Permohonan
Chapter 8
Sosok pria dengan helaian raven nya yang bergoyang tertiup angin lembut. Ia hanya terdiam berdiri di bawah pohon sakura yang sedang bermekaran. Langit mulai nampak menggelap dengan tetesan air seperti air mata mulai turun dari atas sana. Tangannya terangkat saat satu bunga sakura jatuh dan membiarkan telapak tangannya untuk menyangganya. Rintik-rintik hujan yang mulai turun tidak membuatnya pergi untuk sekedar menyelamatkan diri agar tidak basah, tapi pandangannya terpaku pada bunga indah itu...
"Kau datang untukku, Sakura."ucapnya seraya menatap bunga yang berada di genggamannya dengan senyuman.
...
Tidak kah kau percaya jika ucapanmu itu seperti memanggil dan terkabul untuk seseorang yang sudah terikat benang merah di masa lalu dan mendatang?
My Princess
Naruto © Masashi Kishimoto
Story by KiRei Apple
U. Sasuke x H. Sakura
.
.
.
.
Don't Like, Don't Read!
.
.
.
.
.
Chapter 8
.
.
-oOo-
Gaara melirik Sakura melalui ekor matanya. Sekarang mereka sudah tiba di parkiran sekolah, namun sejak tadi gadis ini hanya terdiam dan entah melamunkan apa dan karena hal itu lah membuat hatinya dilanda rasa cemas sekarang.
"Sakura."
Sakura menoleh dengan pandangan yang jelas sekali terlihat seperti memikirkan sesuatu. Raut wajahnya seolah menjawab semua apa yang di pikirkan Gaara jika gadis itu sedang memikirkan hal membuatnya kebingungan.
"Ya."
Gaara menghela nafas pelan dan mengelus surai pink Sakura. "Ada apa?"tanyanya menanyakan keadaan Sakura dan berharap gadis itu berbicara kepadanya, tentang keadaan yang sepertinya mengganggu gadis itu.
Sakura menggeleng. "Tidak apa-apa."
"Katakan saja apa yang mengganggumu." ucap Gaara yang masih bersikeras ingin tahu apa yang terjadi. Dan ia memang benar-benar sangat mencemaskan keadaan Sakura saat ini.
Hening. Gaara menunggu Sakura untuk berbicara dan siap untuk mendengarkan. Tapi jika tidak, mereka harus segera keluar dari mobil dan masuk ke kelas.
"Mimpi," Sakura mulai berbicara hal yang meresahkannya. Sedangkan Gaara mendengarkan dengan seksama. "Seseorang memanggilku."
"Seseorang?"
Mengangguk, Sakura kembali berbicara. "Suaranya begitu kesakitan dan aku..." ia tidak meneruskan perkataannya dan tiba-tiba meneteskan air matanya -menangis.
"Apa kau sangat merindukan duniamu?" tanya Gaara tentang dunia pada zaman yang ditinggalkan Sakura.
"Ya. Tapi aku takut, Onii-sama."
Suara Sakura terdengar sangat memilukan bagi Gaara. Apa di sini Sakura merasa tertekan? Dan pikiran tentang semalam kembali mengingatkannya.
"Apa kau ingin kembali?" tanya Gaara dan mengahapus air mata Sakura. Demi Tuhan, kenapa hatinya berdenyut ngilu melihat kesedihan yang sangat jelas ini. Sosok yang mengaku adiknya di masa lalu yang tersesat di dunia yang asing baginya dan kini ia sangat yakin Sakura bahkan orang-orang yang menyayangi nya sangat merindukan sosok gadis musim semi ini tak terkecuali dirinya yang juga merupakan kakak Sakura di dunia sana yang bisa ia rasakan betapa menderitanya dirinya jika kehilangan sosok yang di sayangi nya.
Sakura memeluk tubuh Gaara. "Aku... " entahlah. Ia ingin kembali namun seperti ada sesuatu yang menahannya di sini. Dunia ini sangat asing tapi bisa bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi tanpa harus melihat pertumpahan darah yang sangat menyeramkan lah membuatnya bahagia dan hal lain yang pastinya adalah bertemunya dengan seseorang yang entah reinkarnasi atau hanya mirip sang suami.
