Part 13
Happy reading ^_^
Budayakan Vote sebelum baca >_<
Hari ini hari senin dan aku masuk kembali bekerja. Eh maksudnya prakerin. Di Lobby aku bertemu dengan Nura dan kami pun berjalan bersama.
"Gimana pak Rangga?" tanyaku.
"Apanya yang gimana? Nggak papa kok." ujarnya sambil tertawa kecil.
Seperti dugaan ku, bahwa pada malam itu mereka jadian.
Aku gak bisa menyalahkan Nura sih, karena namanya juga hati ya siapa juga yang bisa menyalahakan. Hanya saja cepat atau lambat aku yakin Anti akan tahu dan entahlah apa yang akan terjadi kemudian.
"Yya, emangnya sampai kapan ya aku bisa nyembunyiin hubungan kami dari Anti?" tanya Nura.
"Selama kita masih prakerin sih akan aman. Tapi ketika kita masuk sekolah cepat atau lambat pasti akan ketahuan." jawabku sambil menekan tombol lift.
"Aku salah gak sih? Kok rasanya kaya aku yang lagi nusuk Anti dari belakang ya?" tanya Nura.
Aku gak tahu harus jawab apa. Disatu sisi memang ini salah, tapi di sisi lain salahnya dimana? Anti kan hanya suka pada pak Rangga bukan berarti ia siapa-siapanya. Tapi emang rumit sih kalau gini.
***
Pekerjaan ku amat sedikit kali ini dan aku hanya bisa duduk di ruangan sambil memainkan ponsel. Tiba-tiba ponselku bergetar menandakan ada pesan masuk.
Rupanya ada pesan dari grup whatsapp sahabat-sahabatku yang diberi nama Kreasikan Anganmu entah apa maksudnya coba?
*Anti*
Calon imam gue nih:v
*Lia*
Ngarep lo.. punya gue ituh mah.. :p
*Widi*
Dimana-mana jodoh pak Rangga itu gue :D
*Zahra*
Punya nura itu mah..
Aku terbelalak kaget melihat balasan Zahra. Ini anak memang sering banget keceplosan, gak dikontrol ya tuh otak.
*Widi*
Loh kok?
*Lia*
Loh kok? (2)
*Anti*
Maksud?
*Me*
Punya Nura kalau dipanggung ya Ra?
Aku mencoba mengingatkan Zahra, semoga otaknya langsung connect.
*Zahra*
Eh iya, itu maksud gue. Kalian mah gak asik kok nggak ngerti sih:(
Syukurlah rupanya si Zahra mengerti.
Kok rasanya ada seseorang di belakang ku? Aku pun menoleh dan Astaga!!! Kak Adrian ada tepat di belakang ku.
"Foto siapa?" tanyanya sambil melihat ponselku yang entah mengapa menampilkan foto pak Rangga.
"Eumm.. anu pak ini foto guru saya." ucapku gugup. Kok kaya ketahuan selingkuh ya eh?
"Gurunya masih muda?" tanyanya kembali.
Kok kak Adrian jadi kepo ya?
"Iya pak. Hampir seumuranlah sama bapak." Ucapku sambil tertawa garing.
"Oh." ujarnya singkat dan berbalik hendak pergi.
"Pak." panggilku. Ia pun menoleh.
"Ada apa?" tanyanya.
"Bapak mau apa kesini?" tanyaku karena merasa aneh dengan dirinya.
"Oh iya, saya lupa. Nanti pulangnya saya antar ya. Kata Mommy kamu supirnya gak bisa jemput." ujarnya.
Aku hanya melongo mendengar ucapannya. Mommy apa-apaan sih? Walaupun sebenarnya aku senang sih.
"Tapi nanti tunggu saya dulu ya." lanjutnya.
Aku pun hanya mengangguk sampai kak Adrian meninggalkan ruangan.
***
Pandangan di depanku membuatku malas, tapi pemandangan di sampingku membuatku bersemangat. Kami sekarang telah berada di mobil dan jalanan di depan itu sangat macet.
"Emm, pak gak papa nih nganterin saya? Ini macet lho." ujarku memecahkan keheningan.
"Gak papa kok. Lagi pula kalau saya gak nganterin kamu juga sama aja bakalan macet." jawabnya sambil tetap fokus ke depan.
"Pak.."
