Part 9

Happy Reading ^_^


Hari ini tidak seperti biasanya aku malas sekali pergi ke tempat Prakerin. Bukannya mengapa, hanya saja aku terlalu malu jika bertemu dengan kak Adrian. Tapi sudahlah aku kan orangnya professional. Di depan ruangan Accounting aku agak ragu ketika akan membukakan pintu. Ku tarik napas dalam-dalam dan dengan perasaan yang tak karuan aku mendorong pintu pelan-pelan.

Hampir saja pintu tertutup kembali dan mengenai wajahku jika aku tidak menahannya. Bagaimana tidak aku kaget melihat kak Adrian di kursi tamu dengan seorang wanita. Ingat seorang wanita pemirsa. Aku memandang wanita itu dengan penuh selidik sedangkan ia acuh aja memandang ke arah kak Adrian dan kak Adrian menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Aku pun hanya tersenyum ke arahnya, dan ia kembali fokus ke wanita di depannya.

"Selamat pagi bu. Selamat pagi pak." sapaku pada karyawan dan mereka pun ada yang membalasnya, ada yang hanya mengangguk dan sebagian yang sedang menerima telpon hanya mengacungkan jempolnya. Apa-apaan coba?

---

Setiba di ruangan, aku pun segera menyusun dokumen yang menjadi tugasku.

"Naraya." ucap seseorang menghentikan kegiatanku.

Aku pun menoleh, dan ternyata kak Adrian tengah berdiri disana dengan perempuan tadi di sampingnya.

"Iya pak." jawabku.

"Ini Aily. Dia rekan kamu sekarang." ucap pak Adrian.

Aku pun hanya mengangguk dan memandang ke arah Aily. Eh kak Aily deh kan wajahnya juga kelihatan lebih tua dari aku.

"Aily ini Shaquella, dia siswa Prakerin. Walaupun dia siswa tapi dia lebih mengerti akan situasi disini. Jadi kalau ada yang perlu ditanyakan tanyakan saja padanya." ujarnya.

Kok sekarang rasanya aku jadi senior ya :D

"Baik pak. Terima kasih." jawabnya dengan senyum yang membuatku ingin muntah saja.

Sepeninggalnya kak Adrian aku pun melanjutkan pekerjaan ku yang sempat tertunda tadi.

"Ini gimana ya?" tanya kak Aily.

"Yang sama disatuin kak, terus nanti jepit. Nah kalau udah di jepit di susun dulu. Susunannya kaya gini." tuturku sambil menyerahkan satu dokumen yang udah aku selesaikan.

Ia pun hanya mengangguk dan melakukannya.

"Ngomong-ngomong, kakak dari mana ya?" tanyaku di sela-sela pekerjaan kami.

"Dari Balla's University." jawabnya singkat.

Aku cukup kaget mendengarnya.

"Kaget ya? Itu emang kampus elite." ujarnya sambil terkekeh.

Rasanya aku ingin berteriak saja di depan wajahnya itu kampus milik Daddy gue!!!

"Kok Prakteknya gak di Balla Company sih?" tanyaku.

"Kebagian disini. Tapi nanti kayanya aku gak bakalan sama kamu deh, sekarang cuma sementara karena aku ditempatinnya di ruangan wakil manajer, dan beliau katanya lagi cuti sekarang." ujarnya.

Aku pun hanya mengangguk tanda mengerti.

"Pak Adrian panggil kamu Naraya ya?" tanyanya.

"Iya kak." jawabku bangga.

"Ohhh.." gumamnya.

"Eh kak, dulu Mom aku juga kerja lho di Balla Company sebagai staff Accounting tapi sekarang udah enggak.." ucapku memecahkan keheningan kembali.

"Kenapa?" tanyanya.

"Mau fokus sama keluarga aja mungkin, gatau kalau dilarang sama Daddy." ujarku.

Dia yang mau bicara lagi terpotong karena suatu panggilan.

"Ella." teriak seseorang yang kuyakini suara bu Miranda.

Aku pun segera keluar dan menghampiri mejanya.

"Iya bu." ucapku setelah dekat dengan bu Miranda.

"Antar ini ke sekretaris direktur ya." ucap bu Miranda.

Aku pun menganggukkan kepala dan mengambil berkas yang diberikan bu Miranda. Begini nih susahnya kalau mereka tahu aku dekat dengan direkturnya. Kalau dulu gak pernah tuh aku disuruh mengantar ke ruangan yang letaknya berada paling atas itu.

Aku pun melangkahkan kaki dan menuju lift.

Ting..

Pintu lift terbuka dan di dalam sana telah ada kak Adrian.

"Masuk saja, saya mau ke general manajer." titahnya.

Aku pun segera masuk.

Setelah berada di dalam lift, aku segera bicara pada kak Adrian.

"Emm, pak soal yang kemarin bapak gak ngasih tahu siapa-siapa kan?" tanyaku.

"Soal yang mananya?" tanyanya, pura-pura gak ngerti nih orang.

