Akai ito
Chapter 4
-oOo-
Mobil sport hitam mewah melaju dengan kecepatan sedang di jalanan pusat kota. Melintasi gedung-gedung dengan arsitektur bermacam-macam, lampu-lampu mulai menghiasi malam, dan itu terlihat cantik.
Sakura menatap pemandangan kota dimalam hari dengan mata yang berbinar. Ia terus berdecak kagum dengan cahaya yang beragam, berbeda dengan istana yang hanya mengandalkan penerangan dari api yang dinyalakan. Sunyi. Itulah yang terjadi pada dua orang yang berada di dalam mobil hanya terdiam, namun sesekali helaan nafas berat mereka terdengar samar.
"A-ano... kita mau kemana?" Sakura gadis –permaisuri- yang duduk di samping pemuda berhelaian raven akhirnya bertanya dan memecah kesunyian yang terjadi.
"Membawamu ketempat aman." Jelas Sasuke mengataan tujuannya. Ia sendiri bingung dengan tindakannya. Sejak tadi ia bergelut dengan fikirannya sendiri. Kenapa? Apa yang terjadi dengannya? Dan ia tidak mengerti. Kesimpulannya adalah, tanggung jawab. Ya. Tanggung jawabnya terhadap Gaara.
"Apa tempat Gaara banyak musuh?" tanya Sakura yang terlihat cemas.
Hah!Musuh?Mendengar perkataan Sakura barusan memang benar, tapi bukan musuh melainkan orang-orang mesum. Mesum? Mendengus, Sasuke hanya mengendelikan bahu. "Hn."
"Sugoii!" decak kagum Sakura dengan wajah terus menempel di kaca mobil samping tempatnya duduk.
Sasuke meliriknya dan mendengus kecil dengan tangan yang masih sibuk mengemudikan stir mobilnya. "Hn." Gumamnya dan kembali memfokuskan pandanganya ke jalanan.
Sakura menoleh dan tersenyum. Mau bagaimana pun Suaminya mempunyai nama dan wajah yang sama, tidak ada bedanya. Mungkin hanya satu, ya. Sasuke yang di sampingnya ini tidak mencintainya. Dadanya bergemuruh saat iris emerald melirik -melihatnya. Walaupun ia mengatakan berbeda, tapi mereka benar-benar mirip. Bahkan orang yang di sampingnya ini pun adalah sosoknya. Suaminya... Uchiha Sasuke.
"Sasuke-kun."
"Hn." Sahut Sasuke tanpa menoleh.
"Apa kau mencintaiku?" tanya Sakura santai dengan senyuman di wajahnya.
Sasuke hampir saja menginjak rem jika tidak bisa mengendaliakan dirinya. Cinta? Dia bahkan tidak tau apa itu cinta. Mungkin ada seseorang yang diam-diam yang selalu di perhatikannya. Tapi pertanyaan itu sungguh tabu baginya."Apa kau terbentur sesuatu?" tanya balik Sasuke dengan dengusan kecil.
Sakura menggeleng kecil dan tersenyum sendu. "Tidak," kemudian merebahkan tubuhnya di sandaran kursi. "Suamiku dan kamu sangat sama." Ujarnya dengan kekehan ringan.
"Sakura." sebenarnya Sasuke tidak ingin membahas hal yang menurutnya konyol, bahkan ia sendiri merasa pusing mendengarnya.
"Ya." Jawab Sakura menatap lurus ke depan. Jalan yang mereka lalui sekarang melintasi taman besar setelah melewati gerbang yang seperti benteng penghalang, dan kini terlihat bangunan besar yang semakin dekat dari pandangannya. Seperti istana. Besar namun bukan seperti istana Uchiha yang ia tinggali.
"Ingat. Kau sepupu Gaara dan tinggal untuk beberapa hari karena Gaara ada keperluan." Jelas Sasuke yang kini menepikan mobil miliknya di depan mansion besar milik keluarganya.
"Hm," mengangguk singkat kemudian tangan mungilnya berusaha membuka seat belt yang masih kesusahan membukanya.
Sasuke menghela dan mencondongkan tubuhnya berusaha melepaskan seat belt yang mengunci tubuh Sakura.
