Part 5
"Princess.."
Mampus gue, itu benar-benar suara om Daniel.
Aku pun pura-pura gak dengar, dan melanjutkan langkah ku.
"Shaquella Naraya Balla." Teriak om Daniel.
Sumpah demi apapun, itu para karyawan yang sedang bekerja seketika menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arahku. Bagaimana mungkin om Daniel menyebutkan nama belakangku?
Aku pun segera membalikkan badan dan berjalan ke arah om Daniel yang sedang berdiri bersama pak Hadrian.
"Iya pak, bapak memanggil saya? Ada apa ya pak?" Tanyaku so polos.
"Ya ampun, princessnya om sudah besar ya, dan sekarang udah melupakan om?" Ujar om Daniel dengan heboh. Ya ampun, kok orang begini bisa jadi CEO ya?
Aku pun hanya diam tak bergeming dan menundukkan kepala. Tiba-tiba om Daniel memelukku.
"Om kangen banget lho princess, sejak SMK kamu jadi jarang main." Ujarnya yang cukup keras.
Memang benar, aku bertemu om Daniel jika ada acara-acara saja, seperti acara ulang tahun atau jika aku ikut ke pestanya rekan Dad.
"Om lepaskan, aku malu." Bisikku.
Om Daniel pun melepaskan pelukannya. Aku yang hendak beranjak tapi tanganku masih dipegang oleh om Daniel.
"Katanya dulu suka sama om, pengen punya pacar kaya om. Kok sekarang dipeluk juga gak mau sih." Protesnya dengan keras. Dan itu sukses membuatku malu.
"Ommm..." Ucapku merengek.
Tiba-tiba om Daniel pun membenarkan dasinya dan pandangannya menyapu kepada seluruh karyawan.
"Perhatian semuanya." Ucap om Daniel dengan keras.
Gusti, sekarang apalagi yang akan om Daniel lakukan. Lihat, semua karyawan sudah menatap ke arah kami.
"Saya minta bimbingan dari semuanya untuk Shaquella. Dia itu sudah seperti putri saya sendiri. Dan perlu kalian tahu Shaquella itu putri dari Dane Khana Balla, direktur utama Balla Company." Ucap om Daniel lantang.
Dan sekarang aku benar-benar menjadi tontonan semua orang. Sebagian ada yang melongo tidak percaya, dan sebagian lagi hanya mengangguk-ngangguk. Aku melirik ke arah pak Adrian, dan ia hanya sibuk dengar pekerjaannya seolah-olah ucapan om Daniel itu hanya angin. Karyawan tidak sopan.
"Kemarin saya ketemu Daddy kamu Sha. Dan ia mengatakan bahwa putrinya prakerin di sini." Ujar pak Hadrian.
Tamatlah riwayatku sekarang. Aku yakin pasti sebagian para karyawan akan berpikiran yang tidak-tidak tentangku. Mereka pasti mengira aku nepotisme masuk ke sini, padahal memang kualitas sekolah dan juga akunya yang bagus. Oke sekarang aku mulai sombong.
"Kamu ambil tas kamu, ikut dengan om sekarang." Titahnya.
Aku melihat jam di tanganku, ini masih jam kerja.
"Tidak apa-apa Sha." Ucap pak Hadrian seolah mengerti jalan pikiranku.
Aku baru menyadari bahwa pak Hadrian memanggil ku Sha. Sepertinya nama panggilan ku amat banyak. Tapi yang paling aku ingin itu Naraya. Hahahaha, sudah lupakanlah.
Tanpa banyak bicara aku pun pergi mengambil tas ku dan ikut bersama om Daniel.
***
Kami sekarang sudah ada di dalam mobil.
"Kita mau kemana om?" Tanyaku malas.
"Kemana aja yang kamu suka." Tanyanya sumringah.
Sebenarnya om Daniel kenapa sih, ia riang banget?
"Om, otaknya geser ya?" Tanyaku asal.
"Kamu itu rupanya belum berubah ya. Masih aja suka ngomong ceplas-ceplos." Jawab om Daniel sambil tertawa.
Aku pun hanya mendengus dan melihat ke jalan.
"Eh iya. Kok kamu gak bahagia gitu punya om yang CEO di tempat kamu kerja." Tanyanya.
Bahagia dari hongkong, yang ada aku sekarang kepikiran pak Adrian mulu. Aku gak tahu apa yang sekarang ada dipikirannya.
"kok malah melamun?" Tanya om Daniel menyentak lamunanku.
"Ehh iya om. Sorry." Ujarku memamerkan deretan gigiku yang rapi.
