Part 8
Happy Reading ^_^
"Ayya bangun sayang.." suara Mom mengusik tidurku.
"Ini udah jam 8 sayang." lanjut Mom.
What? Jam 8?
Aku langsung terbangun dari tidurku.
"Kok baru bangunin sih Mom?" gerutuku sambil duduk di pinggiran ranjang.
"Kan ini waktunya libur sayang, kamu juga lagi gak shalat kan? Jadi ya Mom biarin aja. Eh tahunya ada yang jemput kamu tuh, Mom pikir kamu gak ada janji." tutur Mom.
Tunggu, ada yang jemput? Itu artinya pak Adrian udah ada?
"Aku mandi dulu Mom." ujarku sambil ngacir ke kamar mandi.
***
Ku lihat penampilan ku di cermin, ok ini sudah cukup simple.
Aku pun bergegas untuk turun ke bawah.
Ku lihat pak Adrian tengah duduk di meja makan sambil bercengkrama dengan Mom karena Dad kan sedang ke Singapore.
"Sayang sini." ajak Mom ketika sudah melihatku.
Aku pun duduk di kursi depan pak Adrian. Tidak, kami tidak duduk bersebelahan kok.
"Kalian berdua makan ya." ujar Mom sambil berdiri hendak pergi.
"Makasih Tante." jawab pak Adrian.
Aku pun segera menyantap makanan ku. Ku lihat pak Adrian hanya makan sedikit sekali.
"Gak selera makan ya pak?" tanyaku memberanikan diri.
"Nggak kok. Cuma tadi saya udah sarapan." jawabnya.
"Kenapa makan lagi kalau udah sarapan?" tanyaku asal.
"Nggak enak sama Mommy kamu kalau nolak." jawabnya.
Aku pun hanya berOh ria.
***
Sekarang kami tengah berada di mobil dan menuju entah kemana aku tak tahu. Setelah berpamitan dengan Mom pak Adrian hanya diam seribu bahasa. Ini orang niat gak sih ngajak jalan sebenernya, ini juga jalan dalam rangka apa coba? Pliss deh jangan sampai pak Adrian itu ngePHP in aku.
Eh, emang siapa juga ya yang ngePHPin? Akunya aja kali ya yang baper.
"Pak kita mau kemana?" tanyaku.
"Bisa gak sih gak usah panggil saya bapak kalau diluar kantor?" ujarnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.
"Why?" tanyaku memandang ke arahnya, sedangkan yang dipandang acuh aja tuh.
"Terasa kaya bapak-bapak aja." jawabnya.
"Oke deh, trus aku harus panggil apa?" tanyaku polos.
"Apa aja yang penting gak panggil bapak." jawabnya.
"Kalau aku panggil Adrian?" tanyaku sambil menaikkan kedua alisku, kan aku gak bisa kalau sebelah.
Lalu pak Adrian menoleh, dan sedetik kemudian ia fokus kembali ke jalan di depannya.
"Usia kamu tuh baru 17, saya udah 22. Sopan sedikit apa." ujarnya ketus.
Kok ngambek sih? Kan tadi dia sendiri yang bilang apa aja? Terus hayati salah apa bang??
"Ralat pak, sebentar lagi saya 18 tahun." jawabku.
"Oh." dia berkata sangat singkat.
"Oke deh saya panggil kakak aja gimana?" tawarku.
"Deal." jawabnya.
Kok kaya perjanjian bisnis aja ya?
"Kak, kakak belum jawab kita mau kemana?" tanyaku kembali.
"Ke bazar buku." jawabnya.
So, What? Aku pikir kita mau jalan-jalan romantis, tapi nyatanya malah diajak ke bazar buku?
"Semalam saat di pesta sebelum kamu menghampiri kami, Daddy kamu nyeritain kalau kamu itu malas banget belajar. Jadi ya saya mau ajak kamu beli buku biar bisa belajar. Lagi pula disana itu banyak banget bukan cuma buku pelajaran tapi pengetahuan umum juga banyak. Kalau kamu mau kuliah harus banyak-banyak belajar dari sekarang." tuturnya.
Wow, aku hanya melongo ini perkataan terpanjangnya pemirsahh..
"Terus kenapa harus ke bazar?" tanyaku.
"Kalau ke toko buku itu rasanya membosankan, kalau ke bazar kan sekalian main juga." jawabnya.
"Terus hubungannya buku sama kakak apa?" tanyaku ngeyel.
"Kalau saya yang beliin buku kamu pasti mau baca." jawabnya.
"Huh?"
"Kan kamu ngefans sama saya, jadi setiap kamu buka buku itu pasti keinget saya." lanjutnya.
Aku hanya melongo mendengarnya, ini benar Adrian kan?
"PD banget." jawabku pada akhirnya.