Sakura terdiam. Rona tipis tercetak di pipinya. Jarak dan kejadian ini sama seperti yang ia alami bersama suaminya.Tangan kekar itu terulur kepadanya yang masih duduk di atas kuda putih milik Sasuke.
"Ayo!" Sasuke menggenggam dan menariknya turun.
Sakura turun dengan sedikit melompat. Memejamkan mata karena takut, ia di kejutkan dengan tindakan Sasuke menangkap dan menyangganya."S-Sasuke-kun."
"Hn." Sasuke menggendongnya ala bridal style dan membawanya masuk ke dalam istana, meninggalkan para pelaya dan prajurit yang menonton mereka dengan senyuman.
'Tuk'
"AWW... "Sakura meringis memegang keningnya yang sedikit nyeri karena Sasuke menyentilnya. "Sasu –"
"Hn. Kita sudah sampai." Ujarnya kemudian keluar setelah membuka pintu mobil secara otomatis.
Sakura keluar dengan tas sekolah di sampirnya dan tas yang berukuran sedang dijinjingnya. Iris emerald-nya menatap takjub bangunan besar di depannya. "Ini dimana?" gumamnya.
Sasuke menghampirinya dengan ponsel di tangannya. "Aku sudah memberitahukan Gaara. Ayo!" ajaknya menarik tangan kanan Sakura.
Sakura menatap punggung Sasuke dengan senyuam kecil, dan pandangannya beralih pada gengaman tangan mereka. Hangat. Dan itu tidak berubah, dia seperti dan tetap Sasuke-kun... sumaiku, batinnya.
"Tadaima." Sasuke mengajak Sakura masuk dan di sambut beberapa maid.
"Tuan muda."
"Apa semua ada?" tanya Sasuke yang menanyai keluarganya.
Salah satu maid mengangguk. "Mereka ada di halaman belakang Tuan."
"Hn."
"Apa ada yang anda butuhkan, Tuan?" tanya Maid dan memandang Sakura dengan senyuman lembut.
"Hn." Gumam Sasuke dan menarik kembali Sakura untuk mengikutinya ke suatu tempat.
Sakura menoleh kepada para Maid dengan anggukan dan senyuman. Tidak sopan jika tidak memberikan salam bukan?
.
Terlihat meja bundar di taman belakang mansion berisi tiga orang yang sedang berbincang-bincang. Dua lelaki dan satu wanita yang sedang menuangkan teh ke cangkir masing-masing.
"Tou-san, Kaa-san, Nii-san."
Semua yang berada di tempat itu menolehkan kepalanya. Sasuke berjalan menghampiri mereka dengan seorang gadis yang mungkin baru pertama kalinya mereka lihat. Gadis dengan helaian merah muda yang bergoyang mengikuti langkahnya.
"Otouto, siapa itu?" tanya Itachi dengan nada menggoda. Fugaku hanya diam namun pandangannya sedari tadi tidak luput dari gadis yang dibawa putra bungsunya itu. Sedangkan Mikoto langsung berdiri dan menghampiri anak bungsunya dengan senyuman cerah. "Siapa ini?" tanyanya senang.
"Hn."
"Sa –" perkataan Sakura terhenti karena Sasuke yang merangkulnya dan mendekatkan wajahnya, membisikan sesuatu. "Bersikaplah normal." Bisik Sasuke dan menegakan tubuhnya kembali.
Sakura mengangguk. Ia tadi akan bersimpuh. Ya. Itu adalah tradisi kerajaan untuk menghormati seseorang kepada permaisuri atau pun Kaisar."Saya Haruno Sakura." Sakura membungkuk memperkenalkan dirinya.
"Kyaa...kawaii!" pekik Mikoto langsung menarik Sakura dan memeluknya.
"Panggil saja Ba-san," ujar Mikoto dengan tangannya mengelus pipi gadis berambut merah muda yang mulai ia lepaskan dari pelukannya.
