Racun Misterius
Haruka hampir setiap hari memberi teh yang sama untuk Daiki. Dan teh beracun juga tetap datang ke Daiki beberapa kali.
◆◇◆◇◆◇◆◇
Beberapa minggu kemudian di tempat yang gelap...
"Ini sudah hampir 2 minggu lebih." Kata seseorang yang memakai kerudung (bilang aja orang 1).
"Iya tetapi belum ada tanda-tandanya." Kata orang 2.
"Sepertinya ada yang tidak beres." Kata orang 3.
"Maksudmu?" Tanya orang 2.
"Ada yang menganggu." Kata orang 3.
"Apakah hime dari Kaze itu?" Tanya orang 1.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya orang 2.
"Saat kita tak sengaja bertemu dia menuju dapur bukan?" Tanya orang 1 memastikan.
"Bisa jadi dialah orangnya." Kata orang 3.
"Baiklah, ayo kita tanya langsung pada dia." Kata orang 2 kelihatan marah.
◆◇◆◇◆◇◆◇
Sore harinya Haruka pergi ke dapur untuk menaruh gelas Daiki karena Haruka tak sengaja melewati ruangan Daiki.
"Jadi sekalian aja." Pikir Haruka.
Saat Haruka tiba di dapur ia melihat 2 hime yang sedang melipat tangannya di depan dada dan satunya lagi sedang berdecak pingang. 2 hime itu sama-sama melihat Haruka tajam. Haruka sempat ketakutan melihat tatapan 2 hime itu, tetapi Haruka mencoba tak peduli.
"Hei Kaze hime!" Pangil salah satu hime.
"Namaku Haruka, panggil saja begitu." Kata Haruka ramah.
"Baiklah Haruka, aku Miki dan dia adalah Yuri." Kata hime tadi dengan ramah.
"(Oh... dia yang namanya Miki toh...) kenapa Miki memanggil saya? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Haruka sopan.
"Apakah kau tau apa yang sudah kau lakukan?" Tanya Miki balik.
"(Yang barusan?) Menaruh cangkir ini." Kata Haruka.
"Bukan... bukan yang itu." Kata Miki sambil tersenyum. Tetapi tak terlihat seperti senyum ramah.
"Lalu?" Tanya Haruka merinding.
Miki tetap di pisisi sedangkan Yuri berjalan ke belakang Haruka. Haruka melihat tetapi ia diam saja dan kembali melihat ke arah Miki.
"Kau telah menghancurkan rencanaku!" Bentak Miki tiba-tiba sambil berjalan maju ke arah Haruka.
"Rencana? (Membunuh Daiki?)" Tanya Haruka.
"Iya! Kau yang menyiapkan teh untuk Daiki salain aku bukan?!" Tanya Miki dengan suara yang masih membentak.
"Iya..."
Tiba-tiba Yuri yang berdiri di belakang Haruka memegang kedua tangan Haruka yang membuat Haruka tak bisa bergerak.
"Apa yang kau masukan ke dalam tehmu itu?" Tanya Miki mulai tenang.
"Apa? Ya tanaman obat." Kata Haruka sedikit takut.
"Apa yang mau kau lakukan kepada Haruka?!" Tanya Hana dari luar dapur.
Saat Haruka melihat ternyata juga ada Chie dan bu Aika di sana. Baru saja Hana mau berjalan, tiba-tiba ada tembok es yang agak trasparan di depan Hana.
"Apa yang..?"
"Itu agar kalian tak menganggu." Kata Miki kesal melihat Hana, Chie dan bu Aika.
"Ini perbatanmu?!" Tanya Chie kesal.
"Iya." Kata Miki santai.
"Nah sekarang kita lanjutkan..." kata Miki menghadap ke Haruka lagi.
Miki mengeluarkan sebuah botol yang entah keluar dari mana.
"Apa itu?" Tanya Haruka.
"Ini adalah racun." Kata Miki tersenyum sinis.
"Heh... kalau kau dapat membuat es, kenapa kau tidak langsung menusukku?" Tanya Haruka dengan nada mengejek.
Hana, Chloe dan bu Aika terkejut dengan perkataan Haruka.
"Tidak akan seru lah~."
"Hah?"
"Jika aku membunuhmu sekarang tidak akan ada pertunjukan untukku nanti." Kata Miki dengan nada di buat-buat sambil membuka tutup botol itu.
"Apa maksudmu?" Tanya Haruka heran dan waspada.
"Kau lihat saja nanti!" Kata Miki sambil menekan kedua pipi Haruka dengan satu tangan, yang membuat mulut Haruka sedikit terbuka.
Miki langsung menuang isi botol itu ke dalam mulut Haruka dan memaksa Haruka meminum racun itu. Haruka tak dapat bergerak dan melakukan apapun. Miki terus memaksa Haruka untuk meminum racun itu sampai habis.
