Part 1

Happy Reading Guys :)


Hai, namaku Shaquella Naraya Balla, putri sulung dari pasangan Dane Khana Balla dan Syaqira Adzkiatunnissa Balla. Usia aku sekarang udah 17 tahun lebih dan sebentar lagi menjadi 18 tahun. Aku sudah kelas XII di salah satu SMK Negeri.

Hari ini hari pertama masuk sekolah, dan aku hanya akan bersekolah selama 1 minggu. Yup setelah satu minggu aku akan melaksanakan Praktek Kerja Industri atau Prakerin di salah satu perusahaan, yang tentu saja bukan perusahaan Daddy ku. Inilah yang aku tunggu dari awal masuk sekolah, inilah sisi menarik sekolah di SMK itu.

"Nanti gak usah di jemput ya pak. Aku ada janji dengan teman." Ucapku pada Pak Supri supir pribadi yang khusus disediakan oleh Dad.

"Tapi non, Tuan sudah tahu?" Tanya Pak Supri.

"Sudah Pak. Tenang saja Ok." Ucapku sambil membentuk huruf O dengan jari ku.

Aku melangkahkan kaki menuju kelas ku. Di sana telah duduk sahabat-sahabat ku di meja paling depan dan kedua. Mereka itu Zahra, Nura, dan Anti.

"Hai Girls.." Sapaku sambil duduk di kursiku paling depan sebelah Zahra.

"Hai Ayya.." Ucap mereka kompak.

"Tumben Lo siang Yya?" Tanya Zahra.

Kami memang begini, kadang ngomong pake aku-kamu, kadang juga pake lo-gue. Tergantung pada kondisi kewarasan otak kami. Sudahlah lupakan.

"Tadi biasa lah gue ngebujuk Dad dulu supaya bisa pulang tanpa di jemput dan bisa jalan-jalan cantik deh sama kalian." Ucapku.

"Lo gak dijemput Yya?" Tanya Anti.

Aku pun hanya menganggukkan kepalaku dengan polos.

"Terus, kita mau jalan-jalan kaya gimana dong?" Tanya Nura dengan heboh.

"Loh, Zahra gak bawa mobil?" Tanyaku.

"Kan gak ada yang bilang sama Zahra buat bawa mobil, makannya tadi Zahra dianterin sama papa." Jawab Zahra dengan tampang polosnya yang membuatku ingin menenggelamkannya ke dasar bumi.

"Morning kalian..." Ujar Lia dan Widya kompakan.

Wah, si kembar udah datang nih. Lia dan Widya juga sahabatku, tapi mereka enggak kembar kok, Cuma mukanya aja yang mirip. Menurut aku.

"Morning.." Ucap kami berbarengan.

Mereka berdua pun duduk di meja belakang Anti dan Nura.

"Jadi pergi siang nanti?" Tanya Widya.

"Gak tahu." Jawab Nura.

"Why?" Tanya Lia.

"Gak ada kendaraan." Jawabku singkat.

Padahal sebenarnya aku bisa saja sih menghubungi Pak Supri untuk mengantar kami, tapi aku kasihan kalau beliau harus menunggui kami yang jalan-jalannya suka lupa waktu.

"Oh.. Tenang aja gue bawa mobil kok." Ucap Widya sambil memamerkan kunci mobilnya.

"Serius? Lo udah dikasih izin sama papa lo?" Tanya Anti.

"Yup, dan gue seneng banget.. guyss." Ucapnya dengan lebay.

"Lebay lo." Ucapku.

Aku sebenarnya iri padanya, Dad tidak pernah memberiku izin untuk membawa mobil ke sekolah. Sebenarnya teman-teman ku pun hanya Zahra yang membawa mobil, dan kini Widya sisanya diantar supir atau orang tua mereka. Teman-teman ku tidak begitu kaya, tapi mereka semua hidup berkecukupan.

Tak lama kemudian, sang ketua kelas memasuki kelas dan berdiri di depan dekat papan tulis.

"Teman-teman mohon perhatiannya." Ucapnya lantang, ia tak lain adalah Safira.

Kelas kami memang kebanyakan perempuannya, sudah seperti tradisi di sekolah kami, bahwa kelas akuntansi itu minim cowok.

"Ini jadwal kita selama seminggu, dan selama seminggu ini kita hanya akan mendapatkan pendalaman materi untuk Prakerin." Ucapnya.

Kelas pun terdengar riuh.

"Ira, boleh aku lihat jadwalnya?" Tanyaku.

"Silahkan." Ucapnya sambil maju ke arah mejaku dan menyerahkan selembar kertas.

Aku pun segera mengeluarkan ponselku dan memfoto jadwalnya.

"Yya, kirim ke grup aja ya." Teriak Ani dari sudut kelas.