Sakura mengangguk dan melirik Sasuke yang hanya mengendelikan bahu kemudian menghampiri Tou-san dan Kakaknya itu.Mikoto menarik Sakura bergabung dengan keluarganya. Ia mendudukan Sakura di sampingnya tepat di sisi Sasuke."Konbanwa,Uchiha-san,"Sakura menganggukan diri kepada Fugaku dan memberikan salam. Kemudian beralih kepada pemuda yang ia sangat kenali juga, Itachi-nii, Kakak Susuke. " Um... Uc –"
Itachi terkekeh geli melihat gadis yang gugup di depannya. "Panggil saja Itachi-nii,"ujarnya dengan iris kelam menatap jahil adiknya yang bersikap seolah-olah tidak ada yang menarik."ahh... Itachi-kun saja bagaimana?"
Sasuke menaikan alisnya mendengar penuturan Kakaknya yang membuatnya mendecih."Baka."
Mikoto menoleh dan menatap Sakura lembut."Jangan takut dan sungkan, ne," ujarnya dengan senyuman kecil dan tangannya melambai saat Maid melintas tidak jauh dari tempatnya. "bawakan dua cangkir teh lagi!" perintahnya saat Maid itu menghampirinya, kemudian pergi setelah membungkukan badan.
Sakura mengangguk kecil. Ia sungguh senang bisa bertemu dengan keluarga Sasuke kembali. Dan kini tidak ada pertumpahan darah yang mengerikan, namun senyuman lembut yang menenangkan.
"Apa kau kekasih Sasuke, Sakura-san?"tanya Itachi menatap gadis yang terlihat gugup di depannya. "Sakura-chan sepertinya lidahku cocok dengan sebutan itu." Ujarnya yang lebih nyaman memanggil Sakura dengan panggilan itu.
Sakura mengangguk dengan senyuman lembutnya. "Ha'i." Ia senang. Itachi-nii selalu memanggilnya seperti itu dulu dan hatinya terasa nyaman.
"Jadi kau kekasih Sasuke?" kini Mikoto terlihat antusias mendengar perkataan putra sulungnya. Sedangkan Fugaku diam menyimak dengan sesekali menyesap tehnya."E-to aku Is –"
"Dia sepupu Gaara." Potong Sasuke cepat karena tau kata apa yang keluar dari Sakura. Bagaimana reaksi keluarganya mendengar perkataan aneh gadis ini? chk.
"Ah, iya. Saya sepupu Gaara-nii."Mikoto mengangguk mengerti. Padahal ia berharap jika pertanyaannya itu benar.
Itachi mengamati dan melihat reaksi adiknya yang terasa aneh baginya. "Lalu?"
Sasuke mengambil teh yang tidak terlalu manis setelah Maid meletakan pesanan Ibunya tadi, dan meminumnya. "Dia akan tinggal sementara selama Gaara ke Suna." Jelas Sasuke dan meletakan kembali gelasnya di atas meja.
"Jadi, Sakura-chan tinggal bersama Gaara?" tanya Itachi yang penasaran.
"Hn. Dan dia murid baru di sekolahku."Sakura hanya mengikuti dengan iris emerald yang bergulir bergantian menatap Sasuke-Itachi-nii.
"Kaa-san senang karena Sakura-chan di sini. Besok kita belanja ya, Sakura-chan?"
Sakura mengangguk dan tersenyum. "Ha'i Ba-san."
"Sasuke sebaiknya antar Sakura istirahat!" Suara Fugaku membuat semua teralih dan menatapnya diam. Namun detik selanjutnya mereka tesenyum cerah. Kenyataan selama ini, Fugaku tidak pernah memperdulikan hal-hal itu sebelumnya, dan kini terlihat berbeda.
Sasuke mengangguk dan berdiri. "Ayo!" ajaknya kepada Sakura.
Sakura bangun dan membungkuk. "Saya undur diri. Terima kasih atas bantuannya Uchiha-san,Mikoto-ba-san,Itachi-nii."kemudian berbalik pergi mengikuti langkah Sasuke.
"Kenapa aku di panggil berbeda?"
Mikoto dan Itachi tercengang. Apa mereka salah dengar?
"Fugaku-kun/Tou-san."
Fugaku mendengus dan mengalihkan sikapnya dengan kembali menyesap tehnya."Hn."
.
.
.