Gaara mengelus punggung Sakura untuk menenangkan'nya. "Katakan lah keinginanmu dan aku akan berusaha memenuhinya."
Ya. Seberat apapun ia harus melakukan permintaan Sakura walau pun harus mengembalikan'nya ke dunia dimana dia -permaisuri- itu semula berada. Meskipun ia tifak tahu bagaimana caranya, tapi ia akan mencari jalan dan cara meskipun pada kenyatannya ia tidak rela harus melepaskan Sakura. Tapi, untuk saat ini atau pun selamanya biarkan lah tetap seperti ini dengan Sakura yang berada di sisinya.
"Ayo, kita ke kelas!" Gaara mengajak untuk segera ke kelas sambil melepaskan pelukannya dan tersenyum tipis.
Sakura menghapus air matanya dan mengangguk. "Hm, Onii-sama ."
Ya. Ia harus kuat dan ia harus bisa melewati kehidupan ini, meskipun sangat berat dan semakin dipenuhi kebimbangan.
Keluar, mereka berjalan berdampingan menuju kelas. Gaara mengantarkan Sakura terlebih dahulu sebelum ia pergi ke kelasnya setelah orang yang ia percayai juga baru tiba di kelas yang sama dengan Sakura.
.
.
.
Istirahat, Sakura duduk sendiri di atap sekolah. Menatap langit, ia kembali mengingat bisikan atau suara dalam mimpinya. Suara itu terdengar sangat menyakitkan...
Kenapa?
Siapa?
"Sasuke- kun ."
Suara langkah kaki membuatnya tersentak dan refleks menoleh. Iris zamrud-nya membulat melihat siapa yang datang. Bukan Gaara atau Sasuke yang diharapkan'nya melainkan...
"N-Neji- sama."
... ya, Hyuga Neji yang berjalan pelan tanpa mengatakan apa pun.
Sosok Neji terlihat berbeda. Auranya tidak seperti biasanya dan Sakura merasakannya. Ini seperti sosok yang sangat dikenalnya.
"N-Neji- sama."
Neji berhenti tepat di depan Sakura. Masih tidak bersuara dan hanya menatap Sakura dengan pandangan yang sulit diartikan. Perlahan, Neji merendahkan tubuhnya dan berlutut tepat di depan Sakura.
"Maaf membuatmu takut." Neji mengulurkan tangan pada gadis yang sepertinya selalu ketakutan jika melihatnya.
Sakura menatap uluran tangan itu dengan perasaan ragu.
Neji mendengus dan mengambil tangan Sakura kemudian menggemgamnya untuk berjabatan.
"Kita belum kenalan bukan. Aku, Hyuga Neji." ucapnya memperkenalkan dirinya.
"A-a..."
"Kenapa saat bertemu kau melihatku seperti melihat hantu saja, Sakura- san ." keluh Neji karena sikap Sakura sepertinya masih takut padanya.
"Maaf."
Menoleh, Neji terkekeh pelan melihat gadis yang sepertinya benar-benar takut padanya. "Akan aku maafkan asal kau tidak selalu melihatku seperti orang ketakutan."
'Dia bukan Neji- sama , Sakura.' yakinkan Sakura pada dirinya sendiri.
Tersenyum, Sakura mengangguk. "Hm. Aku hanya ingat seseorang."ucapnya pada Neji. Setidaknya lelaki di depannya ini bukan sosok itu. Sosok yang membuatnya merasa takut dan bersalah.
"Jika begitu,"Neji kembali mengulurkan tangannya dan disambut oleh Sakura. "Kita teman sekarang, oke."
"Ya... teman."
Menghembuskan nafas pelan Neji duduk di samping Sakura. Kini ia bisa melihat pemandangan apa yang tersaji dari posisinya saat ini. Langit yang sedikit meredup dan terasa angin yang berhembus kencang.
"Kau sepupu Gaara?" Neji bertanya dan memulai pembicaraan disaat suasana sempat hening. Padahal ia sangat suka keheningan. Namun, entah kenapa ingin sekali ia berbicara panjang lebar dengan gadis yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
"Iya."