"Oh iya, kamu itu benar-benar pemalas ya, tadi aja bangun kesiangan, mana saya harus nunggu lama lagi." jawabnya.
"Bukan berarti aku pemalas." jawabku singkat.
Aku udah mulai berani pakai aku kamu sekarang.
"Kalau bukan pemalas apa coba? Kamu gak shalat subuh ya?" tanyanya sambil menyipitkan matanya.
"Suudzhon aja. Gak lagi shalat juga." belaku.
"Kamu tahu gak, baru kali ini saya mau nungguin lama hanya karena perempuan. Ya kecuali ibu aku" ujarnya.
Hatiku menghangat mendengarnya.
"Untung aja kamunya cantik, jadi saya gak marah-marah." ujarnya sambil terkekeh.
Pipiku memanas mendengarnya. Ini orang gak lagi kesambet ya?
"Terus alasan kakak mau bela-belain ngajak aku ke bazar ini apa? Gak mungkin kan hanya karena cerita Daddy?" selidikku.
"Itu.. Karena...... Ah ya saya mau kamu bantu saya beliin buku buat adek saya yang masih SMP. Saya kan gak tahu dia belajar apa aja." jawabnya.
Aku menyipitkan mataku curiga, jawabannya itu konyol sekali bukan? Kalau mau beli buku juga kan tertera itu buku untuk kelas berapa, tingkat berapa.
"Emang kakak pikir aku tuh guru SMP tahu pelajaran adik kakak?" tanyaku.
"Ya setidaknya lah kamu sedikit tahu." jawabnya.
Aku pun hanya manggut-manggut, padahal sebenarnya gak ngerti.
***
Ku tatap sekeliling tempat ini, Wow rame banget.
Aku pun berjalan mengekori pak Adrian sambil terus memandangi sekeliling.
Bugh..
"Aww.." ringisku ketika kepala ku menubruk punggung pak Adrian.
"Makanya kalau jalan itu pakai mata." ceramahnya.
"Sayangnya aku jalan pakai kaki kak, bukan pakai mata." jawabku.
"Iya kamu jalan pakai kaki, tapi tuh mata jangan jelalatan juga." ujarnya.
Jelalatan? Emangnya aku jelalatan apa sih? Cuma lihat-lihat sekeliling kok kan ini pertama kalinya aku ke bazar kaya gini.
Aku pun mendelik pada pak Adrian, dan setelahnya aku berjalan meninggalkannya.
"Hei, mau kemana?" teriaknya.
Aku pun mengacuhkannya dan tetap berjalan, hingga kemudian sebuah tangan menarikku.
"Kamu itu salah jalan, itu stand yang akan kita kunjungi." ujar pak Adrian datar.
Sementara itu aku berjalan mengikuti langkahnya sambil tanganku tetap berada di dalam genggamannya.
***
Ku pandangi setumpuk buku baru di kamar ku. Kak Adrian memang niat banget ya beliin aku buku. Tadi itu selepas membeli buku dan makan kami langsung pulang karena kak Adrian harus mengantar ibunya ke rumah sakit menjenguk temannya. Aku agak sangsi sih dengan alasannya tapi yasudahlah lagi pula aku kan bukan siapa-siapanya.
From : Kak Adrian
Bukunya dibaca jangan hanya dipandangi.
Aku pun tersenyum melihat pesannya. Tapi senyumku memudar, ku lihat kembali pesannya. APA? Siapa yang mengganti nama kontaknya?
From : Kak Adrian
Gak usah kaget. Saya yang ganti nama kontaknya.
Aku menelan ludahku. Seketika memori ingatan ku berputar.
FLASBACK ON
Kami sedang berada di sebuah café di dekat bazar buku itu. Tiba-tiba aku ingin buang air kecil.
"Kak, aku ke belakang bentar ya." ujarku.
Ia pun hanya menganggukkan kepala. Aku pun segera bergegas dan meninggalkan tas beserta ponselku disana.
---
Setelah selesai aku pun kembali ke meja dan kulihat kak Adrian memegang ponselku.
Setelah aku duduk kak Adrian menyerahkan ponsel padaku.
"Tadi Mommy kamu nelpon, makanya saya angkat." ujarnya.
"Emangnya ada apa ya kak?" tanyaku.
"Enggak apa-apa cuma nanyain kamu nakal nggak." ujarnya.
Aku pun mendelik tak suka akan jawabannya.
FLASHBACK OFF
Sial, rupanya setelah mengangkat telpon dari Mom, kak Adrian melihat kontaknya. Tentu saja ia bisa melakukannya karena ponselku tidak memakai password.
Aku pun menenggelamkan kepalaku ke bantal berharap ini hanya mimpi saja.
Sorry kalau ceritanya gak sesuai ekspetasi kalian..
Maafinn ya.. hehehe :)
Kalau ada kritik dan saran Monggo saya terima,, :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top