"Ini kamarmu."ucap Sasuke setelah membukakan pintu kamar tamu untuk Sakura tinggali sementara selama di sini.
Sakura masuk dan menatap rungan yang sama besarnya dengan yang di tempat Gaara.Terdapat ranjang besar dengan selimut tebal putih, dinding berwarna putih dan lemari cokelat untuk menyimpan pakaian."Arigatou gozaimasu Sasuke-kun."
Sasuke mengangguk kecil dengan tubuh bersender di dinding dekat pintu dan kedua lengan yang ia silangkan. "Apa kau masih aneh dengan sekitar?"
Sakura menggeleng pelan. "Mungkin banyak yang belum aku ketahui, tapi Gaara-nii sudah banyak menjelaskannya." Ujarnya dan perlahan mendekat ke tempat Sasuke berdiri. Iris emerald-nya mendongak menatap Sasuke dengan senyuman kecil. Sedangkan Sasuke membalas tatapannya dalam diam. Namun hatinya terasa janggal, dadanya berdebar dan itu mengganggu."Walau pun kau berkata berbeda, tapi kau sangat –"
"Cepatlah mandi. Aku akan menyuruh maid mengantarkan makanan untukmu." Sasuke menyela perataan Sakura dan berbalik pergi meninggalkan gadis yang hanya tersenyum sendu menatap punggungnya yang kini menghilang. "Aku merindukanmu, Sasuke-kun."
.
.
.
Jam menunjukan tengah malam. Namun Fugaku terlihat duduk dengan penerangan kecil di bangku besar perpustakaan keluarga. Ia tadinya sempat berfikir sesuatu yang tiba-tiba terlintas saat kedatangan gadis dengan helaian soft pink itu. Jari-jari besarnya membuka lembar demi lembar buku usang dengan sampul tebal berwarna cokelat. Iris kelamnya terus menyusuri deretan kalimat-kalimat yang tertulis di sana. dan tangannya terhenti di lembaran selanjutnya. Di situ tertulis permaisuri terakhir yang menikah dengan pangeran terahir. Pangeran menikah dengan usianya yang masih sangat muda karena ia diharuskan naik tahta menggantikan Ayahnya yang tewas diserang dalam perjalanan bersama Istri dan putera sulung mereka. Menyatukan keluarga Uchiha dengan Haruno. Uchiha Sasuke dan –"Apa ini reinkarnasi?"–Haruno Sakura, puteri dari kerajaan Haruno.
Suara deritan pintu yang dibuka seketika membuat Fugaku langsung menutup buku itu. Mikoto menghampirinya dengan baju tidurnya."Sedang apa, Fugaku-kun?"
Fugaku bangun dan meletakan kembali buku di deretan rak buku yang berjejer rapih, lalu menghampiri Istrinya. "Mencari yang aku lupakan."
"Apa itu?"
"hanya sebuah cerita lama." Ujarnya merangkul bahu Istrinya beranjak keluar.
–Benang takdir dan mereka terikat sejak terlahirkan. Insiden berdarah membuat proses penyatuan mereka di percepat dari yang sudah di tetapkan. Uchiha Sasuke sang Raja baru menikah dengan Putri dari kerajaan Haruno... Haruno Sakura.
.
.
.
Langit bertabur bintang dengan bulan yang terlihat kokoh dan menawan. Angin yang berhembus dan suara binatang malam menjadi nyanyian menemani kesunyian malam.
Duduk di pinggiran kolam air mancur yang terdapat di taman rumah besar ini, Sakura terus mendongak memandang keindahan malam.
"Kau akan sakit."
Perkataan seseorang membuat Sakura terkejut dan langsung menoleh.
"Sasuke-kun."
Sasuke datang dengan selimut di tangannya. Ia yang sedang menikmati malam di balkon kamarnya, memandang heran Sakura yang keluar menuju taman belakang. Ia awalnya tidak peduli. Tapi melihat pakaian yang dipakai Sakura membuatnya tergerak. Memakai dress pendek itu dan keluar malam-malam? Konyol.
"Hn." Gumamnya, dan menyerahkan selimut kepada Sakura yang memandangnya bingung. "Pakai, dingin."