"Gak usah panggil saya pak. Ini di luar kantor." potongnya.
Aku pun hanya meringis lupa.
"Kamu mau ngomong apa?" tanyanya.
"Ngomong apa ya, aku lupa." ucapku sambil terkekeh.
"Ngomong-ngomong yang tadi itu beneran guru kamu?" tanya kak Adrian.
"Yang tadi yang mana ya kak?" tanyaku bingung.
"Yang foto di ponsel kamu." ujarnya.
"Ohh itu. Beneran itu pak Rangga guru seni budaya aku. Dia tuh kekasihnya Nura lho kak." ucapku.
"Nura teman kamu yang prakerin di Ar's Corp. Juga?" tanyanya.
"Iya kak, yang dipindahin ke bagian Dokumen itu." jawabku.
"Berapa usia guru kamu itu? Saya lupa lagi." tanyanya.
"23 tahun kak." jawabku.
"Oh, kalau 23 tahun jadi pacarnya teman kamu, saya bisa dong sama kamu?" tanyanya.
"Hah?" ucapku sambil melihat ke arahnya.
Dia ngomong apa sih? Aku gak salah dengar kan? Tapi wajahnya datar aja tuh.
"Maksudnya kak?" tanyaku untuk memastikan.
"Nggak ada maksud apa-apa." jawabnya tenang.
Setelah itu tak ada yang bicara lagi diantara kami, hanya ada kecanggungan yang menyelimuti.
***
Karena Daddy sedang ke luar kota, aku pun memutuskan untuk tidur di kamar Mommy.
"Mom." ucapku sambil memandang ke langit-langit kamar.
"Iya." jawab Mom.
"Dulu yang pertama jatuh cinta Mommy atau Daddy?" tanyaku.
Mommy tidak pernah menceritakan bagaimana kisahnya dulu dengan Daddy, katanya masa lalu tidak harus selalu di ungkit cukup dijadikan kenangan saja, dan Mommy gak mau mengungkit lagi masa lalunya.
"Emangnya kenapa?" tanya Mom.
"Hanya ingin tahu. Ayolah Mom, aku bahkan tidak tahu bagaimana kisah cinta kalian. Hanya tahu bahwa dulu Mommy itu pegawainya Daddy, hanya itu." ucapku.
"Masa lalu itu.." ucap Mom dan segera aku potong.
"Tidak harus selalu di ungkit, cukup dikenang saja." terusku.
Mom hanya terkekeh mendengarnya.
"Oke Mom akan cerita." ucap Mom, dan aku segera menyampingkan posisi tidurku menghadap Mommy.
"Dulu itu Mommy dan Daddy dipertemukan karena suatu insiden klasik di kantor. Mom yang menabrak Daddymu ketika di kantor, dan bodohnya Mom tidak tahu bahwa Daddymu adalah calon CEO yang baru." cerita Mom sambil terkekeh membayangkan masa lalunya.
Aku pun menatap Mommy serius mendengar kelanjutan ceritanya.
"Lalu ketika peresmian CEO baru Mommy tidak hadir, dan sialnya hanya Mom yang tidak hadir sehingga Daddy mu membuat hukuman yang tidak masuk akal untuk Mom."
"Hukuman apa?" potongku.
"Hukumannya adalah Mommy harus membuatkan teh sedikit gula di pagi hari dan mengantarkan makan siang hasil masakan Mom di siang hari." jawab Mom.
Aku yang mendengarnya langsung saja tertawa. Rupanya Daddy amat kreatif membuat hukuman. Aku yakin itu hanya modus Daddy saja, jadi kalau aku pintar ngemodus sekarang, itu pasti karena Daddy.
"Mau dilanjut tidak?" ucap Mom menghentikan tawaku.
Aku pun mengangguk sebagai jawaban.
"Setelah lama Mommy menjalani hukuman itu, Mom mulai dekat dengan Daddy kamu. Dan kita berteman baik. Tapi benar kata orang bahwa pertemanan cewek dan cowok itu salah satunya pasti ada yang baper, dan yang pertama kali jatuh cinta itu adalah Mom." ucap Mom menyudahi ceritanya.
"Jadi Mommy dulu? Aku pikir Daddy lho Mom. Tapi kok Mommy tahu sih kalau Mom yang jatuh cinta dulu?" tanyaku penasaran. Emang Mommy bisa nebak isi hati Dad?
