Epilog
“Saya terima nikahnya Shaquella Naraya Balla Binti Dane Khana Balla dengan maskawin 24,18 gram emas dibayar tunai.”
Setitik air bening lolos dari mataku, kuucapkan syukur pada sang pencipta atas segala anugerahnya kepadaku.
“Selamat kak. Ayo bersiap bentar lagi kak Adrian kesini.” ucap Carolline sambil memelukku dari samping.
Aku pun mengangguk dan menatap sekilas pantulan diriku di cermin.
Ceklek
“Mommy.” renggekku ketika mengetahui bahwa Mommy yang membuka pintu.
“Selamat sayang, kamu sekarang telah sah menjadi isterinya Adrian. Jaga sikap kamu, dan jadilah isteri yang taat pada Allah dan suami.” ucap Mom sambil mencium puncak kepalaku.
Aku tak kuasa menahan tangisku. Rasanya baru kemarin aku bermanja dengan Mommy dan sekarang aku akan berpisah dengannya.
“Tanggung jawab Daddy telah berpindah pada suamimu. Oleh karena itu bantulah suamimu agar senantiasa dapat mengemban amanat itu. Dampingi dia dalam segala kondisi karena hakikatnya seorang suami yang hebat pasti mempunyai isteri yang hebat juga.”
Aku melepaskan pelukan Mom dan segera memeluk Daddy begitu mendengar suaranya.
“Terima kasih Dad telah menjadi seorang Daddy yang hebat untuk Ayya.” ucapku dalam pelukannya. Tidak ada balasan hanya ada elusan lembut di kepalaku.
Daddy menguraikan pelukannya, dia memandangku sekilas dan kemudian menghapus sisa-sisa air mataku. Dapat kulihat mata Dad yang berkaca-kaca. Ini bukan cengeng, karena setiap ayah yang akan melepaskan puterinya pasti merasakan perasaan sedih.
“Selamat kak, semoga lo dapat mengukir cerita bahagia setiap saatnya.” ucap Bian yang berdiri di samping Mom.
“Makasih dek, lo cepetan lulus dan segera nikah. Tuh calon udah nunggu.” ucapku sambil tertawa pelan dan melirik sekilas ke arah Carolline.
“Temui suamimu, dia sudah menunggu di depan pintu. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama, nanti dia berakar.” ucapan Dad mengintrupsi ku yang tengah sedikit tertawa.
Aku memberenggut kesal tapi tak ayal aku melangkahkan kaki menuju pintu.
Dengan sigap Carolline membukakan pintu. Aku sedikit gugup ketika menatap mas Adrian yang sekarang tengah menatapku intens.
Kulangkahkan kaki perlahan hingga sampailah di depannya. Aku tak berani mengatakan apa-apa dan hanya diam mematung hingga mas Adrian menyodorkan sebelah tangannya.
Dengan segera kucium sebelah tangannya sebagai tanda baktiku pada suami.
Cup..
Satu kecupan lembut mendarat di keningku. Aku yang baru pertama seperti ini seketika merasakan bahwa pipiku memanas.
Adrian mendekatkan bibirnya ke samping wajahku dan ia berbisik.
“Terima kasih telah mau menungguku, terima kasih telah bersabar untukku, terima kasih untuk selalu mencintaiku, dan terima kasih telah menjadi isteriku.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top