Sakura mengangguk dan mengambilnya dengan senyuman lembut, kemudian memakainya menutupi tubuhnya yang memang terasa dingin. "Arigatou."
"Hn." Sasuke hanya bergumam dan berdiri di samping Sakura.
"Duduk lah, Sasuke-kun!" ujar Sakura menepuk tempat di sampingnya.
Sasuke mendengus namun tetap menuruti Sakura, duduk di samping gadis itu.
"Indah bukan?" tanya Sakura.
Sasuke menoleh. "Apa?"
"Langit malam... sangat indah seperti Sasuke-kun."
Diam. Namun iris kelamnya mengikuti arah pandang Sakura. Langit malam yang biru dengan penuh bintang. "Hn."
"Aku sangat merindukannya." Kata Sakura dengan nada sedih.
"Siapa?"
"Sasuke-kun."
Ini gila. Ia mengerti yang dimaksud Sakura bukan dirinya tapi kenapa ia sangat senang?"Dia seperti apa, di masa lalu?" entah kenapa Sasuke jadi ingin tau bagaimana dan seperti apa Sasuke masa lalu itu.
"Dia sama sepertimu. Tegas dan terlihat mengerikan," Sasuke mendengus. 'apa benar ia seperti itu?' kemudian Sakura melanjutkan kalimatnya yang membuat Sasuke terdiam."tapi aku mengenalnya dia sangat berbeda dan lembut." Terang Sakura dan entah kenapa ia merasa bahagia.
"Hn."
"Kau tau,"Sakura mengalihkan pandangannya dari langit dan berbalik menatap Sasuke yang juga menolehkan wajahnya saling berhadapan. "Kita adalah benang takdir yang di tuliskan sejak lahir."
Sasuke hanya mendengarkan dalam keheningan. Entahlah. Ia seakan suka melihat wajah gadis musim semi ini. Sakura terus berbicara sedangkan Sasuke hanya diam mendengarkan. Ia yang marah karena tomat yang dipetiknya saat di kerajaan Haruno hancur karena ulah Gaara yang menjadi kakak Sakua di masa lalu, hingga hal yang membuat wajahnya memerah saat mendengarkan. "Kita belum melakukan ritual sakral penanaman." Ujar Sakura dengan wajah yang juga memerah dan ia tau apa maksud dari perkataan Sakura itu.
"Baka." Dengus Sasuke dengan mengetuk dahi Sakura.
Sakura menghentikan perkataannya. Tersenyum, mencondongkan wajahnya dan mengecup sekilas pipi Sasuke sebelum ia lari memasuki rumah dengan wajah yang memerah sempurna.
Sasuke mematung -terkejut."Apa yang kau lakukan." Desahnya dengan tangan yang menyentuh pipi kirinya. Apa yang di lakukan Sakura selalu membuatnya terdiam dan merasa hangat. Entahlah."Apa benar jika benang –" Sasuke mendengus karena ucapannya.
Memandang langit sekilas, ia kemudian bangun dan berbalik masuk ke dalam rumah.
.
.
.
Sasuke berjalan santai menuruni tangga dengan sebuah ponsel di tangannya. Pagi ini ia sudah siap dengan seragamnya. Dan iris kelamnya menemukan Sakura yang tersenyum kecil membantu Ibunya menyiapkan sarapan pagi ini. Maid memang banyak, tapi urusan masak untuk keluarganya nyonya besar Uchiha itu memilih menyiapkan sendiri.
"Hn."
Sakura dan Mikoto menoleh .
"Sasuke-kun." Kata Sakura dan Mikoto terkekeh karena berkata secara bersamaan.
"Hn."
"Ohayou." Sapa riang Sakura dan mendapat jawaban anggukan kecil Sasuke.
"Nah kalian sarapan, lalu berangkat sekolah."
Sasuke mengangguk. Ia tidak heran jika Ayah dan Kakaknya tidak ada pasti sudah berangkat pagi-pagi.
"Itadakimasu." Kata Sakura yang memulai memakan sarapan yang Mikoto ba-san siapkan tadi. Namanya adalah nasi goreng dan ini sangat enak. Karena di istana ia belum pernah memakan makanan ini.
