Part 7

Happy Reading ^_^

Wow... hanya satu kata itu yang terlintas di kepala ku. Aku melihat dekorasi gedung ini begitu indah.

Ya hari ini kan ulang tahun perusahaan Ar's Corp. ku langkahkan kaki ku menuju meja yang telah di sediakan untuk kami.

"Mom, aku kesana ya." Ujarku.

Mom pun hanya mengangguk dan mengikuti Daddy. Tentu saja ada meja khusus untuk Dad yang merupakan salah satu tamu undangan khusus para CEO. Dan aku, sebagai seorang siswa Prakerin yang kebetulan di undang pun ada meja khususnya.

Aku pun duduk di kursi dan kebetulan Zahra dan juga Nura belum hadir. Hanya ada beberapa siswa prakerin dari sekolah lain dan juga mahasiswa magang.

Aku menatap mereka dan tersenyum kikuk. Pakaian ku sangat beda dengan mereka, jika mereka memakai pakaian yang begitu Wah, aku hanya memakai baju putih dengan rok merah.

Ku lihat dari kejauhan Nura sedang berjalan ke arahku. Rupanya ia benar-benar memakai atasan putih juga.

"Gak salah kostum nih?" Tanya Nura tiba-tiba setelah duduk di sampingku.

"Emang kenapa?" Tanya ku balik.

"Lihat deh pakaian mereka. Lha kita Cuma gini aja." Ujarnya.

"Kalau begini kita kelihatan muda tahu.. gak kaya tante-tante." Ujarku sambil terkekeh pelan.

"Tapi, kok rasanya kita itu aneh aja Yya. Kok Cuma kita yang pakai baju kaya gini. Padahal yah aku tuh maunya kita pakai baju yang.."

"Coba deh lihat itu Zahra. Dia cantik lho kelihatan dewasanya gak kaya anak kecil." Potongku.

Nura pun mengalihkan pandangannya dan mengikuti arah pandangku.

"Daebak.. Itu benar-benar si Zahra teman kita kan?" Tanyanya.

Aku pun hanya mengangguk.

"Hallo Guys.. Lama ya. Maaf." Ucap Zahra dan duduk di sampingku sehingga posisi ku sekarang berada di tengah-tengah.

"Kamu cantik banget lho Ra." Ujarku mengacuhkan permintaan maaf nya.

"Beneran?" Tanyanya sumringah.

Aku dan Nura pun mengangguk.

"Wow.. ini sungguh luar biasa. Padahal tadi aku tuh sempat protes pas Bunda ku mendandani ku." Ujarnya.

Oh, pantas saja. Ini hasil riasan bundanya. Kan Zahra gak bisa dandan.

Tiba-tiba pembawa acara naik ke atas panggung, dan itu menandakan bahwa acara akan segera dimulai.

***

Sekarang kami tengah menikmati hidangan ditemani lagu-lagu yang mengalun. Tiba-tiba aku ingat sesuatu bahwa tadi aku sempat meminjam ponsel Dad untuk mengirim pesan ke Nura dan Zahra karena ponsel ku tertinggal. Dan sekarang ponsel Dad masih ada di dalam tas ku.

"Aku kesana dulu ya bentar." Ucapku pada Zahra dan Nura.

"Kemana?" Tanya Nura.

"Mau ke Dad. Ini ponselnya ada sama aku, takut ada telpon penting." Ujarku.

"Oke deh." Jawab mereka serempak.

Gedung ini amat luas dan juga banyak orang, bukan hal yang mudah untuk menemukan Dad ku itu.

Aku melihat Dad sedang bercakap-cakap dengan seseorang yang tidak bisa aku lihat karena terhalang oleh Dad. Aku pun menghampirinya.

Astaga, ternyata yang sedang berbincang itu pak Adrian dengan Dad. Ia amat sangat-sangat tampan sekarang.

"Hei sayang." Sapa Daddy.

Sebut saja aku anak kurang ajar yang mengacuhkan sapaan Daddynya dan malah tersenyum ke arah pak Adrian.

"Ada apa sayang?" Tanya Dad.

"Eh, ini Dad ponsel Daddy masih di aku. Jadi aku mau balikin ini ponsel." Ujarku.

Aku gugup setengah mati karena aku dapat merasakan bahwa pak Adrian kini tengah memperhatikan kami.

