Lanjutan
Chie berjalan cepat ke kamarnya yang di ikuti Hana dan Daiki. Chie langsung mencari sesuatu di lemari buku dengan panik.
"Kau mencari apa Chie?" Tanya Hana bingung.
Chie tak menjawab, dia tetap mencari sesuatu dengan wajah serius.
"Ah! Ini dia!" Seru Chie senang.
"Apa itu? Buku tua?" Tanya Daiki.
"Buku ini buku sihir rahasia turun temurun dari keluargaku. Di sini ada sihir yang tak pernah terpikirkan sebelumnya." Kata Chie sambil membolak-balik lembaran buku itu.
"Ketemu!" Seru Chie sambil mengambil sebuah kertas.
Hana dan Daiki hanya diam melihat Chie yang meletakkan kertas itu di atas lantai dan duduk di dekat kertas itu. Chie terdiam sejenak.
"Gomen nasai Daiki ouji, bolehkah aku meminta darahmu setetes saja?" Tanya Chie hormat.
"Oh, tentu saja. Tetapi kenapa?" Tanya Daiki bingung.
"Kau akan menjalani hidup baru dengannya..." kata Chie pelan.
"Huh?"
"Tidak, bukan apa-apa. Hana, kau bisa membuat jarum dari sihirmu?" Tanya Chie.
"Oh, tentu." Kata Hana yang langsung melakukannya.
"Ini." Kata Hana sambil menyodorkan duri kecil itu.
Chie melihat ke Daiki. Daiki mengerti, ia mengambil duri itu lalu menusukkannya ke jarinya. Setelah itu mulai terlihat darah mulai keluar dari jari Daiki.
Chie mengambil setetes darah Daiki menggunakan sihir airnya.
"Ah, sebelum itu ada yang ingin aku beritahu." Kata Chie sambil tersenyum yang sulit di artikan.
Hana dan Daiki melihat Chie bingung.
"Aku bukanlah Chie, tetapi aku adalah Chio." Katanya.
"Apa maksudmu?" tanya Daiki.
"Ka-kau menyamar?" Tanya Hana tak percaya.
"Ada ramalan yang tak enak mengenai Haruka. Jadi aku di perintahkan untuk datang. Dan ia tak tau mengenai Chie." Kata Chio.
"Mak-maksudmu Chie itu hanyalah hayalan Haruka?" Tanya Hana tak mengerti.
"Tidak, dia memang pernah bertemu dengan Chie. Tetapi ia belum tau kalau Chie telah meninggal." Kata Chio sambil menunduk.
"Lalu kau..." tanya Daiki.
"Aku adalah saudara kembarnya." Kata Chio sambil melepas wignya.
"Kau cowok?!" Tanya Hana histeris.
"Pelankan suaramu." Kata Chio tak suka.
"Go... gomen..." kata Hana sambil menutup mulutnya.
"Haah.. baiklah, kita siap. Oh iya, satu lagi. Daiki ouji, jangan sampai kau melakukan kesalahan yang sama ke Haruka."
"Eh?"
"Dan... aku serahkan Haruka kepadamu." Kata Chio sambil mengakhiri sihirnya.
Tiba-tiba tubuh Daiki terasa berat dan terjatuh begitu saja.
"Daiki ouji! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Hana histeris.
"Membuat jiwanya menjadi pengantar jiwa Haruka lahir kembali." Kata Chio sambil menyentuh tubuh Daiki lalu tubuh Daiki menghilang.
"E-!"
"Diamlah, dengan begini tak ada yang mengenal Daiki maupun Haruka. Selain kita." Kata Chio pelan.
"Kenapa kau melakukan itu?" Tanya Hana.
"Agar tak terjadi sesuatu yang buruk." Kata Chio.
Hana terdiam.
"Mau ikut denganku ke suatu tempat?" Tanya Chio.
"Eh? Doko?"
.
.
.
.
"CERITA YANG HEBAT!!!"
"Be-begitukah?" tanya seorang gadis yang terkaget karena seruan ketua kelasnya yang tiba-tiba.
"Aku terharu...." kata cewek yang lain.
"Aku juga..." kata cewek di sebelahnya.
"Kau punya cerita yang sangat bagus sekali Rie!" Seru ketua kelasnya.
"Ah, terimakasih..." kata gadis tadi yang di panggil Rie ragu.
"Baiklah! Akan kita pakai untuk drama nanti!" Kata ketua kelasnya semangat.
"En... oke..." kata Rie ragu.
"Baiklah, nanti pulang ingatkan kepada yang lain untuk berkumpul. Kita akan membagi peran! Dan kau Rie, kau yang menjadi sutradaranya!" Kata ketua kelas dengan semangat.
Semuanya mengangguk setuju.
"Rie-chan! Itu cerita yang hebat!" Kata cewek yang langsung memeluk Rie dari belakang.
"Ah Ai-chan. Terimakasih... tetapi sebenarnya aku merasa pernah mengalami itu." Kata Rie.
"Apa maksudmu?"
"Ah abaikan saja. Ayo semangat untuk festifal budaya." Kata Rie.
"En? Aku kira Rei tak terarik dengan festifal budaya kali ini." Kata Ai jail.
"Eh... etto..."
"Hahaha bercanda. Yoroshiku ne Rie." Kata Ai sambil tertawa.
.
.
.
Hari saat festifal budaya.
"Baiklah, semua siap ya." Kata ketua kelas saat di belakang panggung.
"Ya." Seru semua anak di sana dengan serempak.
"Rin, kau yang menjadi Haruka harus siap ya. Kami mengandalkanmu." Kata Rie sambil mendekati salah satu gadis yang memakai gaun.
"En! Tentu saja." Kata gadis itu dengan ceria.