"Yang nama kontak." ketusku sambil memalingkan wajah.

Ting..

Pintu lift kembali terbuka.

"Gak usah dipikirkan. Tenang aja." ujarnya sambil mengelus kepalaku dan keluar dari lift.

Ketika pintu lift tertutup kembali aku masih mematung dan meraba kepalaku yang tadi kak Adrian sentuh.

Rasanya sekarang aku ingin melompat-lompat saja, tapi mana mungkin ini di dalam lift dan aku takut kalau ada orang yang masuk gimana coba?

Ting..

Pintu lift kembali terbuka, aku pun keluar dan segera menuju ke sekretaris.

"Permisi bu." ujarku sopan.

"Iya." jawabnya sambil tersenyum.

"Ini dari bu Miranda." ucapku sambil menyerahkan berkas yang ku pegang.

"Oh iya. Makasih ya, gak mau masuk dulu?" tawarnya.

Sekretaris om Daniel itu memang sudah mengenal ku pula sebagai kerabatnya om Daniel.

"Tidak bu, terima kasih. Saya permisi." ujarku sopan.

Sekretaris itu pun hanya mengangguk dan tersenyum ke arahku.

Selama perjalanan aku terus saja tersenyum membayangkan bagaimana kelakuan kak Adrian tadi padaku.

Tapi senyumku memudar tatkala aku sampai aku melihat kak Aily sedang bersama kak Adrian. Iya dia sedang mengerjakan tugas yang biasa aku lakukan bersama kak Adrian. Aku pun segera mempercepat langkah ku menuju ruangan.

Setiba di ruangan aku segera minum air untuk mendinginkan kepala ku yang mulai memanas. Apa rasa ku pada kak Adrian ini bukan lagi rasa kagum ya, atau rasa ku ini udah berubah jadi cinta? Entahlah untuk menyimpulkan secepat ini rasanya sulit. Yang jelas aku gak suka ketika dia dekat dengan perempuan lain selain aku. Titik.

Tiba-tiba ponselku berbunyi.

Om Daniel Calling..

Aku pun segera mengangkatnya.

"Hallo." ucapku.

"Hallo princess. Kok gak masuk dulu tadi?" tanya om Daniel dari seberang telpon.

"Gak mau." ucapku singkat.

"Lagi bete ya? Kenapa?" tanya om Daniel sambil terkekeh.

"Nggak." jawabku.

"Kok rasanya aneh ya kalau princess ngomongnya singkat." ujar om Daniel.

"Ihh om, mau aku putusin nih telpon sekarang?" gerutuku.

"Jangan dong, emangnya kamu mau apa?" tanya om Daniel.

Aku mau kak Adrian.. jeritku dalam hati.

Tapi tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala ku.

"Aku mau pak Hadrian wakil manager Accounting besok kerja lagi." titahku.

"Kenapa, kangen ya?" ledek om Daniel.

"Bukan gitu om, hanya saja aku kesal sama mahasiswa magang itu. Kalau pak Hadrian udah ada, dia kan bisa enyah dari sini." curhatku.

"Sayangnya, permintaan mu gak bisa om proses Princess." ucap om Daniel.

"Why? Om kan CEO nya, lalu kenapa gak bisa?" tanyaku.

"Karena permintaan cuti pak Hadrian itu udah dari jauh-jauh hari. Dan sekarang beliau juga lagi liburan. Masa iya om langsung nyuruh beliau balik." ujar om Daniel.

"Om payah. Udah dulu ya om." jawabku lesu.

"Jangan marah dong." ujar om Daniel.

"Nggak marah kok. Hanya saja sekarang udah ada orang di sini." tutupku ketika melihat kak Aily berjalan menuju ruangan.

"Oke deh. Bye princess." tutup om Daniel.

Aku pun segera mematikan telpon karena kak Aily sudah masuk ke ruangan.

"Pak Adrian itu menyenangkan ya." ujar kak Aily ketika sudah duduk.

"Ucapannya itu enak di dengar, gak kaku, terus sabar lagi." lanjutnya.

Ia dia sabar, gue nih yang gak sabar.

"Heem." jawabku.

"Kalau aku sama pak Adrian cocok gak La?" tanya kak Aily.

Rasanya aku ingin berteriak di depan wajahnya, GAK COCOK.

"Gak tahu deh kak. Aku gak ngerti kalau nyocokin orang." jawabku sambil tersenyum PAKSA.

"Tapi menurut kamu pak Adrian udah punya pacar gak?" tanyanya lagi.

"Gak tahu. Orang ganteng kaya pak Adrian mana mungkin gak punya pacar." jawabku enteng.

Ku lihat dia sedikit murung, berarti aku berhasil mematahkan semangatnya. Kan aku tahu kalau pak Adrian itu masih jomblo.

"Tapi gak papa deh. Sebelum janur kuning melengkung, menikung masih diperbolehkan." ujarnya dengan semangat.

Tuhan!!!! Bolehkah aku menenggelamkan dia ke dasar bumi sekarang?





Vote sama komentarnya dong...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top