"Om, padahal ya aku tuh berharap mereka gak kenal identitas aku. Biar mereka bisa professional dalam bekerja dan memperlakukan ku." Tuturku.
"Para pekerja om itu professional kok. Kamu tenang aja, yang pasti mereka akan membimbing kamu Princess." Ujar om Daniel.
"Bisa gak sih om gak panggil aku princess? Kan aku udah gede om." Protesku.
"Terus mau dipanggil apa kalau udah gede? Mau dipanggil Queen?" Tanya om Daniel.
"Ishhh.." aku benar-benar kesal sekarang pada om Daniel.
"Ngomong-ngomong kita mau kemana?" Tanya om Daniel memecah keheningan kami yang sesaat.
"Pulang." Ucapku jutek.
"Yakin? Padahal kan om bisa ngabulin permintaan Princess yang gak akan dikabulkan oleh Daddy juga Mommy mu." Ujar om Daniel.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepalaku.
"Beliin Ayya Handphone Samsung S8+ ya om.. ya..ya..ya..?" Ujarku merengek, lagipula uang seorang CEO tidak akan habis hanya karena membeli Handphone.
Tiba-tiba om Daniel mengerutkan dahinya.
"Handphone kamu kan udah iphone 7 Princess." Ujar om Daniel seperti kebingungan.
"Tapi, aku pengen handphone itu om. Yang layarnya sampai kepinggir itu lho." Ujarku masih berusaha membujuknya.
Sebenarnya aku bisa membelinya dengan kartu kredit dari Dad. Tapi pasti akan ketahuan, dan ujungnya Mom akan memarahiku. Mereka berdua memang begitu, selalu menyuruhku hidup hemat. Walaupun Dad tidak terlalu menekanku, tapi Dad selalu kalah dari Mom.
Aku melirik om Daniel, dan ia seperti sedang berpikir.
"Oke deh, apapun untuk princess." Ucapnya final.
Aku pun segera memeluknya.
"Makasih om. Om Daniel yang terbaik pokoknya." Ujarku.
"Iya.. iya kesayangan om." Ucap om Daniel sambil balas memelukku.
"Pak, putar balik ya. Toko Handphonenya sudah terlewat dari tadi." Titah om Daniel pada supir pribadinya. Dan hanya dibalas anggukan.
Beginilah om Daniel, ia selalu menuruti keinginanku. Maklum ia tidak punya anak perempuan, dan memiliki dua orang anak laki-laki. Mungkin selama om Daniel belum mempunyai putri aku akan selamanya menjadi princessnya om Daniel.
***
Aku pulang dengan wajah yang bahagia. Bagaimana tidak, aku sekarang punya ponsel baru yang benar-benar aku inginkan. Ya, aku suka dengan desainnya.
"Assalamu'alaikum." Salamku ketika masuk ke dalam rumah.
Tadi om Daniel pun aku ajak, tapi katanya ia sudah punya janji dengan 2 Prince nya, yang tak lain adalah putranya.
"Waalaikumsalam." Jawab Mom dari dalam.
Aku pun menghampiri Mom yang tengah menonton Televisi. Kemudian aku pun menyalaminya dan duduk di sampingnya.
"Bahagia banget sayang?" Ujar Mom tapi seperti sebuah pertanyaan.
"Aku tadi ketemu om Daniel Mom." Jawabku.
"Katanya gak mau ketemu om Daniel dulu?" Tanya Mom lagi.
"Iya sih Mom. Awalnya aku bete banget kepada om Daniel yang seenaknya ngenalin aku ke pada karyawannya sebagai Princessnya, dan juga putri dari Dad. Tapi habis itu om Daniel ngajak aku jalan, terus ia juga beliin aku Handphone S8+ yang aku.." Tiba-tiba pembicaraan ku terhenti.
Aku melihat tatapan Mom yang penuh selidik. Mampus gue, kenapa ini mulut gak bisa dikontrol banget sih?
"Yang aku apa?" Tanya Mom dengan tatapan membunuhnya.
"Emm,, Mom aku ke kamar dulu ya belum mandi ini masih bau. Nanti Mom yang cantik jelita tiada tara ini malah ketularan bau lagi." Ujarku sambil cengengesan. Aku pun segera mengambil langkah seribu menghindari Mom.
"Shaquella.. Mom belum selesai bicara." Teriak Mom.
Aku yang sudah berada tengah tangga membalikkan badan.
"I Love You Mom." Teriakku dan langsung ngacir ke kamar.
Sepertinya sekarang Mom sedang menggerutu deh. Dan kata Dad, itu mode gak aman dan mendingan kita menghindar aja.
Jangan lupa vote sama komentarnya ;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top