Jawaban atas hati yang gelisah
Karena kegelisahanmu akan hatimu maka aku menuntun memberikan jalan dan jawaban untuk itu semua. Kini semua sudah kau temukan dan aku yakin kegelisahan dan ketakutan mu akan kau lewati dengan ketegaran. Do'amu telah terjawab sudah dan aku telah melakukan keinginan hati kecilmu itu karena aku bisa mendengar kesedihanmu.
( Naruto milik Masashi Kishimoto dan saya hanya meminjam tokoh-tokoh miliknya )
Chapter 11
...
"Panas sekali."
Sakura meletakan telapak tangannya pada dahi Gaara yang nampak memerah karena demam. Pria itu hanya terbaring dengan selimut yang menutupi badannya hingga dada. Sejak semalam Gaara demam tinggi dan sekarang pagi datang pun panasnya masih bisa dirasakan dari sentuhan tangannya. Menemani Gaara semalaman, kini satu mangkuk bubur ia siapkan dengan segelas teh hangat. Sakura bersyukur bisa membuatnya karena seringnya ia berkunjung sekaligus belajar memasak di rumah Sasuke. Sekarang ia sudah lebih pandai dalam hal memasak dan tidak lagi terkejut saat melihat kompor yang menyala mengeluarkan api karena yang ia tahu hanya api unggun yang di buat Kakaknya lah yang mengeluarkan api dari kayu.
"Aku tidak masuk sekolah dan aku di sini untuk menemani Onii-sama."
Sakura menyisir rambut merah bata itu dengan pelan agar Gaara tidak terusik dari tidurnya. Wajah damai itu, wajah yang selalu menemaninya sebelum tertidur dan yang tentunya sangat ia rindukan. Walau bagaimana pun Gaara di sini bukan sang Kakak yang selalu memeluknya saat ia menangis, mengajarkannya memanah dan mengejarnya saat ia menjahilinya.
"Aku merindukanmu." bisik Sakura pelan dengan senyuman yang terpatri di wajahnya. Senyuman kesedihan akan perasaan rindu akan sosok pelindung selain Sasuke-nya.
"Jam berapa ini?" suara lemah khas Gaara terdengar sesaat setelah Sakura baru saja ingin beranjak dari sisinya. Gerakannya terhenti saat Gaara menggenggam tangannya dengan wajah lemas yang di tunjukan nya.
Sakura melirik jam yang ada pada meja di samping ranjang.
"Jam delapan pagi."
"Kau tidak bersiap ke sekolah?"
"Tidak."
"Cepat bersiap kit-"
Gaara yang tadi ingin bangun harus mengerang karena kepalanya yang berdenyut nyeri.
"Istirahat saja Gaara- kun ." Sakura mendorong dan memaksa Gaara dengan membaringkan kembali untuk beristirahat.
"Aku baik-baik saja Sakura."tolak Gaara yang merasa baik dan nyatanya tidak ingin merepotkan Sakura.
Sakura tidak mendengarkan perkataan Gaara. mengambil bantal satunya dan meletakannya dengan menumpuk setelah mengangkat Gaara, Sakura membiarkan Gaara tertidur dengan setengah berbaring.
"Aku sudah membuat bubur sebaiknya Gaara-kun makan dulu."
Mengambil mangkuk yang terisi dengan bubur yang masih hangat Sakura mengambil sendokan pertama dan menyodorkan nya pada Gaara.
"Aaa."
Walaupun rasa sakit masih terasa Gaara tidak mungkin salah lihat jika Sakura kini menyodorkan suapan bubur itu kepadanya. Ia pernah di suapi tapi itu sejak ia masih kecil dan kini Sakura melakukan hal itu.
"Aku bukan anak kecil." ucap Gaara dengan wajah yang memerah entah karena demam atau bukan.
"Onii-sama selalu memintaku menyuapinya jika dia sedang sakit." ucap Sakura yang kembali mengatakan tentang sang Kakak.
"Benarkah?"
"Dia tidak akan makan jika bukan aku yang menyuapinya dan hal itu membuat semua orang di istana kewalahan."