"Di mana tempat tinggalmu sekarang?"tanyanya dan ia merutuki diri sendiri karena pertanyaanya sendiri. Itu terkesan to the point sekali.
"Bersama Gaara- kun ."
Neji hanya mengangguk mengerti. Ia pun akan melakukan hal yang sama jika seorang seperti Sakura yang baru pertama kali ke Konoha dan tidak mungkin membiarkannya tinggal ditempat asing.
"Em, Sakura," Neji melirik Sakura yang sepertinya masih menikmati suasana ini.
"Hm."
Neji beranjak. "Aku akan kembali ke kelas, apa kau..."
"Tidak." Sakura menggeleng pelan dengan senyuman tipis. Ia masih ingin di sini karena suasana yang nyaman untuknya. "Aku di sini saja." ucapnya melanjutkan.
"Baiklah, kalau begitu aku duluan." Ujar Neji yang kini melangkah pergi meninggalkan Sakura di atap sendirian.
Hembusan nafas terdengar berat saat Neji sudah tidak terlihat lagi dari pandangannya. Sejak tadi,Sakura berusaha menahan sikapnya pada Neji. Sekuat apa pun dan usahanya untuk tetap menerima sosok itu di kehidupan sekarang yang memang berbeda dengan masa lalu yang di tinggalinya.
"Sampai kapan aku di sini." keluhnya.
.
.
.
Gaara mendengus kasar saat tugas yang diberikan Orochimaru- sensei akhirnya sudah selesai. Sejak dua jam ia berada di ruangan guru untuk memeriksa hasil ulangan anak kelas satu. Namun pikirannya terus tertuju pada Sakura. Ia cemas karena memikirkan Sakura yang entah istirahat tadi makan siang atau tidak. Pasalnya,ia tidak memberikan uang untunya. Ingin sekali menghubunginya namun ponsel miliknya tertinggal di kelas.
Membereskan semua tugas itu ia beranjak keluar. "Sepertinya dia tidak makan."gumamnya dan beranjak pergi.
Namun, saat tangannya akan memegang knop pintu, seseorang terlebih dahulu mendorongnya membuatnya memundurkan langkahnya kembali.
"Kau."
Orang itu ternyata Sasuke yang membawa lembaran soal yang sepertinya kertas ulangan.
"Hn." gumam Sasuke yang berjalan melewati Gaara menuju meja Kakashi- sensei.
Gaara terdiam sesaat. Ada yang ingin di bicarakannya, namun sepertinya ia belum yakin akan apa yang akan dikatakannya nanti.
"Gaara."
"Hm."
Sasuke berbalik dan menyender pada meja Kakashi- sensei. Netra kelamnya menatap Gaara sesaat sebelum beralih pada jendela yang terbuka.
"Sakura... apa benar dia dari masa lalu?"tanyanya kembali tentang kebenaran yang ingin sekali ia bisa percayai.
"Kau bisa menilainya sendiri, Sasuke."
"Aku tidak mengerti," Sasuke mulai berbicara. "Setiap aku melihatnya kenapa ada sesuatu hal aneh yang terjadi padaku di sini."ucapnya dengan menunjuk dadanya sendiri.
Gaara mendengus mendengar ucapan Sasuke. Ia yakin jika Sasuke mulai menyukai Sakura dan dia terlalu lambat atau bodoh untuk menyadarinya dengan cepat.
"Aku pun awalnya seperti itu," Gaara berbicara awal pertemuannya dengan Sakura. Gadis aneh yang ada di hutan dengan penuh noda darah di kimono cantiknya. "Tapi sekarang aku bisa merasakan apa yang dia rasakan."
"Apa benar aku adalah suaminya?"
Gaara mendengus. "Itulah yang dikatakannya."Memang benar apa yang dikatakan Sakura jika Sasuke adalah suaminya dan ia sebagai Kakaknya. Karena itulah hatinya seperti tergerak ingin selalu melindunginya.
"Gaara."
"Hm."
