Part 23

Double Update nih Guyss..

Ayo Vote sama komentarnya jangan lupa :D

Happy Reading ^_^


Setelah pulang dari Mall sekarang kami telah berada di mobil dalam perjalanan pulang.

Tiba-tiba kak Adrian menghentikan mobilnya dan aku menengok bingung ke arahnya.

"Yya, belum nyobain minuman disana kan? Ayo kita coba katanya enak lho." tawar kak Adrian.

Aku pun menengok ke luar dan melihat nama tempatnya Gallery Cafe. Sepertinya agak menarik. Aku pun mengangguk sebagai jawaban.

Setelah kak Adrian keluar dari mobil aku pun mengikutinya keluar, jangan bayangkan ada adegan romantis dengan si pria yang membukakan pintu untuk wanita, karena itu tidak akan ada ketika pemeran prianya adalah Adrian.

Aku pun mengikutinya ke dalam Cafe dan melihat ke sekeliling. Cafe ini di desain seperti cafe-cafe di Korea. Ahh aku jadi pengen kesana.

Kak Adrian segera memesankan pesanan kami dan tak lama ia membawa dua buah minuman.

"Yya diluar yuk." ajaknya.

Aku yang melihat cuaca diluar tampak adem akhirnya mengangguk.

"Senyum-senyum terus kenapa sih kak?" tanyaku yang aneh dengan sikap kak Adrian.

"Gak kenapa-napa. Hanya agak aneh ya kok bisa sih saya pacaran sama anak kecil." jawabnya sambil terkekeh.

"Ish, aku tuh bukan anak kecil ya. Usiaku menginjak 18tahun lho." ujarku sambil mencebikkan bibir kesal.

"Iya usiamu emang hampir 18 tahun tapi kelakuanmu kok masih kaya anak SMP sih." ujarnya dengan nada usil.

"Terserah bapak deh. Asal bapak senang." ujarku sambil memainkan sedotan di wadah minumanku.

"Naraya." panggilnya.

"Heemm.." jawabku.

"Kamu mau gak ketemu ibu saya?" tanya dia kemudian.

Aku yang tengah mengaduk-aduk sedotan seketika menghentikan kegiatanku.

"Huh? Kapan? Sekarang?" tanyaku panik.

Yakali aku gak panik, masa mau nemui calon mertua gak ada persiapan sih. Ya paling tidak persiapan mental lah.

"Biasa aja wajahnya gak usah panik." ujarnya sambil terkikik geli.

"Nggak sekarang kok. Lagi pula Ibu saya sedang berada di Yogya sekarang sedang di rumah Eyang." terangnya.

Aku pun menghela napas lega mendengar penuturannya.

"Segitu leganya ya medengar Ibu saya ada di Yogya?" tanya dia.

"Iyalah, kan bisa gawat kalau ketemu sekarang. Aku belum persiapan apa-apa kok buat ketemu calon mertua." Ups! Ini mulut keceplosan lagi.

"Yang udah siap dilamar bilangnya calon mertua ya." goda Adrian.

"Ekhemm.." aku berdehem untuk menormalkan suaraku, dan sekarang aku yakin wajahku sudah memerah.

"Ibu saya gak galak ko Nay. Kamu tenang aja." ujar Adrian.

Menurut mu Pak, ibumu gak galak. Kalau sama aku nanti gimana? Untung kalau ibunya Adrian seperti Omma yang baik banget sama Mommy. Ahh aku jadi kangen Omma, sudah cukup lama aku gak ke rumahnya.

"Hello. Naraya kok malah bengong?" ujar kak Adrian sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Eh, iya kak. Tiba-tiba ingat Omma aja kok." ujarku sambil tersenyum.

"Saya belum pernah ketemu lho sama Omma kamu. Nanti kapan-kapan sama saya yuk ke rumah Omma." tawar kak Adrian.

"Berani nemuin Omma aku? Dia gak akan sebaik Mommy lho." godaku. Padahal Omma sama Mommy itu sebelas dua belas.

"Berani lah, nemuin Daddy mu saja aku berani apalagi Omma kamu." ujarnya jumawa.

"Sombong." desisku pelan.

"Nay, kesana yuk." ajak kak Adrian.

Tanpa perlu menunggu persetujuanku kak Adrian menarik tanganku dan membawaku ke pedagang yang berada di pinggir jalan.

Kemudian ia pun tampak memilih jepitan rambut dan aku hanya bisa memandanginya sambil tersenyum. Adrian begitu manis kalau sedang serius.

"Nay, yang mana ya yang bagus?" tanya dia sambil menatap serius ke arah jepitan rambut.

Rasanya aku ingin ngakak deh sekarang melihat wajah seriusnya yang seperti sedang mengerjakan Cash flow saja.

"Semuanya bagus kok, apalagi kalau aku yang pakai." ujarku sombong.

Ia pun mengambil salah satu dan memasangkannya kepadaku.

"Cantik." pujinya.

Aku yang dipuji sedemikian rupa merasakan banyak kupu-kupu berterbangan di dalam perutku. Aku emang cantik, tapi kalau Adrian yang ngomong kok serasa ada manis-manisnya gitu.

Setelah memasangkannya padaku, ia pun tampak memilih-milih lagi.

"Kak, udah ini aja gak usah banyak-banyak." ujarku karena kak Adrian gak berhenti terus pilih-pilih jepitan.

"Cuma lucu aja gitu kalau dipakai sama kamu. Nanti kalau tiap ketemu saya pakai ya." titahnya.

"Baik Ndoro." jawabku sambil tersenyum geli.