Sakura mulai bercerita tentang hal yang dilakukan Kakaknya itu. Seorang Raja yang sangat manja dengan adiknya dan mengingat kenangan itu kembali membuat Sakura tertawa kecil.
"Ada yang lucu?"
Sakura bercerita dengan terus menyuapinya Gaara. Rupanya Gaara penurut tidak seperti sang Kakak yang sangat bebal dan sulit di dekati selain dirinya bahkan Ayah mereka selalu meminta dirinya jika ingin membujuk Gaara demi keinginan atau perintah sang Ayah sekalipun.
"Aku ingat saat hujan Onii-sama menarik ku diam-diam untuk main hujan bersama." mengingat itu, Sakura terdiam sesaat dengan raut yang jelas sekali nampak sedih yang Gaara lihat saat ini.
"Jika itu sedih jangan ceritakan."
Gaara mengelus sisi wajah Sakura dengan lembut. Mendengar cerita Sakura tentang sosok Kakaknya itu sangat menarik baginya apalagi sangat jelas jika sang Kakak yang ia yakini pendahulu dirinya itu sangat menyayangi Sakura dan mereka menghabiskan kebersamaan dengan kasih sayang tiada kira.
Sakura hanya terdiam dengan wajah yang merunduk dan itu membuat Gaara terenyuh melihatnya.
"Kau merindukannya?"
Mengangguk, Sakura meraih tangan Gaara pada sisi wajahnya dan menggenggamnya.
"Aku merindukan nya." jujur Sakura dengan mata yang berlinang.
"Walaupun aku ada di sini?"
"Ini seperti mimpi indah bagiku Gaara-kun . Di sana tetap kehidupanku."
"Bagaimana jika kehendak Kami-sama Kau memang di takdir kan berada di sini, saat ini?"
Bagaimana jika semua ini kehendak kami-sama ?
"Aku bahagia dan mungkin aku hanya terbawa suasana melihat Gaara-kun sakit jadi teringat Onii-sama ."
Sakura masih menggenggam telapak tangan Gaara dan membawanya ke tempat dimana detak jantungnya berada.
"Di sana maupun di sini aku sangat menyayangimu."
Netra jade yang sejak tadi menatap Sakura akhirnya tidak kuasa dengan bukti pandangan yang mulai mengabur. Membawa Sakura pada pelukannya, Gaara berucap ;
"Buatlah rasa sayangmu untuk menjadikan alasan kau ingin tetap di sini."
Gaara mengusap surai merah muda panjang dan mengecupnya pelan. Pelukannya mengerat saat netra jadenya mengalirkan butiran bening yang melintasi wajah rupawannya.
'Aku bisa merasakan betapa rindu dan sayangnya dia kepadamu.'
.
.
.
.
.
"Kenapa lesu sekali Teme?"
Pertanyaan sekaligus godaan Naruto lontarkan untuk sahabatnya yang sejak tadi hanya berdiam di dalam kelas. Jam istirahat sudah hampir usai dan Sasuke tidak sama sekali pergi untuk sekedar mengisi perutnya demi menghilangkan rasa lapar dan Naruto sudah pasti tahu apa penyebabnya.
"Baru sehari saja sudah seperti di tinggal selamanya."
Naruto mengangkat tangan menandakan dia hanya bercanda saat tatapan setan keluar yang di tunjukan Sasuke untuk dirinya. Walaupun Sasuke tidak mengatakan tentang hubungannya dengan sepupu Gaara itu tapi dia tahu karena malam itu ia menyaksikan sendiri bersama Neji.
"Kau akan dehidrasi dan mati selanjutnya."
Satu botol air mineral di berikan Neji pada Sasuke. Neji yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menyerah melihat kelakuan Sasuke yang bertindak berlebihan. Tidak biasanya Sasuke seperti ini, mengabaikan nya, Naruto dan yang lainnya saat jam istirahat. Sepertinya ia harus segera menutup rapat perasaanya pada Sakura demi Sasuke.