"Apa Sakura mengenal Neji?"
Pertanyaan Sasuke membuat Gaara terdiam sesaat. Dan sepertinya ia ingat akan sesuatu. Nama Neji pernah diceritakan Sakura. Namun saat itu ia tidak terlalu memperhatikannya karena masih menyangka jika Sakura gadis yang sepertinya kehilangan ingatan.
Neji.
Neji dalang penyerangan dan dia orang yang membunuh suami Sakura -Uchiha Sasuke.
Tubuh Gaara menegang. Apa mungkin sosok Neji pun sama dengan Neji di masa itu? Dengan rasa penasarannya, Gaara menanyakan apa maksud pertanyaan Sasuke tadi.
"Kenapa kau bisa bertanya seperti itu?"
"Sakura selalu terlihat takut saat melihat Neji, dan pernah pingsan saat pertama kali berpapasan dengan Neji."
Neji.
Kenapa semua orang di sini hampir berkaitan dengan zaman dulu? Dan, jangan sampai Neji sekarang pun menyukai Sakura.
'Kenapa runyam sekali.' keluh Gaara dalam hati.
Sasuke menalikan alisnya melihat Gaara yang sepertinya gelisah, memikirkan sesuatu. "Kau mengingat sesuatu?"
"Ya." Gaara mengangguk.
"Hn."
"Neji adalah orang yang membunuhmu dan juga..." Gaara menghentikan perkataannya membuat Sasuke mendengus kasar. Menghela nafas, Gaara melanjutkan kembali perkataannya. "... orang yang mencintai Sakura."
"Apa?" Sasuke sedikit berteriak tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Gaara. Neji? Mencintai Sakura dan membunuhnya?
Gaara mendengus dan berjalan ke pintu. Ia berkata sebelum keluar dari ruangan guru. "Itu yang di ceritakan Sakura." ucapanya dan melangkah keluar meninggalkan Sasuke yang masih dalam keadaan ketidak percayaannya itu.
"Neji?"
Sungguh. Ia tidak menyangka jika temannya itu membunuhnya walau itu hanya di masa dulu.
-oOo-
Malam menjelang, Sakura meletakan piring-piring yang selesai ia cuci ke rak. Melepaskan kain yang Gaara sebut apron itu dan menggantungkan'nya di samping lemari pendingin -Sakura ingatnya benda itu adalah lemari dingin seperti musim dingin- Sakura berjalan menghampiri Gaara yang sedang duduk di sofa dan menonton televisi dengan buku-buku di meja. Awal saat ia tahu benda kotak yang memperlihatkan orang-orang di dalamnya itu adalah televisi memang membuat Gaara kelabakan. Bagaimana tidak, saat Gaara sedang menonton drama dan ada orang penuh darah dengan histerisnya ia ingin masuk dan menolongnya. Dan lambat laun Gaara menjelaskan tentang benda yang bagi Sakura sangat menghibur dan juga membuatnya selalu ingin sesuatu karenanya. Contohnya seperti es krim, kue dan lain-lain nya yang membuatnya ingin mencoba makan.
"Apa ada tugas?" Sakura duduk di samping Gaara dengan kaki di ayun-ayunkan.
Gaara mengangguk. "Ini hampir selesai." jawabnya yang masih fokus pada buku yang di kerjakan'nya.
Sakura bergumam dan mengalihkan pendangannya pada televisi. Dua orang memakai yukata berbicara tentang Festival hanabi yang akan diadakan di pusat kota lusa nanti. Melihat pakaian tradisional itu membuat senyuman Sakura mengembang.
"Ne, Onii-sama, apa aku boleh ke sana?" Sakura bertanya akan keinginannya melihat hanabi dan memakai yukata itu. Di sini sangat jarang melihat orang menggunakan pakaian seperti itu dan ia sangat merindukannya.
Gaara melirik televisi yang kini masih menampilkan iklan itu. Lusa ia harus kembali ke Suna untuk mengunjungi rumahnya. Ia sebenarnya akan mengajak Sakura ke Suna tapi, melihat wajah bahagia itu kemungkinan membuatnya harus membatalkan keinginannya mengajak Sakura.
