Part 24

Happy Reading ^_^



Sudah hampir 2 bulan hubunganku dan kak Adrian. Hubungan kami berjalan baik walaupun sering terjadi banyak perdebatan. Aku sering kesal sama kak Adrian karena dia lebih sering mementingkan pekerjaannya dari pada aku. Aku tahu sih gak bisa nuntut banyak karena istrinya saja bukan, tapi setidaknya aku yang notabenenya masih remaja masih membutuhkan banyak perhatian kan?

Pagi ini di hari Minggu yang cerah aku telah bersiap-siap karena akan pergi bersama kak Adrian ke rumahnya ya untuk apa lagi kalau bukan untuk menemui ibunya.

Semalam aku sudah mencari-cari di google tips menghadapi calon ibu mertua dan sebagainya, tapi tetap saja aku masih grogi setengah mati.

"Kenapa?" tanya kak Adrian yang berada di samping kemudi.

"Gak papa. Hanya gugup aja." ujarku sambil tersenyum.

"Santai saja, ibu saya gak gigit kok." ujarnya sambil terkekeh pelan.

Aku tak membalas ucapannya dan hanya memandang ke jalanan.

"Ayo turun." ajak kak Adrian.

"Huh?"

"Ini sudah sampai Naraya." ucap kak Adrian sambil tersenyum.

Aku pun akhirnya membuka pintu mobil mengikuti kak Adrian. Aku memandang rumah di depanku, ku coba menghembuskan napas perlahan-lahan, semoga rasa gugupku berkurang. Kan malu dong seorang Shaquella harus terlihat gugup di depan calon mertua.

Kak Adrian menggenggam tanganku dan membawaku masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamu'alaikum." salam Adrian ketika kami memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam. Eh kak Adrian? Ini siapa? Calon kakak ipar aku ya?" ujar seorang gadis yang tengah duduk di ruang tengah sambil menghampiri kami yang sedang di ruang tamu.

"Kenalin Nay ini Andini adik aku yang masih SMP itu." ucap kak Adrian mengenalkan.

Ohh, jadi ini adiknya yang waktu itu ia ceritakan saat ke bazar buku.

"Hai kak, aku Andini panggil aja Dini." ucap Andini ramah sambil mengulurkan tangannya.

Aku pun segera menyambut uluran tangannya.

"Shaquella, panggil aja Ayya." ucapku sambil tersenyum.

"Ibu mana Din?" tanya kak Adrian.

"Ibu lagi di kamar. Bentar aku panggilin dulu ya." jawab Dini. Dan kemudian ia berlalu pergi untuk memanggil ibunya.

"Duduk dulu Nay." ujar kak Adrian.

Aku pun duduk di kursi dan memandang isi rumah ini. Ada sebuah foto keluarga berukuran besar di dinding dengan Adrian yang masih kecil entah masih SMP mungkin, dan juga Dini yang sama masih kecil beserta kedua orangtuanya.

Tak lama kemudia Ibunya Adrian yang aku ketahui namanya Rita datang bersama Dini yang mengekorinya. Setelah Ibunya Adrian dekat denganku aku segera berdiri dan menyalami beliau.

Beliau pun mengelus kepalaku ketika aku mencium punggung tangannya.

Ini awal yang bagus Shaquella.

"Ini yang namanya Ayya itu ya. Lebih cantik aslinya ya dari pada di foto." ujar ibunya Adrian ketika kami telah duduk kembali.

Aku manautkan kedua alisku bingung, kenapa ibunya Adrian mengetahui namaku padahal aku belum mengenalkan diri. Apa Adrian yang suka cerita ke ibunya ya?

"Ibu udah kenal sama Mommy kamu, jadi Ibu sedikit banyak sudah tahu tentang kamu, kebiasaan kamu, apa yang kamu suka dan tidak." jelas ibunya Adrian.

Ya ampun kenapa Mommy ku selalu selangkah lebih maju ya? Kebiasaan? Jangan sampai Mommy menceritakan hal-hal aneh tentangku. Mommy ku yang tercinta itu tidak mungkin menceritakan keburukan anaknya di depan besan kan?

"Kok diam aja Yya? Katanya kamu itu cerewet lho dan suka mendebat perkataan orang yang gak sependapat sama kamu, apalagi Daddy kamu katanya." ujar Ibunya Adrian sambil terkekeh.

Ya tuhan, Mommy ku sadar kan apa yang dibicarakannya pada Ibu Adrian? Tapi waktu itu aku pernah gak akur sama Mommy, apa jangan-jangan saat itu Mommy menceritakannya?

Aku hanya tersenyum manis mendengar ucapan ibunya Adrian.

Tiba-tiba ponselnya kak Adrian berbunyi dan ia pun segera menjauh untuk mengangkat telepon.

Tak lama kemudian kak Adrian kembali lagi dan tersenyum tidak enak kepadaku. Perasaanku mulai tidak enak sekarang.