"kejam sekali kau Hyuuga." cibir Naruto akan perkataan Neji yang memang tajam seperti biasanya.
"Kau menyukainya kan?"
Satu pertanyaan yang Sasuke ucapkan membuat kedua pemuda itu kebingungan.
"Siapa yang kau maksud Teme , aku?" Naruto yang tidak mengerti menunjuk dirinya sendiri dengan tampang heran.
Sasuke hanya terdiam tidak menanggapi ucapan Naruto dan hal itu bisa Neji pahami jika yang di maksud Sasuke adalah dirinya.
"Sekarang pun aku masih menyukainya." jawab Neji jujur tidak berniat berbohong tentang perasaanya.
"Siapa yang kalian maksud sih."
Naruto yang memang tidak mengerti masalah mereka nampak ke bingungan dibuatnya. Duduk di bangku Sakura-chan ia putuskan untuk menyaksikan dan mendengarkan keduanya dan memastikan tidak akan ada tindakan yang akan merugikan nantinya.
"Kau tahu dia hanya untukku."
Satu kalimat yang sebenarnya menusuk hati tapi Neji tidak ingin melukai siapapun jika dia menunjukan emosi yang berlebihan. Maka dengan senyuman tipis yang di tampilkan, ia hanya menjawab;
"Ya."
"Kau ingin merebutnya?" satu lagi pertanyaan yang Sasuke amat sangat benci mengatakannya. Jujur saja, dengan siapapun ia tidak ingin Sakura menjadi milik orang lain dan dia bertanya begitu saja karena mengingat perkataan Gaara tentang Neji yang berada di masa lalu juga. Ada perasaan yang membuatnya ingin marah, sedih sekaligus mengetahui kenyataan menyakitkan itu. Maka, sekian lama mengganggu pikiran, akhirnya ia memberanikan diri bertanya langsung walaupun Neji sekarang tidak ada sangkut pautnya pada saat itu. Namun, jawaban yang di berikan Neji cukup membuatnya terkejut saat sahabatnya itu mengatakan menyukai Sakura juga.
"Aku sudah berjanji padanya tidak ingin membuatnya menangis dan aku lebih memilih tidak."
Mendengar jawaban Neji membuat Sasuke menghembuskan napas perlahan. Mengambil botol minuman yang di berikan Neji ia pun akhirnya meminumnya.
"Pegang kata-katamu."
"Asal tidak melihat dia menangis saja."
Sasuke menaikan sebelah alis dan menatap Neji dengan penuh selidik. Mendapat tatapan seperti itu, Pria Hyuuga itu hanya mengendalikan bahu dan berbalik pergi keluar kelas.
"Kalian membicarakan Sakura- chan?"
Naruto yang sejak tadi mendengar dan menyaksikan dengan menopang dagu dengan khidmat akhirnya paham apa yang mereka perbicarakan.
"Chk, Baka ."
"J-JADI KALIAN MENYUKAI SATU GADIS YANG SAMA?"
Sasuke mendengus melihat kelakuan sahabat kuningnya yang heboh sehingga membuat beberapa murid yang berada di kelas melihat dan pastinya tahu tentang siapa yang di maksud jeritan Naruto. Tidak ambil pusing, ia memilih melihat jendela yang kini nampak hujan menjadi pelampiasan kegalauannya saat ini. Pikirannya kembali tertuju pada kekasihnya yang entah sedang melakukan apa.
"Sakura."
.
.
.
.
.
"Kau demam Onii-sama."
Haruno Sakura, gadis yang merupakan adik dari putra Raja muda kerajaan Haruno berbaring di samping sang Raja yang sedang sakit. Sang tabib kerajaan mengatakan dan para dayang yang kewalahan karena mengkhawatirkan Kakaknya itu yang sejak pagi makanan maupun obat sama sekali tidak di sentuhnya.
Sang raja membuka matanya perlahan. Pemandangan di depan yang menyambut membuatnya langsung mendengus pelan.
"Lama sekali, kemana saja kau?" tanya sang Kakak dengan suara lemah.