"Hn."
"Benarkah? Tapi aku ingin pakai Yukata." sangat jelas terlihat Sakura sangat menginginkan pergi ke sana.
"Besok kita ke butik Temari- nee."
Senyuman Sakura mengembang dan refleks langsung memeluk tubuh pemuda yang duduk di sampingnya. " Arigatou Onii-sama."
Gaara tersenyum dan mengelus surai merah muda Sakura lembut. "Aku sudah berjanji akan melakukan apa pun bukan?"tanya Gaara dan dijawab anggukan Sakura.
Setidaknya Sakura bahagia dan apa pun akan ia lakukan untuknya asalkan Sakura tetap berada di sini, dunianya sekarang. Egois? mungkin ia seperti itu. Tapi ia sudah menyayangi gadis ini dan menginginkan'nya tetap disini, jika bisa untuk selamanya.
-oOo-
Sakura berdiri di samping Gaara yang sedang menekan tombol di depan rumah besar yang tidak asing bagi Sakura. Gaara mengatakan jika ia tidak bisa pergi ke festival itu dikarenakan sudah berjanji kepada keluarganya akan pulang. Jadi ia meminta seseorang untuk menemani Sakura sekaligus menjaganya sementara untuk tiga hari selama ia di Suna.
Pintu terbuka.
Sosok wanita cantik terlihat senang melihat siapa yang datang.
"Sakura- chan. " ujarnya senang dan langsung memeluk Sakura. Melepaskan pelukan singkat itu, tatapannya beralih kepada pemuda yang di samping Sakura. "Gaara- kun , bagaimana kabar kalian?"
Gaara membungkuk hormat dan menjawab. "Kami baik-baik saja, Uchiha- san. "
Mikoto menepuk-nepuk pundak Gaara dengan kekehan kecilnya. "Berapa kali aku katakan jangan pangil seperti itu." ucap Mikoto yang gemas karena Gaara masih memanggilnya seformal itu.
"Hn."
"Ayo!" seseorang muncul di belakang Mikoto membuat semuanya menoleh dan menatapnya.
Sasuke sudah siap dengan pakaian casualnya. Jeans dengan atasan kaos hitam. Sedangkan untuk sepatu ia hanya menggunakan sneakers.
"Sasuke- kun ," Mikoto melihat penampilan anaknya dengan senyuman. "Kalian akan pergi bersama?"tanyanya kemudian.
"Sakura ingin ke festival Ba-san, " Gaara mengatakan tujuannya ke sini. "Aku harus ke Suna lagi dan titip Sakura selama aku pulang jika Ba-san tidak keberatan."
"Tentu saja boleh dan selamanya juga tidak apa-apa." Mikoto terkekeh dan sangat terlihat senang karena Sakura akan tinggal kembali.
Gaara tersenyum dan membungkuk. "Jika begitu aku pamit Ba-san ."pamit Gaara dan berbalik menghadap Sakura. "Jika ada apa-apa hubungi aku." ujar Gaara dan mengelus surai merah muda Sakura kemudian melangkah pergi menghampiri mobilnya.
Sakura melambaikan tangannya dan dibalas Gaara yang mengeluarkan sebelah tangannya dari kaca mobil dan balik melambai. Seulas senyum Sakura tunjukan mengiringi kepergian Gaara dari pekarangan rumah Sasuke.
"Sasuke- kun cepat pergi sebelum terlambat." Mikoto mengingatkan anaknya untuk segera berangkat ke Festival.
"Hn." gumam Sasuke yang langsung berjalan menghampiri Sakura. "Ayo!"ajaknya dan mengulurkan tangannya kepada Sakura.
Sakura terlihat ragu dan bingung harus bagaimana. "A-ayo."
Menghembuskan nafas perlahan, Sasuke langsung menarik tangan Sakura dan berjalan menuju mobilnya. "Nanti terlambat."ucapnya dengan menggandeng tangan Sakura.
Sakura mengangguk dan tersenyum. "H-hai. Sakura pergi dulu Ba-san. " pamitnya kepada Mikoto yang membalasnya dengan anggukan.