"Oh iya Dad hampir aja lupa, gimana coba kalau ada telpon penting." Ujar Dad sambil terkekeh.

"Tuh kan Dad lupa lagi. Adrian kenalin ini Shaquella Naraya putri saya." Lanjut Dad.

"Yya, ini pak Adrian salah satu pegawai di Ar's Corp." Ujar Dad padaku.

Aku yang hendak menjawab mengurungkan diri karena didahului oleh pak Adrian.

"Saya sudah kenal kok pak. Iya kan Naraya?" Tanya pak Adrian padaku.

"Eumm,, iya.. iya pak." Jawabku tergagap.

"Iya ya, kan Adrian staff Accounting pasti mengetahui Ayya." Ujar Dad dengan terkekeh.

Pak Adrian pun hanya tersenyum.

Ya ampun, itu senyum bikin hati adek meleleh bang..

"Ayya, dulunya Adrian itu mahasiswa magang lho di perusahaan Dad. Kinerjanya amat bagus, Dad ingin dia kerja di perusahaan Dad, tapi ternyata Ar's Corp. Malah mendahului." Ujar Dad.

"Saya sangat tersanjung pak. Tapi rasanya itu berlebihan." Ucap pak Adrian.

"Tapi bener lho, kamu itu bagus banget kerjanya, kamu itu cerdas Adrian." Puji Dad.

"Nah Ayya, kamu harus mencontoh Adrian. Dia itu walaupun masih muda dan baru tapi Dad yakin kalau kinerja Adrian ini bisa menyaingi para seniornya." Lanjut Dad.

Aku pun hanya mengangguk saja karena bingung harus menjawab apa.

"Tolong bantu Ayya ya Adrian. Dia itu anaknya manja, agak pemalas, dan susah diatur." Ucap Dad.

Ya tuhan, apakah ini benar Daddy ku? Ia menjelekkan aku di depan calon menantunya.. eh, maksudnya di depan pak Adrian.

"Dadd.." Ujarku merengek.

"Siapa bilang Ayya manja?" Ucap suara di belakang ku.

Aku pun menoleh dan terimakasih dewa penolong ku telah hadir. Dia itu om Daniel.

"Kalau Ayya manja, pasti ia Prakerinnya di perusahaan Daddyna." Ucap om Daniel.

Yes, om Daniel memang yang terbaik.

"Untuk pemalas sama susah diaturnya sih lumayan benar." Ujar om Daniel.

Jleb, kok rasanya aku lagi diolok-olok ya sama mereka.

"Ayya itu gak manja kok. Hanya pada keluarganya saja." Ujar Mom tiba-tiba muncul.

Kok, rasanya mereka lagi promosiin aku ke pak Adrian ya? Sudahlah lupakan.

"Apalagi sama aku, dia itu manja banget. Masa iya baru ketemu ia sudah minta dibeliin Smartphone.."

"Om.." potongku.

"Ya, itu yang mau aku tanyakan Daniel. Kenapa kamu beliin Ayya smartphone baru saat ia juga masih mempunyainya?" Tanya Mom.

Aku berpandangan dengan Dad, wah ini sepertinya alarm telah berbunyi.

"Aku menyapa tamu dulu ya." Ujar om Daniel.

Ku lihat Mom mendelik tak suka. Syukurlah om Daniel sepertinya mengerti keadaan.

"Eh ini siapa ya? Calon mantu Mom ya Ayya? Ganteng banget." Ujar Mom.

Pipiku memanas, ya ampun Mom kalau ngomong itu di filter dulu napa?

"Maaf bu, saya Adrian Staff Accounting di Ar's Corp. Dan kebetulan dulunya mahasiswa magang di Balla Company." Tutur pak Adrian.

"Kamu itu Kia kalau ngomong suka nyeplos aja." Ujar Dad pada Mom.

"Lagi pula Ayya itu masih kecil." Lanjut Dad.

"Dad, aku udah gede." Protesku pada Daddy.

Ku lirik dari sudut mataku bahwa pak Adrian tersenyum ke arah kami.

"Tapi gapapa kok Adrian, kalau kamu suka sama Ayya tinggal hubungi tante aja." Ujar Mom.

Hubungi? Mom lagi mau buka biro jodoh kali ya.

"Siap bu." Jawab pak Adrian.

What? Siap? Aku gak salah dengar kan.