Putri Sakura hanya tersenyum. "Gomen ne, pelajaran ku sangat padat dan Onii-sama tahu sendiri bagaimana belajar tentang tata cara dan apa yang harus dilakukan seorang perempuan keturunan bangsawan, itu sangat melelahkan" keluh Sakura yang memang sedikit tidak suka akan peraturan-pertauran yang mengekang kebebasannya.
Raja muda itu tersenyum hingga matanya menyipit. Menyingkap selimut ia bermaksud untuk menyelimuti adiknya karena sekarang sudah malam dan musim dingin sangat terasa menyiksa jika hanya memakai kimono.
Namun Sakura menolak;
"Kau sedang sakit Onii-sama."
"Tidak apa."
"Jika kau mati aku akan ikut."
"Hn."
"Kau ingin aku mati?"
"Jangan berbicara yang aneh Sakura."
"Jika begitu minum obat dan makanlah!"
Gaara menggeleng lemah melihat penampilan masakan yang baginya sangat tidak enak itu.
"Apa kau mau yang panas? Aku akan menyuruh pelayan membawakan nya lagi."
"Tidak usah." Gaara membuka mulut dan menelan bubur yang Sakura suapi padanya.
Melihat sang Kakak yang akhirnya melakukannya juga, Sakura tersenyum dan mengelus surai merah itu lembut.
"Anak manis, suatu saat akan ada yang menggantikanku."
Mendengar Perkataan Sakura, Gaara meraih tangan Sakura dan menggenggamnya."Tidak akan yang bisa menggantikamu."
"Kau akan menikah Onii-sama."
"Akan aku pertimbangkan jika kau juga menikah."
"Aku masih kecil."
"Empat belas tahun dan kau menyukai Pangeran Uchiha bukan?"
Mendengar penuturan dan tebakan sang Kakak membuat wajah Sakura memerah. Membuang wajah karena malu, ia memilih kembali menyuapinya sang Kakak.
"Sakura."
Sakura telah selesai dengan semangkuk bubur yang akhir di habiskan sang Kakak dan kini beralih mengambil mangkuk obat.
"Minumlah."
Raja muda itu tersenyum dan meminum obat dengan sekali tenggak."Kau marah?"
"Tidak."
"Kau marah?" Sang Kakak kembali bertanya saat Sakura hendak bangun ingin keluar dan Gaara menghentikannya dengan menarik Sakura hingga sang adik duduk kembali.
"Maafkan jika membuatmu tidak nyaman."
"B-bukan begitu Onii-sama aku hanya malu."elak Sakura yang mengatakan kejujuran tentang perasaanya yang mudah sekali di tebak.
Mengehela napas pelan, mungkin juga pengaruh obat yang membuatnya terasa mengantuk Gaara menepuk kasurnya dan menyuruh Sakura tidur dengannya.
"Tidur di sini!"
"Kau sedang sakit Onii-sama sebaiknya-"
Gaara mengangkat selimut dan menarik Sakura."Sudah lama kita tidak tidur bersama memangnya kau tidak merindukanku?"
"Kita sudah besar."
"Sttt."
Gaara membaringkan dirinya dan Sakura saling berhadapan dengan selimut yang menyelimuti mereka.
"Tidurlah!"
"T-tapi."
"Aku perlu tenaga untuk besok bertemu dengan tamu dari kerajaan Hyuuga."
"Kalau begitu aku pergi."
Gaara menahan dengan menyatukan kening mereka dan memejamkan matanya."Diam dan tidurlah!" titahnya menolak bantahan lagi.
"Onii-sama."
"Kau energiku."
Hembusan napas pelan yang kini mulai teratur terdengar dari sang Raja yang nyatanya sudah mulai terbuai dalam tidurnya. Melihat ketenangan yang di tunjukan dari wajah lelah sang Kakak, Sakura membalas genggaman tangan mereka dan bersenandung dengan tatapan yang terus tertuju pada sosok terkasihnya.
"Aku selalu meminta kepada Kami-sama untuk kebahagiaanmu, Onii-sama."