"Baiklah Rin, bersiaplah giliranmu hampir di mulai." Kata seorang cowok memberi aba-aba.
"Hai!"
"Ganbatte!" Bisik Rei.
Rin mengangguk sebagai jawaban.
Terdengar suara yang menandakan drama akan di mulai. Rei melihat dari samping panggung dan menyemangati teman-temannya yang menunggu giliran.
Tanpa ada yang tau, ada seorang anak yang melihat drama itu dengan tatapan kaget.
Setelah beberapa menit akhirnya drama selesai. Semua teman kelas Rei maju ke panggung untuk mengucapkan terimakasih sambil menunduk. Lalu mereka pergi dari panggung satu-satu sambil diiringi tepuk tangan yang meriah.
Someone POV
"Eh? Oniisan, kau ingin ke mana?"
"Aku pergi sebentar." Kataku singkat sambil berlari kecil ke arah pintu keluar.
"Huh?"
Arthor POV
"Terimakasih atas kerja kerasnya. Rin, ekspresimu bagus sekali." Kata Rie ceria.
"Benarkah? Arigatou Rie." Kata Rin ceria.
"Iya Rin, ekspresimu sangat meyakinkan." Kata yang lain.
"Arigatou minna." Kata Rin sambil menunduk.
Bruk!
"Hah... hah... hah..."
"Gomen, dare desuka?" Tanya ketua kelas yang dekat dengan pintu keluar.
Laki-laki yang tadi tiba-tiba membuka pintu dengan keras itu mulai bisa menenangkan nafasnya sedikit. Laki-laki itu mengangkat wajahnya.yang masih berkeringat.
"Kawaii!"
"Hansamu!"
"Gomen, apa ada Haruka di sini?" Tanya laki-laki itu.
"Ah aku yang memerankan Haruka tapi..." kata Rin sambil jalan sedikit mendekat.
"Bukan kau... Haruka hime..."
"Sudah ak...-"
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Rie datar.
Laki-laki itu terduduk bersandar di pintu dan terlihat lelah. Rie mendekati laki-laki itu sambil memberikan sapu tangannya.
"Arigatou." Kata laki-laki itu sambil mengambil sapu tangan Rie.
"Jadi... apa yang kau lakukan di sini Daiki ouji?" Tanya Rei yang membuat semua tatapan mengarah ke dia.
"Kau... kenapa kau...-"
"Gampang saja, hanya ada satu ouji yang aku kenal. Eh sebentar... oh ada Chio ouji saudara kembar Chie." Kata Rie sambil mengingat.
"Berarti... kau... Maaf! Aku sangat minta maaf!" Kata laki-laki itu sambil menunduk merasa bersalah.
"Eh? Kenapa?" Tanya Rei.
"Aku sudah memukulmu. Aku minta maaf..." kata laki-laki itu dalam posisi yang masih sama.
"En? Memukulku? En... tunggu sebentar..."
"Tupai." Kata laki-laki itu singkat.
"Oh iya aku ingat! Saat itu! Tetapi itu bukan salahmu kok. Aku hanya saat itu di beri racun." Kata Rie mengingat-ingat.
"Aku saat itu tak tau apa yang kau lakukan..."
"Karena itu aku memaafkanmu." Kata Rie sambil tersenyum.
"Eh?... hahaha... itu kau banget." Kata laki-laki sambil tertawa kecil.
Rie sempat bingung lalu tersenyum.
"Ngomong-ngomong kau tau mengapa kita di sini?" Tanya Rei.
"Ah... sebenarnya aku tidak terlalu tau. Tetapi saat kau tak sadar karena racun itu Chio membuka buku sihir turun menurun dari keluarganya dan katanya dapat menyelamatkanmu." Jelas laki-laki itu.
"Ah.... jadi kau sudah bertemu dengan Chio... kenapa kau bisa bertemu dengannya?" Tanya Rie bingung.
"Sebenarnya... dia... menyamar sebagai Chie." Kata laki-laki itu pelan.
"Begitukah... kenapa dia betah pakai gaun setiap hari? Apa dia tidak malu?" Tanya Rie sinis.
"Entahlah, dia ikut saimbara karena Katanya ada ramalan tak bagus mengenai dirimu." Kata laki-laki itu.
"Begitukah? dia cepat tanggap rasanya memang Chio banget..."
"Achhi!"
Laki-laki itu dan Rie melihat ke luar pintu tetapi tak ada siapapun.
"Rie-chan... apa maksudnya ini?" Tanya Ai bingung.
Rie dan laki-laki itu saling bertatapan lalu tertawa bersama.
"Ini adalah lanjutan drama yang kita tunjukkan." Kata Rie sambil tersanyum.
Semua teman-temannya bingung.
.
.
Disis lain...
"Huft... hampir saja ketahuan."
"Kau sih tiba-tiba bersin."
"Hei hidungku gatal, mau bagaimana lagi?"
"Ah sudahlah. Yang terpenting aku senang Haruka baik-baik saja di sini." (Tersenyum).
"Ya, kau betul. Jadi, ingin kembali?"
"Baiklah."
.
.
.
THE END <3
HAI HAI... maaf lama... karena saat itu terpotong jadi langsung di sambung aja ya ceritanya :)
Ini cerita ke-3 yang tamat. Akhirnya tamat juga... aku pikir bakal lama tamatnya karena otaknya agak buntu, ternyata hanya perlu menunggu waktu...
Nah sekian dari cerita My Queen ya... terimakasih telah membaca dan mengikuti cerita ini dari awal sampai akhirnya. Terimakasih juga untuk para readers yang setia vote dan pernah comment. Kalau boleh baca cerita-ceritaku yang lain ya...
Bye bye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top