"Siap." Jawabku.

Setelah selesai mengirim ke grup kelas, aku melihat kembali jadwalnya, hari ini jam 9.00 Ar's Corp. Aku langsung berbalik ke meja sahabat-sahabatku.

"Hei, kalian udah pada lihat? Hari ini pukul 9.00 yang memberi materi itu perusahaan tempat aku, Zahra, sama kamu Nura." Ucapku antusias.

Memang sekolah kami itu adalah sekolah yang terbaik, jadi tidak sulit untuk kami Prakerin di perusahan besar.

"Benarkah? Coba aku lihat." Ucap Nura sambil memandangi ponselnya.

"Wow.. Daebak, mungkin saja ya yang masuk sekarang itu Eksmud." Ucapnya sambil cekikikan.

"Apaan Eksmud?" Tanya Zahra.

"Eksekutif muda." Jawab Nura.

Kami pun hanya tertawa. Memang seperti inilah keseharian kami, para jones yang terlalu terobsesi sama cerita novel. Hampir setiap ada kesempatan pasti aja khayalan kami itu hasil dari salah satu cerita novel, walaupun sebenarnya aku tidak usah ribet kalau mau sama eksekutif muda, di perusahaan Dad, kenalannya Dad, banyak yang eksekutif muda, tapi aku gak gitu ya, nggak memanfaatkan kekayaan untuk kepentingan pribadi.

***

Sudah pukul 08.50 dan tiba-tiba pintu kelas dibuka. Di sana berdiri Bu Ningsih salah satu guru Akuntansi. Beliau pun masuk ke dalam kelas diikuti dua orang pria dan satu orang wanita. Aku sempat tak berkedip melihat pria itu. Sosok pria tinggi, dengan kulit yang bersih, hidungnya mancung, alisnya tebal, ia memakai kemeja berwarna putih yang begitu rapi. Kelihatan sekali bahwa ia orang yang selalu perfect. Hingga senggolan di lengan ku membunyarkan lamunanku.

"Yya, lo ditanya sama bu Ningsih." Bisik Zahra.

"E..eh.. iya bu, maaf ibu tanya apa?" Jawabku gugup.

"Shaquella, kamu kan ketua kelompok yang Prakerin di Ar's Corp.?" Tanya bu Ningsih.

"Betul saya bu." Jawabku.

"Silahkan kamu ke depan dulu." Ujar bu Ningsih.

Aku pun maju ke depan dengan gugup.

"Kertas ini boleh kamu isi, dan setelah selesai kembalikan pada saya." Ucap Pria itu. Ya tuhan, suaranya begitu adem, walaupun terkesan datar.

"Baik Pak." Ucapku dengan sedikit gugup.

Bagaimana pun aku harus memanggilnya bapak bukan? Masa iya aku panggil ia Sayang. Sudahlah otakku sudah mulai ribet.

Aku pun kembali ke meja ku dan melihat isi kertas itu. Ternyata itu berisi data siswa yang Prakerin di tempatnya. Aku pun segera mengisinya, karena hanya aku, Zahra dan Nura.

Nura yang kepo, terus menyenggol-nyenggol kursiku dari belakang, aku pun langsung membalikkan badan.

"Apa?" Tanyaku sewot.

"Itu apaan?" Tanyanya.

"Daftar nama sama kelas doang, biar gue yang isi." Ucapku.

Ia pun hanya mengangguk dan kembali menatap ke depan kelas. Dasar.

Tiba-tiba si pak ganteng menghampiri meja ku.

"Sudah?" Tanyanya.

"Su..sudah pak." Ucapku. Ini mulut bego banget sih kok pake gugup segala.

"Boleh saya ambil?" Tanyanya.

"Hati saya juga boleh kok pak."ujarku tapi dalam hati.

Aku pun hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Selamat pagi adik-adik." Ucap laki-laki yang satunya yang sepertinya sudah senior karena umurnya sudah kelihatan tua. hehehehe

"Pagi.." Ucap kami serempak.

"Ok, hari ini kami datang dari Ar's Corp. Sebagian teman kalian juga ada ya yang Prakerin di tempat kami, kami di sini akan memberikan pendalaman materi untuk kalian. Sebelumnya saya memperkenalkan diri dulu. Nama saya Hadrian selaku wakil manajer." Ucapnya dan kemudian memberikan kode pada rekannya untuk memperkenalkan diri.

"Saya Reiska Aurelia selaku staff Accounting." Ucap perempuan itu.

"Saya Adrian Arjune Favian selaku staff Accounting." Ucap si ganteng itu.

Ooh.. jadi namanya Adrian, oke aku akan stalking Ig nya nanti.

Kemudian.. blablabla... mereka menerangkan tentang segala hal yang berkaitan dengan kantor. Aku pun hanya fokus setengah, dan sisanya aku fokus pada Pak Adrian.