Sang Kakak yang nyatanya hanya berpura-pura terlelap mendengar semua itu dan membalas dengan mengeratkan genggaman mereka.
'Ada dua yang sangat mencintaimu dan meminta kepadaku. Siapa yang akan kau pilih? Jika bersama dengan salah satu mereka kau kesakitan maka aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Bahkan seumur hidup aku bersedia hidup hanya untukmu, Sakura.'
.
.
Musim semi akan tetapi hujan turun membuat Puteri Sakura hanya bisa menikmati pesona alam yang baginya sangat menyejukkan jiwa. Ia menyukai hujan dan bayangan muncul di sana, ia yang bermain hujan bersama Sasuke-kun, Neji-kun, Hinata-hime di taman istana Uchiha. Bagaimana mereka tertawa, dan Sasuke-kun bersama Neji-sama yang mengangkatnya dari kedua sisi. Gelak tawa masih terngiang dengan jelas walaupun itu hanya kenangan mereka. Sebulan lagi ia akan menjadi istri dari Raja muda Uchiha Sasuke yang terpaksa menduduki tahta karena Ayah, Ibu dan sang Kakak yang sudah pergi untuk selamanya dari dunia ini. Uchiha Sasuke yang di haruskan memimpin kerajaan di desak untuk menikah dan ini menjadi sasaran untuk para bangsawan yang ingin menjadi anggota kekerajaan dengan menikahkan putri mereka untuk menjadi sang Ratu. Namun Uchiha Sasuke dengan tegas akan memilih sendiri dan dia datang ke Kerajaan Haruno, menghadap Haruno Gaara untuk melamar Haruno Sakura menjadikannya sebagai Ratu dari kerajaan Uchiha. Sebagai Wali dari Haruno Sakura, Gaara tidak langsung menjawabnya dan dia meminta waktu untuk memutuskan nya meskipun dia tahu bagaimana hubungan dan perasaan sang adik terhadap pemimpin kerajaan Uchiha itu. Nyatanya Sakura masih berumur belum genap tujuh belas tahun dan ia harus memikirkannya dengan masak.
"Kau gugup?"
Raja Gaara bersandar pada dinding dimana sang adik juga bersandar di pintu. Entah sedang memikirkan apa, Sakura sama sekali tidak tahu jika sang Kakak nyatanya sudah berada di kamarnya.
"Onii-sama."
"Ikut denganku!" Gaara mengulurkan tangannya untuk mengajak sang adik.
"Kemana, di luar sedang hujan kan?"
Menarik tangan Sakura, Gaara menuntun Sakura ke taman yang ada di lingkungan kamar adiknya itu.
"Onii-sama, kau bisa sakit." Sakura memayungi sang Kakak dengan kedua telapak tangannya. Walaupun ia yakin itu tidak efektif sama sekali tapi ia tidak ingin sang Kakak sakit karena terkena hujan.
"Sakura."
"Ya, Onii-sama." Sakura mengeraskan suaranya karena sudah pasti karena suara hujan yang membuat semuanya meredam tidak terdengar.
"Sebelum kau menjadi milik Sasuke, habis kan lah waktumu bersamaku."
Sakura terdiam menatap sang Kakak yang nyatanya sangat sungguh-sungguh. Mereka yang kini hanya berdua selalu menghabiskan waktu bersama dan tidak lama lagi ia harus pergi dan meninggalkan sang Kakak. Rasa sedih kembali menguasainya yang sebelumnya ia pura-pura hilangkan. Berbarengan dengan hujan, ia menangis mengingat akan perpisahannya dengan sang Kakak.
"Hm."
Gaara maju selangkah dan merundukan diri demi menggapai kepala sang adik untuk di kecupnya. Waktu begitu singkat baginya dan tidak lama lagi ia harus berpisah dan melepaskan Sakura kepada orang lain.
"Berjanjilah untuk bahagia."
Mengangguk dengan air mata yang masih menetes Sakura pun menjawab keinginan sang Kakak."Ya. Aku berjanji Onii-sama."