"Bersenang-senang lah." ujar Mikoto sedikit mengencangkan suaranya karena mereka sudah akan memasuki mobil.
Mikoto melihat pemandangan itu terlihat sangat senang dengan kedua netra kelamnya berbinar indah.
"Masa muda yang indah."ujarnya dan berbalik masuk.
-oOo-
Sasuke dan Sakura berjalan di tengah-tengah ramainya pengunjung di festval itu. Terdapat stand-stand berbagai jenis mulai dari makanan, souvenir, games dan lainnya pun ada di sini. Mereka jalan berbarengan dan Sakura terlihat antusias menikmati ini. Banyak yang menggunakan Yukata dan terlihat bahagia dengan tawa kecerian yang jelas terlihat.
"Sasuke- kun boleh aku beli dango itu?"
Sasuke menghentikan langkah saat Sakura menunjuk stand penjual makanan. Dango, itu adalah makanan kesukaan Kakaknya juga.
"Hn, ayo!" Sasuke berjalan ke penjual dango diikuti Sakura yang tersenyum cerah.
"Mau berapa?"
"Banyak."
Satu alis Sasuke mengeryit karena permintaan Sakura. ''Kau belum makan?" tanyanya.
Sakura tersenyum. "Sudah, cuman aku suka dango."kata Sakura.
Mendengus, Sasuke memesan dango untuk Sakura. Orang-orang mulai padat karena kemungkinan sebentar lagi kembang api akan dinyalakan dan Sakura terlihat antusias berada di tempat ini. Sungguh, walau pun ia benci keramaian tapi, melihat Sakura yang terus tersenyum membuatnya menikmatinya juga.
"Sakura."
"Ya."jawab Sakura yang kini menoleh kepada Sasuke.
"Kau tunggu di sini aku akan membeli minuman dulu, bisa?" tanya Sasuke yang sedikit ragu.
"Ya, aku menunggu di sini." ujar Sakura dengan senyuman tipis.
'Ia harus bisa dan tidak boleh merepotkan Sasuke.'
Sasuke nampak ragu, dan itu terlihat jelas di mata Sakura. Dengan senyuman meyakinkan Sakura menyentuh lengan Sasuke dan berkata.
"Aku janji akan menunggu di sini."ucapnya meyakinkan.
Menghela nafas pelan Sasuke bergumam dan berbalik pergi mencari minuman untuk mereka.
Sakura terus tersenyum melihat punggung Sasuke yang kini menghilang di tengah kerumunan orang-orang. Senyumannya kini berganti menjadi senyuman sendu tatkala sepintas ingatan masa lalunya terngiang kembali.
''Kembalilah Sakura Hime."
Sakura terus melamun dengan pikirannya sendiri hingga tidak tahu jika sekelompok anak muda tengah berdiri di depannya dan memeperhatikannya.
"Hey Nona kau sendirian?" tanya seorang pemuda berambut jingga yang sedikit membungkukan badannya hingga wajahnya sejajar.
Sakura terkesiap dan refleks memundurkan langkahnya. "K-kalian siapa?"tanyanya melihat pemuda-pemuda di depannya.
Pemuda berambut jingga terkekeh kecil sedangkan teman-temannya kini duduk di kursi panjang yang ada di tempat itu. Pemuda berambut jingga tersenyum dan berujar, "Kami juga pengunjung yang ingin melihat hanabi. Jika kau sendirian boleh gabung bersama kami."ujarnya menawarkan Sakura bergabung menikmati hanabi bersama-sama.
"A -"
Perkataan Sakura terhenti saat seseorang juga berbicara kepada pemuda itu.
"Hey, Pein sudah pesan belum dango'nya?" pemuda berambut merah datang dan bertanya kepada temannya yang bernama Pein itu.
Sakura terpaku. Bukan karena melihat ketampanan mereka melainkan pemuda bermabut merah yang baru saja datang dia...
"Nagato." Pein mendengus. Ia lupa karena saat akan memesan malah menemukan gadis yang melamun sendirian.
"Aku belum pesan."ujarnya.