"Gak usah panggil ibu. Panggil aja tante." Ujar Mom sambil terkekeh pelan.

Tiba-tiba Dad menjauhi kami, sepertinya ia akan mengangkat telpon.

Tak lama kemudian Dad pun kembali lagi.

"Kita harus pulang sekarang." Ujar Dad.

"Kenapa?" Tanya Mom.

"Ada urusan mendadak." Singkat Dad.

"Selarut ini?" Tanya Mom.

Dad pun hanya mengangguk.

"Kerjaan lagi Dad?" Tanyaku sedikit tak suka.

"Malam ini juga Dad harus ke Singapore, ada sedikit masalah disana." Ujar Dad.

Aku pun memutar bola mataku malas.

"Tapi Ayya kan masih ingin di sini.." Ujarku.

"Yasudah nanti biar supir aja yang jemput kamu." Ucap Dad.

"Kalau boleh, biar nanti saya saja pak yang antarkan Naraya." Tawar pak Adrian.

"Yasudah kalau begitu. Terima kasih Adrian." Ujar Dad.

"Ayo Kia." Ajak Dad pada Mom.

"Iya, aku ajak Bian dulu." Jawab Mom.

***

Sekarang aku telah berada di mobil pak Adrian. Aku melirik jam yang melingkar di tanganku. Pukul 23.15 ini sudah amat larut.

Hanya ada keheningan diantara kami, aku tak berani memulai percakapan dengannya.

"Besok kamu ada acara tidak?" Tanya pak Adrian memulai percakapan diantara kami.

"Enggak pak. Emangnya kenapa?" Tanyaku. Besok kan hari libur dan biasanya aku mengurung diri di kamar nonton drama korea.

"Gak kenapa-kenapa." Jawabnya singkat.

"Bapak mau ngajak saya jalan ya?" Tanyaku menggodanya.

"Enggak." Jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Oh.." Gumamku.

Aku pun memalingkan wajahku ke arah jendela mobil. Ini cowok nilai bahasa Indonesiannya berapa ya? Kosa katanya dikit amat.

"Ngambek?" Tanyanya.

Aku pun menolehkan wajahku dan ternyata ia pun tengah memandangku.

"Eng..Enggak kok pak." Jawabku gelagapan.

Ia pun hanya mengangguk dan hanya keheningan yang terjadi.

---

"Sudah sampai" Ucap pak Adrian.

Aku menoleh ke luar, ternyata kami memang sudah sampai.

"Terima kasih pak." Ucapku.

"Iya sama-sama." Jawabnya.

"Ayo masuk sana. Saya akan pergi sampai kamu masuk." Titahnya.

Aku pun hanya mengangguk dan tersenyum.

Setelah sampai di depan gerbang, dengan segera satpam membukakan pintu gerbang.

Aku menoleh ke arah pak Adrian dan melambaikan tangan.

"Hati-hati." Teriakku.

Pak Adrian pun segera membunyikan klakson mobilnya dan pergi.

Aku terus tersenyum sampai di kamar. Aku pun segera membersihkan diri dan ganti baju.

--

Ku tatap langit-langit kamar. Rasanya seperti mimpi saja aku bisa diantar pak Adrian, walaupun tak banyak percakapan diantara kami, tapi aku merasa bahagia.

Drtt..Drtt.. Ponselku bergetar, segera kuambil ponselku dan ternyata ada pesan masuk.

From : My Love

Cepat tidur. Besok saya jemput kamu pukul 8 pagi. Jangan malas bangun.

Aku segera terduduk, ini benar pak Adrian kan? Jadi bener kan kalau dia mau ngajak aku jalan, dasar cowok kegedean gengsi nya. Katanya tadi enggak.

Aku pun tersenyum dan tak berniat untuk membalasnya.

Drtt..Drtt..

From : My Love

Kamu udah tidur ya? Besok saya jemput. Saya gak minta persetujuan.

Aku terseyum melihat pesannya. Dasar pemaksa, tapi aku senang.

Aku pun segera memejamkan mataku berharap besok akan segera tiba.

Kalau yang udah baca Boss In Love pasti bingung ya, Kia (Panggilan Mommy nya Ayya) kan pake kerudung, nah kok anaknya enggak? kan tidak semua yang ibunya pake kerudung anaknya pake iya kan?

Oke gitu aja makasih atas pengertiannya =) Vote sama komentarnya selalu ditunggu ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top