"Kau jelek jika menangis."
"Onii-sama." Sakura memukul pelan dada Sang Kakak yang sudah basah kuyup karena hujan masih mengguyur mereka berdua."Aku menyayangi Onii-sama."
"Aku mencintaimu."
Sayang, cinta bagi Gaara semua perasaan yang ia berikan hanya untuk adiknya itu.
.
.
.
Rei Gaara hanya bisa melihat hujan yang turun melalui jendela kamarnya. Sakura memberikan pesan jika dia sedang pergi ke mini market terdekat untuk membeli sesuatu. Mungkin itu tentang pribadi wanita yang membuatnya harus membeli sesuatu yang terdesak. Sakura sudah belajar dari video-video tentang apa yang dilakukan manusia pada umumnya saat ini dari salah satu app yang ada di ponselnya, mungkin.
"Kenapa aku gelisah seperti ini." ucap Gaara yang menyentuh dadanya yang kini timbul perasaan gelisah tak menentu.
Di luar sana pasti dingin karena hujan turun saat musim gugur seperti ini dan semoga saja Sakura memakai pakaian yang tidak membuatnya kedinginan.
"Sakura."
.
.
.
.
.
"Aku harus cepat sebelum Onii-sama bangun."
Sakura sudah selesai dari acara belanjanya dengan hasil yang ia bawa pulang dengan sayur, buah dan beberapa keperluan dirinya sendiri. Satu tangan menjinjing belanjaan dan satu tangan ia gunakan untuk memegang payung transparan. Panggilan kepada Gaara berbeda jika sedang sendiri dan akan memanggil nama sesuai dengan permintaan Gaara jika sedang bersama walaupun sekarang Gaara sudah memperbolehkan ia memanggil dengan sebutan Onii-sama.
Hujan masih deras dan ini sudah sejam lamanya ia berada di luar tanpa ada yang menemani. Sakura bergegas pulang menuju tempat tinggalnya saat ini. Beberapa orang berlalu lalang sama sepertinya saat ini. Mungkin saja jam kantor sudah usai atau pun mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Berjalan dengan menikmati waktunya saat ini, tiba-tiba langkah Sakura terhenti saat seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya menyebut namanya.
"Haruno Sakura."
Orang itu pun berhenti tepat di samping Sakura yang terdiam. Seakan sihir waktu terjadi saat ini yang menghentikan semuanya termasuk hujan.
Orang berpayung hitam perlahan membalikan badannya hingga menghadap Sakura. Wajah rupawan dengan kilauan, rambut putih dan pakaian putih itu tersenyum dengan sorot mata yang ingin menyampaikan semuanya kepada Sakura.
"Anda tahu saya?"
"Sangat, tentu saja."
"Siapa anda?"
"Aku pengabul keinginanmu."
Sakura tidak mengerti apa yang dimaksud dengan pria asing ini. Apa yang dia maksud pun ia tidak paham sama sekali. Pengabul keinginan ya?
"Apa maksud anda, saya tidak mengerti."
Pria yang sama sekali tidak dikenalinya itu mengulurkan tangan dan menepuk pucuk kepala merah muda dengan senyuman lembut yang ia tampilkan.
"Aku ingin Onii-sama bahagia selalu."
"Hatiku gelisah karena perasaan dan rasa bersalah. Apa yang harus aku lakukan di saat kedua orang yang penting menginginkan ku? Aku mencintai Uchiha Sasuke dan hanya menganggap Hyuuga Neji seperti Kakakku sendiri."
"Semua kesalahanku. Semua terjadi karena diriku."
"Andai aku bisa mengubah semua ini, aku ingin semua baik-baik saja."
"Aku ingin mengatakan kata terakhir untuk Neji-sama."
"Bisakah aku menemui dan mengatakan perasaanku walaupun harus ke tempat dimana dia berada sekalipun?"
"Aku mohon, aku ingin memperbaiki semua dan memastikan kegelisahan hatiku ini, Kami-sama ."