Nagato.
Nagato.
"Maafkan saya yang Mulia."
Dia orang yang dipercayai namun berkhianat.
Nagato memukul kepala Pein dan mendengus. Tatapannya kini terpaku kepada gadis cantik yang diajak berbincang oleh Pein. "Siapa namamu Nona? Kau tersesat?"
Sakura menggeleng dan memundurkan langkahnya dengan pandangan yang terus menatap pemuda merah itu.
"T-tidak..." ujar Sakura dengan suara bergetar dan membuat kedua pemuda itu kebingungan karena gadis berambut merah muda itu melihat mereka seperti ketakutan.
"H-hey kami tid -"
Perkataan Pein terhenti karena gadis itu malah berlari pergi.
"Gara-gara kau Nagato aku gagal mempunyai pacar." decak Pein sedikit kesal.
Nagato mendengus. "Apa salahku."keluhnya yang memang tidak merasa ada apa-apa dan bersalah sedikit pun. Lagi pula gadis itu pergi begitu saja bukan?
"Hn. Kau yang bayar semua dangonya."
Nagato hanya memutar matanya bosan karena perkataan Pein. Bisa-bisanya dia memanfaatkan situasi ini dengan memanfaatkannya, lagi.
"Ya."
...
Sasuke terus berjalan dan pendengarannya sedikit menangkap ketika para pemuda yang sedang memakan dango berbicara tentang seorang gadis.
"Dia sangat cantik seperti putri kerajaan Nagato, lihat saja rambutnya seperti musim semi. Tapi karena kau dia kabur."
Musim semi?
Apa mungkin itu Sakura? Tapi bukan kah ia sudah berjanji akan menunggunya? Bergegas, Sasuke sedikit mempercepat jalannya.
"Sakura."panggilnya saat tiba di penjual dango dan tidak menemukan Sakura di sini.
"Nak ini dangomu." penjual dango memberikan pesanannya.
"Kekasihmu tadi pergi saat akan aku berikan pesanannya. Dia seperti ketakutan karena di tanyai oleh pemuda-pemuda yang juga membeli dango."
Memberikan uang, Sasuke menerima bungkusan dango itu. " Arigatou ." kemudian pergi meninggalkan paman penjual yang tersenyum melihat wajah cemas Sasuke yang sangat jelas sekali terlihat.
.
.
.
.
Sasuke terus betlari dan tidak menghiraukan umpatan orang-orang yang tertabraknya. Sebentar lagi kembang api akan dinyalakan tapi ia belum menemukan Sakura.
"Aku berjanji di kehidupan mendatangpun akan akan bersama dan melindungimu, Sakura."
Sial!
"Sakura!" Untuk pertama kalinya Sasuke berteriak memanggil seseorang. Wajahnya terlihat cemas dengan keringat yang membanjiri wajahnya.
Mengusap wajahnya Sasuke bergumam. "Dimana kau, Sakura."
Semua orang semakin padat dan Sasuke sudah berada di pinggiran hutan kecil yang ada di sisi taman. Matanya menyipit saat melihat siluet seseorang duduk di jembatan kecil sungai yang menghubungkan hutan kecil itu. Berjalan pelan dan mendekat, Sasuke ingin memastikan siapa orang itu.
"Sakura." panggilnya dan langsung berlari saat jarak sudah beberapa meter dan orang itu benar adalah Sakura.
Sakura mendongak. "Sasuke- kun ."ucapnya lega karena Sasuke kini di depannya.
"Kenapa kau pergi?" tanya Sasuke yang sedikit meninggikan suaranya.
Sakura langsung merundukan wajahnya. " G-gomen ."
Mendengus Sasuke meletakan minuman dan dango di bawah dan mengulurkan tangannya kepada Sakura.
"Hn."
"Gomen karena aku pergi begitu saja Sasuke-kun ."
Sasuke meraih tangan Sakura dan mengajaknya berdiri. "Sebentar lagi akan tiba."katanya dengan pandangan menatap langit malam.
Sakura mengikuti arah pandang Sasuke. Langit malam yang penuh dengan bintang terlihat indah dan menyedihkan.