Mikoto duduk di tengah-tengah. Tempat yang biasanya Fugaku duduki saat makan dengan menopang dagu. Iris kelamnya terus mengawasi putra bungsunya dan Sakura. Ia tidak bisa menyembunyikan kesenangannya saat diam-diam Sasuke melirik gadis di depannya. Mengambil ponsel miliknya, ia mengabadikan moment manis dan langka ini."Ah manisnya... " pekiknya senang melihat hasil yang di dapatnya.
"Kaa-san?"
Mikoto tersenyum kepada putra bungsunya."Ah,Kaa-san mendapatkan hadiah dari Kushina." Jelas Mikoto langsung memasukan ponselnya ke saku roknya. Ia memakai kemeja biru cerah dan rok putih selutut.
Sasuke mengangguk mengerti dan bangun setelah meminum airnya. "Ayo kita berangkat." Ajaknya kepada Sakura yang mengangguk menyetujuinya."Sakura berangkat, Ba-san." Pamitnya kepada Mikoto.
Mikoto melambaikan tangannya dan tersenyum "Hati-hati."
-oOo-
"Sasuke-kun,"Sakura mencengkram tasnya saat iris emerald-nya melihat sekumpulan siswi berjejer rapih di depan sana. "A-aku takut." Aku Sakura yang takut melihat para siswi itu. Ini pernah di alaminya. Namun bukan para perempuan melainkan musuh yang membawa pedang dan tombak.
"Hn ayo keluar!" Ajak Sasuke dengan mata melirik Sakura yang sudah bisa membuka seatbelt, kemudian beralih menatap kemana yang di lihat Sakura. "Biarkan saja mereka." Dengusnya bosan melihat pemandangan yang membuatnya jengah itu."Hn." Sasuke keluar dari mobil dan berdiri di samping pintu, menunggu Sakura.
Sakura turun dan teriakan kembali bergema dan semakin histeris."Menyebalkan." Dengus Sasuke kemudian menutup pintu mobilnya.
Sakura berjalan pelan menghampiri Sasuke dengan cengkraman ditasnya semakin menguat. "Sasu –"
"KYAAA... HEY ANAK BARU!"
"SASUKE-KUN!"
"SASUKE-SAMA!"
Teriakan-teriakan semakin kencang karena tindakan yang di lakukan Sasuke. Sasuke yang menarik Sakura dan menyenderkan kepala merah muda itu ke bahu tegapnya."Pejamkan matamu." Bisiknya dan Sakura menurutinya. Dan dapat ia rasakan kembali rasa hangat menjalari hatinya saat Sasuke menggenggam tangannya. "Melangkah lah!"Sakura melangkah dengan mata tertutup dan tangan yang digenggam Sasuke. "Sasuke-kun."Lirih hatinya yang menangis bahagia dan sedih.
.
.
.
Sasuke membawa Sakura ke kelas mereka. Selama perjalanan ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Kenapa dengan dirinya?
"Sudah sampai." Ujarnya melepaskan genggaman tangannya dan rasa kosong menyergapinya. Kenapa?Sakura membuka kedua matanya saat suara Sasuke memasuki pendengarannya. Benar saja. Mereka sudah sampai dan Sasuke melakukan hal tadi sampai ke sini?
"Arigatou Sasuke-kun."
"Hn." Gumam Sasuke kemudian memasuki kelas. Dan Sakura mengekorinya dengan wajah yang bersemu merah.
.
.
.
Sasuke diam-diam selalu melirik Sakura di depannya disela-sela pelajaran berlangsung. Ia akui jika Sakura cepat mengerti dan memahami pelajaran. Tapi jika bahasa asing mungkin perlu ada yang mengajarinya secara khusus.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sasuke dengan alis terangkat saat Sakura membalikan badan dan mengambil bolpoin miliknya."Aku ingin mencobanya, Sasuke-kun pakai punyaku saja." Kata Sakura yang mulai menulis memakai bolpoin Sasuke dengan senyuman cerahnya.
Sasuke berjengit melihat bolpoint milik Sakura.Ayo lah, ia akan menggunakannya jika saja warnanya bukan pink. Mendengus, ia meraih bolpoin pink itu dan memutar-mutarnya."Hn.".