Setelah habis Yuri melepaskan pegangannya yang memegang Haruka. Haruka merasa lemas dan jatuh terduduk begitu saja.
"HARUKA!" Panggil Hana dan Chie panik.
Miki berjalan keluar diikuti Yuri. Miki menghilangkan tembok es itu. Hana dan Chie langsung berlari ke arah Haruka yang sudah loyo itu.
"Haruka! Apa kau tidak apa-apa?" Tanya Hana.
Wajah Haruka sudah pucat pasi. Tak butuh beberapa lama Haruka sudah sangat lemas bahkan tak mampu duduk.
"Haruka!"
"Bu Aika, tolong panggilkan beberapa prajurit dan suruh mereka mengangkat Haruka ke kamarnya!" Perintah Chie panik.
Bu Aika mengangguk kecil lalu langsung lari meninggalkan mereka bertiga.
"Haruka... Haruka... bertahanlah..." kata Hana yang menyemangati Haruka yang nafasnya sudah tak teratur itu.
Beberapa detik kemudian bu Aika datang bersama 2 pengawal. Pengawal itu langsung siap mengangkat Haruka.
"Ah, bu Aika tolong panggilkan dokter ke kamar Haruka." Kata Chie yang masih panik.
"Kalau bisa jangan biarkan Daiki ouji tau." Tambah Hana.
Bu Aika sekali lagi mengguk mengerti dan langsung menjalankan peritah dengan secepat mungkin.
Hana dan Chie menunjukan kamar milik Haruka. 2 prajurit itu meletakkan Haruka di atas kasur dengan pelan-pelan. Hana langsung mendekati Haruka.
"Terimakasih, sekarang kalian boleh pergi. Jangan lupa, jangan memberi tau ouji tentang ini." Kata Chie kepada 2 prajurit itu sambil tersenyum, tetapi masih tergambar jelas bahwa Chie sekarang sedang panik.
2 prajurit itu mengangguk mengerti lalu meninggalkan kamar Haruka. Chie mendekati Hana yang sedang mengelus kepala Haruka. Tiba-tiba pintu kamar Haruka terbuka. Ternyata itu dokter istana dengan bu Aika. Sebelumnya Chie dan Hana menceritakan apa yang terjadi.
Setelah dokter memeriksa...
"Jadi bagaima dok?" Tanya Hana panik.
"Maaf, saya tidak tau racun apa yang di minum dan dampak apa yang akan terjadi. Ini baru pertama kali saya melihat ini." Kata Dokter itu terlihat putus asa.
"Lalu Haruka?" Tanya Chie.
Hana melihat Haruka yang terlihat sangat kesakitan. Hana menangis karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk Haruka.
"Sekarang saya akan memberikan obat agar dia lebih tenang." Kata dokter itu.
"Baiklah dok, terimakasih." Kata Chie yang sambil merangkul Hana yang menangis.
"Sama-sama. Ini obatnya, saya permisi." Kata dokter itu sambil menyerahkan obat ke Hana lalu berjalan menuju pintu keluar.
Hana mencoba membuat Haruka menelan obat itu dengan pelan-pelan. Mungkin karena Haruka masih sadar jadinya obat itu tertelan dengan sempurna (#yeeey#plak).
Hana dan Chie lega setelah beberapa menit melihat wajah Haruka tidak lagi kesakitan. Mungkin si Haruka sudah terlelap.
"Mungkin sebaiknya kalian juga tidur. Ini sudah sangat larut." Kata bu Aika.
"Baikla, kami akan tidur di sini." Jawab Chie yang di sambut anggukan Hana mantap.
"Baiklah, kalau begitu selamat malam." Kata bu Aika menuju pintu keluar.
"Selamat malam." Kata Chie dan Hana.
◆◇◆◇◆◇◆◇
Esok panginya...
Hana yang tertidur di pinggir kasur terbangun karena sedikit sinar matahari. Sedangkan Chie tertidur di sofa dengan beberapa buku di sekitarnya. Saat Hana sudah membuka matanya ia sadar ada yang menghilang.
"Chie! Chie! Chie bangun!" Panggil Hana sambil mengoyang-goyangkan tubuh Chie.
"Pagi... ada apa?" Tanya Chie setengah sadar.
"Haruka... Haruka..."
"Haruka kenapa?" Tanya Chie langsung sagar dan panik.
"Haruka..!" suara Hana agak meninggi.
"Kenapa?" Tanya Chie tak sabar.
"HILANG!"
"APA?!"
Jeng jeng... aku menyelesaikan cerita saat subuh-subuh...
Kira-kira apa yang terjadi dengan Haruka?
Dan apa yang akan terjadi dengan Haruka nantinya?
Apa dia akan tetap bertemu Daiki?
Ohy, mungkin nantinya akan ada perubahan yang (mungkin) berbanding (sangat) terbalik dengan awalnya.
Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak kalian ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top