Pria itu berbicara tanpa henti dan meniru setiap ucapan yang sepertinya adalah harapan seseorang.
"Kau tahu? Manusia memang di ciptakan dengan perasaan yang berbeda-beda. Keegoisan, keyakinan dan tulus tidak serta merta ada sejak mereka di lahirkan. Nyatanya perasaan adalah musuh diri sendiri yang mampu menyesatkan siapa saja. Jika mereka mampu melawannya maka mereka akan menjadi manusia yang baik dan jika sebaliknya, maka mereka akan menjadi pribadi yang buruk. Semua itu pilihan dan manusia yang menentukan kemana hati mereka menuntunnya."
Pria misterius itu tersenyum dan mengulurkan sesuatu yang di terima langsung oleh Sakura.
Bunga sakura yang mustahil ada karena sekarang adalah musim dimana guguran daun momiji yang menjadi hiasan alam.
"Karena kegelisahanmu akan hatimu maka aku menuntun memberikan jalan dan jawaban untuk itu semua. Kini semua sudah kau temukan dan aku yakin kegelisahan dan ketakutan mu akan kau lewati dengan ketegaran. Do'amu telah terjawab sudah dan aku telah melakukan keinginan hati kecilmu itu karena aku bisa mendengar kesedihanmu."
Sakura tidak mengerti akan apa yang terjadi padanya saat ini. Pria yang kini berada tepat di depannya mengatakan isi hatinya di saat-saat terakhir dan juga perasaan hingga do'a yang selalu di panjatkan nya.
"S-siapa anda?"
"Sakura!"
Panggilan seseorang dengan suara keras memubat Sakura terkejut dan langsung menoleh untuk mencari siapa pelaku yang memanggil namanya itu.
Tidak jauh di tempatnya berdiri sekarang, Uchiha Sasuke berdiri dengan payung hitam yang menjadi pelindungnya dari hujan.
"Sasuke- kun ?"
Sakura menolehkan kembali pandangannya pada pria tadi dan kini sudah tidak ada. Hujan. Orang-orang sudah berlalu lalang kembali seperti semula.
Apa yang terjadi?
Siapa dia?
"Ada apa?" Sasuke yang heran karena Sakura masih terdiam seperti mencari sesuatu akhirnya menghampirinya.
Sakura masih mencari dengan memfokuskan penglihatannya ke segala arah dan nyatanya tidak ada pria yang berbaju putih tadi.
"Hey!"
Sasuke merundukan tubuhnya agar sejajar dengan Sakura. Dapat ia lihat wajah cemas seperti baru saja melihat hal yang mengejutkan.
"Sasuke- kun ."
"Ada apa?" tanya Sasuke yang masih penasaran apa yang terjadi kepada Sakura saat ini.
"Apa kau melihat Pria yang baru saja berbicara denganku?"
"Pria?" Sasuke memastikan apa pendengarnya baik-baik saja dan entah kenapa ia sedikit kesal mendengar jika ada pria lain berbicara dengan Sakura.
Sakura mengangguk sebagai jawabannya.
"Tidak." jujur Sasuke hanya melihat Sakura yang berdiri di tengah-tengah hujan tanpa siapapun yang menemaninya.
"Mungkin aku hanya berhalusinasi ya, mungkin hanya khayalanku saja." Sakura tersenyum dan berusaha meyakinkan diri sendiri jika dan mungkin tadi hanya ilusi dari pikirannya yang sedang kacau saja.
"Kau sakit?"
"Tidak. Ah, sebaiknya kita kembali."
Sebelum Sakura berjalan terlebih dahulu, Sasuke meraih payung Sakura dan menggantikannya dengan payung miliknya.
"Biar aku yang bawa." ucapnya yang mengambil alih belanjaan Sakura dan memberikan payung nya untuk di pegang Sakura.
"Sasuke- kun ."
Sasuke berjalan dengan menyandarkan kepalanya kepada bahu Sakura dan tangannya yang membawa belanjaan juga payung milik Sakura yang sudah di lipat.
"Bukankah ini romantis?"
"R-romantis?"