"Tadi telpon dari kantor. Katanya ada sesuatu yang urgent banget dan aku harus segera kesana dan menyelesaikannya." ujar kak Adrian.

"Lho Mas, ini kan Minggu?" tanya Ibunya Adrian.

"Iya bu. Tapi ini penting banget. Nay, kamu gak papa kan disini dulu? Nanti kalau di kantor udah selesai aku balik lagi kesini." ucap kak Adrian. Sebenarnya aku canggung di sini kalau tidak ada kak Adrian, tapi menolaknya kan tidak mungkin. Akhirnya aku pun mengangguk mengiyakan.

"Ya udah aku pergi sekarang. Bu aku pergi ya, titip Naraya. Assalamu'alaikum." pamit Adrian sambil mencium tangan ibunya.

"Wa'alaikumsalam." ucap kami berbarengan.

"Adrian memang seperti itu, ia mempunyai etos kerja yang tinggi. Walaupun seringkali hal itu membuat ibu jengkel karena ia lebih mementingkan pekerjaannya." ujar Ibunya Adrian setelah kak Adrian pergi.

Aku pun hanya manggut-manggut karena itu memang fakta.

"Kamu harus sabar ya ngadepin Adrian. Dia gak pernah berhubungan dengan wanita, dulu saat sekolah dia fokus sama sekolahnya, setelah kerja dia fokus sama kerjaannya. Makannya Ibu agak tercengang ketika Adrian mengatakan bahwa ia mempunyai pacar. Ibu lebih gak nyangka ternyata pacarnya itu anak dari Pak Dane CEO tempat dulu Adrian magang." ujar ibunya kak Adrian kembali.

"Mungkin kak Adrian yang harus lebih sabar ngadepin aku bu." jawabku.

"Kamu manggilnya kak? Kenapa gak panggil Mas aja?" tanya ibunya Adrian.

"Agak canggung bu." jawabku.

"Tuhkan bu, canggung kalau panggil mas. Apalagi ini di Jakarta bukan di Yogya." Dini ikut menimpali, sejak tadi dia hanya menyimak perbincangan kami.

"Anak zaman sekarang itu kaya gitu ya." ucap Ibunya Adrian sambil terkekeh.

***

Aku sekarang telah berada di perjalan pulang bersama kak Adrian. Hari sudah sore dan sejak tadi aku dikurung bersama Ibunya kak Adrian. Sekarang aku udah agak percaya diri lah bisa diterima jadi mantu, soalnya Ibu kak Adrian itu baik juga.

"Tadi ngapain aja sama Ibu?" tanya kak Adrian.

"Kepo." jawabku. Aku lagi dalam mode ngambek nih karena siapa yang gak kesal aku ditinggal di rumahnya dan dia lebih milih pekerjaan.

"Nay, bisa lebih dewasa gak?" tanya kak Adrian.

"Dewasa sebelum waktunya gak baik." jawabku ketus.

"Iya, setidaknya kamu gak usah bersikap kekanakan juga." ujar kak Adrian.

"Kekanakan? Aku marah ya wajar lah kak, yang ngajak ke rumah kakak siapa? Itu kamu kan. Nah yang tinggalin aku siapa? Kamu juga kan." ujarku bertambah kesal.

"Emangnya kenapa sih kalau aku tinggal? Lagi pula Ibu aku baik kan sama kamu." ucap kak Adrian.

"Masalahnya bukan karena baik dan enggaknya, Ibu kakak emang baik tapi aku gak suka aja dengan kakak yang main pergi gitu aja." ucapku.

"Baik, ini salah aku. Aku minta maaf." ujar kak Adrian.

Aku pun hanya diam tak berniat membalas ucapannya.

Waktu perjalanan ke rumah itu terasa amat lama, apa mungkin rumah ku bergeser?

Aku sekali-kali melirik ke arah kak Adrian yang sedang fokus ke jalan. Ini orang gak ada niat gitu buat ngebujuk aku supaya gak marah? Dasar orang dengan tingkat kepekaan yang dibawah standar emang gini.

Kak Adrian menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang rumahku. Aku segera melepaskan Seatbelt dan hendak membuka pintu mobil.

"Naraya." panggil kak Adrian. Aku pun mengurungkan diri untuk membuka pintu dan menoleh ke arahnya.

"Ada apa kak?" tanyaku.

"Gak ada apa-apa. Salam aja buat Daddy sama Mommy kamu." jawabnya.

Aku tahu ada sesuatu yang ingin dikatankannya, tapi sepertinya ia menahannya.

"Yaudah kak aku keluar. Assalamu'alaikum." pamitku.

"Wa'alaikumsalam."



Aku ngaret bangettt ya? hehe maaf ya bukan apa-apa ada banyak alasan yang kalau dijabarkan akan sangat panjang nanti melebihi ceritanya Adrian, wkwk.

Aku anak kelas XII dan bukan SMA tapi SMK, you know lah sibuknya gimana mau uji kompetensi, jadi minta pengertiannya =)

Syukron ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top