"Ya Mommy tahulah, dia kan cerita sama Mom kalau dia itu masih belum bisa move on dari mantannya, bahkan setelah kami menikah." ucap Mom.
Aku semakin tidak mengerti.
"Lalu kalau setelah menikah Daddy masih suka sama mantannya, kenapa kalian menikah?" tanyaku mulai kesal.
Aku benar-benar kasihan pada Mommy bagaimana perasaaanya kala itu?
"Sudah larut, ayo tidur Yya." ucap Mom mengalihkan pembicaraan.
"Tapi Mom." tolakku.
"Besok kesiangan, nanti kalau dimarahin Adrian gimana?" tanya Mom.
Ini kenapa jadi bawa-bawa nama dia sih?
"Ishh.. Oke deh aku gak akan tanya-tanya lagi. Tapi kalau boleh tahu siapa mantan Daddy itu?" tanyaku.
"Mantan Daddymu itu hanya masa lalu, dan Mom adalah masa kini dan masa depannya. Jadi kamu gak usah tahu." jawab Mom.
Kalau sudah begini, pasti Mom gak akan mau ditanya lagi.
Drtt.. Drtt..
Handphone Mom bergetar dan segera Mom melihat handphonenya. Ia tersenyum ke arahku dan segera menempelkan ponselnya pada kupingnya, ah rupanya Mommy langsung nelpon. Siapa ya?
".............."
"Waalaikumsalam. Ayya tidur di kamar tante dan handphonenya tertinggal di kamarnya." ucap Mom berbicara pada orang di seberang sana.
Aku semakin penasaran siapa yang nelpon.
".................."
"Ini bicara sama Ayya saja." Ucap Mom dan menyerahkan handphone nya padaku.
Aku segera melihat nama yang tertera pada layar, double what? ADRIAN.
Dengan gugup aku pun segera berbicara.
"Assalamu'alaikum kak." salamku.
"Wa'alaikumsalam. Saya gak tahu kalau ternyata Mommy kamu mau nelpon, padahal saya hanya tanya apakah kamu ada di rumah, soalnya pesan saya gak kamu balas tapi di wa kamu online." cerocosnya.
Apa? Jadi wa ku online? Rupanya aku lupa tidak mengembalikannya setelah tadi ngobrol di grup.
"Oh gitu ya kak. Lupa gak dikembalikan." ucapku sambil terkekeh.
Ku lirik Mom ia telah menutupkan matanya, tapi aku yakin Mommy hanya pura-pura tidur. Dasar.
"Besok saya jemput kamu ya." ucapnya.
"Emangnya kenapa?" tanyaku dengan begonya.
"Emangnya harus selalu ada alasan ya kalau saya ingin ketemu kamu." jawabnya.
Aku hanya terdiam mendengarnya, bukannya di kantor juga kita akan ketemu? Otak pintar ku kadang sulit mencerna hal-hal begini.
"Inginnya sih saya sekarang ke rumah kamu dan melihat kamu, tapi kan gak mungkin. Jadi besok pokoknya saja jemput kamu dan gak ada penolakan." lanjutnya.
Ini bukan mimpi kan? Kalau misalnya mimpi, tolong siapa pun jangan bangunkan aku.
"Kok gak jawab? Artinya iya kan?" tanyanya.
"I..Iya kak. Besok saya tunggu." jawabku gugup.
"Ya sudah kalau gitu, selamat malam dan cepat tidur ini sudah malam. Sampai ketemu besok." ujarnya.
"Iya kak selamat malam kembali, Assalamu'alaikum." ucapku.
"Wa'alaikumsalam." jawabnya dan menutup panggilan.
Ini kenapa dengan jantungku? Kok rasanya kaya abis lari 12 menit aja ya?
Rasanya sekarang aku ingin lompat-lompat di kasur saja, tapi itu tidak mungkin karena aku sedang berada di kamar Mommy. Dengan segera aku pun menarik selimut dan menutupkan mata berharap esok segera tiba dan di dalam mimpi kak Adrian pun menemani.
Gaje ya? Maaf hanya ini yang bisa ku lakukan.. *eakkkk
Pokoknya nikmatin aja ya dan gak ada penolakan eh? kok akhirnya niru kata Adrian sih? udah deh segitu aja baayyyyyyyy... :D
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top