Sebelah tangan kiri meraih tubuh Sakura dan memeluknya. "Ayo, aku lapar." Sasuke hanya tersenyum mendengar Sakura yang bertanya tentang romantis seolah kata itu seperti hal yang baru saja di dengar atau mungkin memang benar adanya.
"Romantis itu seperti drama yang sering aku lihat?"
"Hn bisa jadi."
"Jam berapa ini Sasuke- kun ?"
"Sudah sore."
"Ah aku sudah kelamaan berbelanja, astaga!"
Sakura tidak menyangka jika ia sudah terlalu lama meninggalkan rumah dan Onii-sama di rumah sendirian. Sakura berjalan memayungi mereka dengan hati-hati agar tidak terkena hujan dan Sasuke yang entah kenapa baginya sangat manis dan manja saat ini.
"Sasuke- kun lepas!"
"Tidak!"
"Ayolah lepas."
"Hn."
Jejak di atas air yang bergema karena langkah ini mungkin akan menjadi kenangan yang akan tersimpan selamanya di hati walaupun raga hilang tanpa jejak sekalipun.
.
.
.
.
.
Bunyi EKG masih terdengar seperti boom waktu bagi pria merah yang sekarang dengan hati-hati menglap tangan kecil dari seorang yang masih tidak menampakan kemajuan akan kehadirannya.
"Hei, apa kau tega melihat Onii-chan menjadi bujang tua yang duduk terus seperti ini?"
Tidak ada respon yang nyata dan pria itu masih lengkap di setiap sudut jari-jari itu.
"Maafkan aku dan kau boleh memukulku sepuasmu jika bangun oke?"
Tawaran yang ia berikan nyatanya sama saja tidak berarti apa-apa saat ini. Akan tetapi, walaupun seperti ini hatinya tetap berharap penuh dan yakin kepada adiknya ini.
"Aku yakin kau mendengarkanku. Aku tidak akan berhenti mengoceh agar kau terpaksa bangun dan memukulku, hm?"
Wajah yang tadi sendu mendadak terkejut dengan dada yang bergemuruh saat satu gerakan jari yang sedang di genggamnya bergerak.
"D-dokter." Pria berwajah tampan yang masih terlihat muda itu menekan tombol untuk memanggil dokter. Jantungnya terus berdegup kencang akan respon yang baru saja di terimanya tadi, walaupun hanya gerakan satu jari saja. Baginya hal itu membuatnya semakin yakin jika sang adik masih terus berjuang untuk kembali.
"Aku yakin kau akan kembali."
Pria itu masih menggenggam tangan mungil itu dan mengecupnya dengan setetes air mata yang jatuh menuruni wajahnya. Yakin akan harapannya kini menguasainya kembali yang tadinya sempat surut karena perkataan Dokter dan kini ia yakin berapapun lamanya ia akan terus berharap jika dia akan kembali kepadanya.
"Aku sangat merindukanmu."
.
.
.
Pria berbaju putih dengan payung yang masih memayungi dirinya dari hujan kini duduk di kursi pinggiran danau. Daun momiji yang bercampur dengan air menghiasi sekelilingnya dengan indah sejauh mata memandang.
"Manusia mempunyai kesempatan dan beberapa kehidupan akan mereka jalani dengan sama ataupun berbeda. Keinginan yang selalu di panjatkan selalu aku dengarkan dan aku akan mengabulkannya karena mereka meminta. Kebaikan ataupun keburukan akan di pertimbangkan sekaligus untuk kehidupan yang akan mendatang."
"Kisah yang sama namun tidak akan seperti kepahitan masa lalu dan aku mengabulkannya dengan cara yang berbeda."
.
.
.
.
.
.
TBC
Mau coba lanjut yang lain juga. Tapi stuck di situ2 aja. Ude fuct baru mah bnyak hiks moga bisa nyicil yg lain juga.
Trms buat semuanya yg udh nunggu dan mampir hehe
Salam hangat dr bini canon Gaara ini
Wyd Rei Gilg Kurang Tanaka
Ckrg
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top