.
.
.
Istirahat. Sasuke dan Sakura menikmati makan siangnya di atap sekolah. Angin yang berhembus pelan menerbangkan rambut mereka."Enak." Kata Sakura yang merasakan bento yang dibuat Mikoto Ba-san.
Sasuke mendengar ucapan Sakura hanya meliriknya dan tersenyum tipis.
"Yo Teme...Sakura-chan." Naruto menyembul dari balik pintu dengan cengirannya.
"Hn."
"Ah ... Uzumaki-san."
Naruto menghampiri mereka dengan bibir mengerucut. "Naruto-kun,Sakura-chan."Rengek Naruto.
"Ha'i, Ha'i Naruto-kun." Angguk Sakura dengan tawa kecilnya.
"Kau manis sekali Sakura-chan."
"Dobe."
"Ya, teme."jawab cepat Naruto.
Sasuke mendengus dan meminum air putihnya. "Kau sudah makan?"
"Aku sudah makan ramen dua mangkuk. Kenapa?"
"Dengan?"
"Hinata dan –"
"Hn."Naruto mengeryit alis heran karena Sasuke yang tiba-tiba bersikap aneh saat menyebut nama gadis indigo itu. Apa... "Kau menyukai Hinata-chan, eh?" tanya jahil Naruto membuat Sakura terdiam. "Sekarang itu lagi gempar tentang hubungan kalian." Jelasnya menunjuk Sasuke dan Sakura.
Sasuke membantah. "Aku tidak mempunyai hubungan dengannya, Dobe."
"Ya ya ya terserahmu lah." Ujar Naruto yang kemudian ikut duduk bergabung.
"Sebaiknya a-aku ke kelas." Sakura berdiri dan langsung berbalik pergi meninggalkan atap dan meninggalkan dua orang yang menatapnya heran."Apa perkataanku salah?" tanya Naruto dan di jawab acuh Sasuke. "Hn." Namun iris kelamnya sejak tadi menatap punggung kecil itu dengan rasa khawatir.
.
.
.
Sakura berlari menuruni tangga dengan air mata yang membasahi wajahnya. Ia merutuki dirinya sendiri karena rasa sakit yang tiba-tiba menyerang dadanya. 'bodoh! Ingat dia bukan Sasuke-kun mu.' Makinya kepada diri sendiri. Menuruni tangga, ia tidak memperhatikan langkah kakinya hingga tersandung dan jatuh dari tangga jika saja seseorang tidak cepat menyangga tubuhnya yang hampir terjatuh.
"Kau baik-baik saja?" tanya seorang pemuda yang menyangga Sakura. Manik mutiaranya terpaku melihat wajah gadis itu. Dan sempat ia terkagum saat helaian merah muda itu menyentuh wajahnya, harum dan lembut.
Sakura membuka matanya perlahan. "Arig –"perkataanya terhenti saat tau siapa orang yang menolongnya. Rambut cokelat panjang dengan maik mutiara itu. Tidak mungkin. Tidak mungkin dia ada di sini. Tubuhnya tiba-tiba bergetar hebat dengan rasa nyeri dikepalanya yang sakit luar biasa membuat pandangannya mengabur. "N-Neji-sama." Gumamnya kemudian tidak sadarkan diri.
"H-HEY... !"
Ya. Dia adalah Hyuga Neji. Siswa yang baru kembali setelah pertukaran pelajaran. Ia yang awalnya ingin menemui Sasuke dikejutkan dengan gadis yang baru pertama kali dilihatnya itu tergelincir dan akan terjatuh jika ia tidak menangkapnya. Tapi –"Siapa kau?"–gadis ini menyebut namanya.
Dengan gerakan pelan dan hati-hati, Neji menggendong Sakura dengan ala bridal style dan membawanya.
.
.
.
.
.
Tbc
Terimakasih untuk yang menyempatkan mampir di fict gaje ini. Semoga mood nulis ada lagi dan bisa lanjut karena sudah lama terabaikan.
Ckrg, 17maret2017
Wyd Rei Kuran Tanaka
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top