informasi padahal aku tidak bertanya?"
"Aku kira, kamu akan menanyakan kenapa aku resign."
"Jangan ge-er, kamu pikir kamu siapa? Artis?"
Oh Tuhan, rasanya Luri ingin membentur kepalanya pada cermin saat ini juga, atau menggigit tiang besi yang ada. Kepalanya lama-lama pecah jika berhadapan dengan Angela lebih lama lagi. Luri hanya bisa bungkam. Hal itu membuat mereka saling terdiam sejenak. Pikiran Angela memikirkan ide cerdas. Angela ingin kalau saat Luri resign, dirinyalah yang akan menggantikan posisi Luri menjadi sekretaris. Itu adalah kabar bagus. Dengan begitu ia akan selalu dekat dengan Leo baik di rumah atau di kantor.
Kini Angela tampak tersenyum. Melihat Angela yang tersenyum membuat Luri makin yakin kalau gadis yang ada di hadapannya dan super ekstra menyebalkan itu benar-benar gila.
"Aku tahu aku cantik tapi tolong tak perlu menatapku seperti itu," ucap Angela saat Luri masih memperhatikannya.
"Aku permisi. Sekali lagi salam kenal dariku." Luri ingin cepat-cepat pergi dan terbebas dari Angela. Ia bisa ikut gila jika masih di situ.
"Oke, tapi tunggu," ucap Angela yang menahan Luri. Sontak Luri menoleh, menatap Angela dengan tatapan heran.
"Ada apa?"
"Biarkan orang cantik yang keluar terlebih dahulu," ucap Angela sambil melengos pergi meninggalkan Luri yang berdiri terpaku menatap kepergian Angela.
Dalam hati Luri bertanya, mimpi apa semalam sehingga bisa bertemu Angela? Awalnya ia pikir dengan berkenalan mereka bisa menjadi teman yang baik, namun setelah kejadian ini ia berpikir lagi mana mungkin berteman dengan makhluk aneh seperti Angela. Bisa-bisa naik darah, yang lebih parah bisa ikut gila.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top