Setelah selesai dengan urusan pilih-pilih jepit rambut sekarang kami telah berada di mobil kembali dan siap pulang ke istana Shaquella.

"Kak besok mau kemana?" tanyaku pada kak Adrian.

"Besok Minggu ya. Gak tahu sih gak kemana-mana mungkin." jawabnya.

Tiba-tiba sebuah ide brilian muncul di kepalaku.

"Temuin Omma besok yuk." ajakku pada kak Adrian.

"Saya curiga, nemuin Omma itu hanya alasan ya. Yang sebenarnya kamu itu pengen terus ketemu saya?" selidik dia sambil menyipitkan matanya.

"Yeay, ke PD-an banget sih bapak. Saya hanya ngajak kok. Kalau gak mau juga gak papa." ujarku.

"Hahaha.. Bercanda sayang, oke besok kita ke rumah Omma kamu."

Apa? Aku gak salah dengar kan wahai para pemirsa sekalian, Adrian panggil aku sayang?

"Nay,, Naraya.. Kok bengong?" tanya kak Adrian membunyarkan lamunan ku yang masih tak percaya kalau dia panggil aku sayang.

"Hah? Enng..Enggak kok. Itu hanya mikirin tugas aja. Ah ya tugas." jawabku gelagapan.

"Tugas? Hari Sabtu kamu mikirin tugas?" tanya dia aneh.

"Iyalalah sebagai seorang siswa yang baik di waktu weekend pun masih memikirkan pelajaran." ujarku sambil tersenyum manis supaya gak serasa aneh.

"Masa sih? tapi kata Daddy kamu, kamu itu malas loh Nay apalagi menyangkut pelajaran hitung-menghitung." Ahhh aktingku rupanya gak berhasil.

"Gak usah percaya kata-kata Daddy, dia itu suka jelek-jelekin anaknya yang cantik ini." belaku.

Awas aja kau Daddyku yang terhormat kalau sekali lagi bilang aibku ke kak Adrian. Aku sekarang malah melupakan rasa gugupku tadi dan sedang menyusun rencana untuk membalas Daddy.

"Hei bengong lagi? Lagi nyusun rencana buat balas Daddy kamu ya?" tanya kak Adrian sambil terkikik geli.

Adrian beneran cenayang ya?

"Apaan sih kak so tahu banget." elakku.

"Soalnya kata Tante kamu sama Daddy kamu itu sering gak akurnya dan sering debat satu sama lain." ujar kak Adrian.

"Hehehe iya. Soalnya Daddy itu termasuk tipe manusia menyebalkan." ujarku sambil tertawa.

"Tapi kamu sayang kan?" tanya kak Adrian.

"Banget lah kak. Walaupun Daddy itu orang yang menyebalkan, tapi ia akan menjadi orang yang terdepan yang membela aku jika ada yang nyakitin aku. Makannya hati-hati lho sama Daddy jangan sampai membuat sakit hati putri kesayangannya ini." ujarku sambil tersenyum mengancam.

"Emangnya saya kelihatan mau nyakiti kamu?" tanya kak Adrian.

"Enggak. Palingan bikin kesel dan darah tinggi aja." jawabku sambil terkekeh.

"Jangan keseringan darah tinggi nay, nanti stroke lho." ujar kak Adrian.

"Kalau aku stroke kakak masih mau?" tanyaku sambil menaik turunkan kedua alisku.

"Gimana ya? Aku pikir-pikir lagi deh." ujarnya seperti sedang berpikir.

"Adriaaannnn..." aku memanggilnya dengan kesal sambil mengibarkan bendera perang.

"Hahahaha.. Wajahmu lucu sekali Naraya kalau seperti itu." ucap Adrian sambil tertawa.

Aku pun hanya mendengus kesal melihat tingkahnya.

"Eh kak, aku sepertinya belum dengar tentang ayah kakak?" tanyaku.

Karena yang kutahu kak Adrian hanya selalu menyebut ibunya.

"Ayah saya sudah meninggal." jawabnya pelan.

"Maaf." cicitku.

"Gak papa kok. Lagian itu udah lama." jawabnya sambil tersenyum seolah-olah mengatakan bahwa ia baik-baik saja.

"Besok ke makam ayah kakak aja yuk." tawarku.

"Yakin mau? Di Yogya lho itu." tanya kak Adrian.

"Yuk tapi langsung pulang Jakarta lagi." usulku.

"Segitunya ya gak mau ketemu Ibu aku?" tanya kak Adrian usil.

"Enggak kok. Cuma belum siap aja. Coba deh kakak lihat masa pacar anaknya masih SMA sih? Nanti dikira fedofil lho." godaku.

"Kita hanya beda 4 tahun Naraya." ujar kak Adrian dengan geram.

"Hehehe.. Tapi tetap aja." ujarku ngeyel.

"Naraya turun." titah kak Adrian sambil menghentikan mobilnya.

"Kakak ngusir aku?" tanyaku.

"Ini udah sampai ya ampun Naraya kamu gak nyadar?" tanya kak Adrian.

Aku pun menengok ke luar jendela. Dan ketika melihat rumah ku aku pun cengengesan gak jelas ke arah kak Adrian.

"Terlalu asik ngobrol kak." ujarku sambil melepaskan seatbelt.

"Yaudah deh kak aku keluar sekarang ya. Hati-hati di jalan." ucapku.

"Nanti malam saya kabari lagi ya, besok kita jadinya kemana apakah ke rumah Omma kamu atau ke makam ayah saya." ujarnya.

"Siap bapak Adrian." jawabku.

"Assalamu'alaikum Naraya, titip salam sama om dan tante." ucapnya.

"Baik bapak. Wa'alaikumsalam." jawabku.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top