***

"Hei, ngelamun mulu ada apa sih?" Tanya Lia.

Kami sekarang telah berkumpul di salah satu restoran di Mall.

"Nggak apa-apa kok." Ucapku sambil meminum Jus Strawberry.

"Mikirin Pak Adrian ya, hayoo.." Tebak Anti dan ucapannya adalah benar.

Aku sendiri bingung, apa aku jatuh cinta pada pandangan pertama? Atau justru itu hanya rasa kagum pada seseorang. Kadang aku bingung membedakan antara Cinta dan Kagum, karena keduanya hampir sama.

"Kenapa gak coba Stalking Ig nya aja sih Yya?" Ucap Zahra.

Aku pun baru tersadar sekarang.

"Good Idea." Ucapku sambil kemudian mengambil ponsel dari saku rok ku.

Setelah beberapa saat..

"Yes, ketemu." Ucapku.

Nura yang memang kepo, dan ada di sebelahku, langsung menengokkan kepalanya ke handphone ku.

"Wow... dia ganteng ya." Gumamnya.

"Jangan dilihat, ini punya gue." Ucapku sambil membalikkan ponsel ku.

"Slow.. aja kali bu." Ucapnya.

"Gitu ya yang baru ngerasain cinta.." Ledek Widya.

"Gitu ya yang udah punya pacar." Jawabku.

Ia pun hanya mengerucutkan bibirnya.

"Kok kalian malah ngomongin itu sih, lupa ya sama manajer Restoran ini." Ucap Zahra.

"Emangnya mana?" Tanya Nura dan Anti serempak.

"Tuh dia baru aja keluar dari ruangannya." Ucap Zahra menunjuk dengan dagunya.

Kami pun menengok ke arah yang sama, dan benar saja manajer ganteng itu tengah berbincang dengan salah satu pegawainya.

Kami pun tertawa melihat kebodohan kami yang selalu datang ke restoran ini karena manajernya yang menarik perhatian.

---

"Tapi kalau misalnya pak Adrian udah ada yang punya gimana?" Tanya Anti memecahkan keheningan kami yang tengah makan.

"Gue yakin dia masih single." Ucapku mantap tanpa mengalihkan pandangan dari handphoneku.

"Apa emangnya yang membuat lo yakin?" Tanya Widya.

"Nih coba lo baca komenan teman-temannya pak Adrian, kebanyakan dari mereka meledek pak Adrian yang JOJOMA." Ucapku sambil menyerahkan handphone ke arah Widya.

"Apaan JOJOMA?" Tanya Nura.

"Jomblo-Jomblo Mapan." Jawabku sambil tertawa dan kemudian diikuti teman-teman ku yang tertawa.

"Sini coba gue baca." Ujar Nura sambil mengambil Hp dari tangan Widya, kemudian ia pun terlihat serius membaca di layar datar itu.

"Nih handphone lo. Gue juga yakin sih, kalau pak Adrian itu masih single." Ucap Nura sambil menyodorkan Hp ke arah ku.

Aku pun segera menutup Aplikasi Instagram yang baru ku buka, tanpa lupa aku ngefollow dulu pak Adrian.

"Kalau begitu..." Ucap Lia.

"Fighting!!!!" Ucap mereka serempak.

"Ahhhh... makasih sayang-sayang ku. Berarti kalian menyetujui gue?" Ucapku.

Mereka pun dengan serempak menganggukkan kepalanya.

"Gue bahagia banget sekarang." Ucapku dengan mata berbinar-binar.

"Kalau bahagia traktir dong." Ucap Anti.

"Oke, gue traktir kalian hari ini. Dan juga nanti." Ucapku sambil memandang ke atas membayangkan sesuatu.

"Nanti kapan?" Tanya Zahra merusak suasana.

"Nanti kalau gue jadian sama Pak Adrian." Ujarku.

Kami pun tertawa bersama.

"Gue do'a in deh lo jadi sama pak Adrian." Ucap Nura.

"Aamiin.." Ucap mereka serempak.

Aku pun ikut mengamini dalam hati. Gini nih kalau punya sahabat enak, punya tempat curhat. Bukan hanya tempat curhat sih, tapi tempat segalanya, termasuk tempat marah-marah. Eh enggak deh nggak jadi.

Sahabat itu orang yang selalu ada buat lo, dia yang mengerti akan hidup lo, dan dia yang nggak pernah bosan dengerin cerita lo yang bisanya terus diulang-ulang.

***





Sesuai janji aku update nih :)

Btw, "Yya" itu panggilannya Ayya sengaja aku pake double Y supaya gak ketuker sama "ya" biasa okay ngerti kan?? :D

kasih vote sama komentarnya ya.. Gumawwo :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top