"Sasuke- kun ."
Sasuke menoleh dan menjawab. "Hn."
"Apa kau akan senang jika aku kembali lagi ke masa-ku?"
Hening. Sasuke hanya diam setelah Sakura mengeluarkan perkataan itu.
Senang kah?
Atau...
"Itu hakmu Sakura."
Ia ingin mendengarkan perkataan Sakura apa ia senang di sini atau tidak.
Sakura tersenyum tipis. "Aku bisa pergi dengan tenang jika tidak ada yang memintaku." ujarnya dengan suara pelan.
Sasuke termangu.
Bodoh. Bukan itu yang ingin ia katakan dan inginkan tapi apa?
"Sa -"
Kembang api kini naik dan meledak di langit membuat semua tampak berkilau dan indah.
"Sugoii." kagum Sakura dengan mata yang melihat itu sedikit berair. Sasuke melihatnya tersenyum tipis namun hanya sesaat setelah ucapan Sakura selanjutnya seperti menusuknya.
"Jika aku kembali aku harap kau tidak melup -"
Perkataan Sakura terhenti karena tubuhnya yang tertarik dan kini berada di dekapan Sasuke.
Sasuke memeluk Sakura. Hatinya menolak dengan kata-kata yang terus terucap dari bibir Sakura. Hati terasa sakit dan ia tidak bisa.
"Tetaplah di sini." bisik Sasuke.
Sakura memejamkan matanya saat merasakan pelukan Sasuke semakin menguat. Dia Sasuke-kun dan mereka sama tidak ada yang berbeda.
"Sasuke- kun ."
Sasuke melepaskan pelukannya dan menatap manik emerald di depannya dengan penuh keyakinan.
"Dengar. Kau orang asing tapi hatiku semakin menguat dan meyakinkan diriku jika hati kita sudah jauh terpaut." tangan kanannya terangkat mengelus pipi Sakura. "Aku berjanji di kehidupan mendatangpun akan bersama dan melindungimu, Sakura."tekan Sasuke mengatakan perkataan yang selalu hadir dimimpinya itu.
Sakura membulatkan matanya. "T-tidak mungkin." sangkalnya. Ucapan Sasuke itu adalah ucapan Sasuke , suaminya.
"Siapa pun dirimu aku yakin jika sekarang pun aku mencintaimu."
"Sasuke- kun ..."
Sasuke semakin mendekat hingga jarak kini ia hapus dengan bibirnya yang menyentuh bibir Sakura. Bunyi ledakan dan kilauan kembang api masih menghiasi langit.
"Jika kau tau cara kembali aku akan menghentikannya. Dan jika kau tetap di sini bersamaku akan aku jauhkan dari jalan itu agar tetap bersamaku."
Sakura menitikan air matanya mendengar perkataan Sasuke. Satu sisi ia ingin kembali dan satu sisi, inilah yang juga berat untuk Sakura kembali. Apalagi sekarang Sasuke mengakui perasaannya.
"Kembalilah Hime."
"Sasuke- kun ."
Sasuke kembali membawa Sakura kepelukannya. Tangannya mengelus surai merah muda Sakura dan sesekali mengecupnya.
"Jadikan aku alasan kau tetap di sini, Sakura."
Sakura semakin menitikan air matanya.
'Apa yang harus ia lakukan Onii-sama .'
Dua orang yang melihat dari jauh kejadian itu hanya terdiam. Kedua pemuda itu adalah Naruto dan Neji. Mereka yang melihat Sasuke berlari-lari, tadinya ingin menghampirinya dan penasaran apa yang terjadi tapi terhenti saat tahu jika Sasuke menghampiri Sakura.
"Teme keren~" ujar Naruto dengan mata mengerjap berkali-kali melihat pemandangan itu. Sedangkan Neji hanya diam tanpa ekspresi dengan sorot mata yang tidak bisa ditebak.
"Sebaiknya kita pulang, Naruto." ajak Neji yang berbalik pergi menjauh dari hutan itu di susul Naruto yang sedikit berlari dan menggerutu.
"Aku menyukainya."
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top