•Tak Terduga
..oOo..
My Princess
—Tak Terduga—
Written by LIANA2789
Genre: Fanfiction, romance
Pair: Sasusaku
Rate: T
.
.
.
Mereka tiba di kediaman Sakura. Mesin motor dimatikan seketika. Dan sang penumpang turun dari kendaraan dengan hati-hati.
Dia berhenti dan menatap kearah pengantar, lebih tepatnya, namanya adalah Uchiha Sasuke. Pemuda itu ikut menyusulnya, turun dari motor dan langsung berjalan kearahnya. Secepat kilat menyambar tangannya, lalu membawanya menuju rumah bertingkat.
Ting tong
Sakura hanya diam. Wajahnya masih terlihat sama pucatnya seperti disekolah. Tak sekalipun memberi renspon pada tindakan Sasuke. Dia tahu, pemuda itu tidak akan membuatnya kesal disaat seperti ini.
Ya, jika dia membuat kekesalannya kembali, pastikan tangannya untuk memukul kepalanya.
Cklek
"Siapa— eh?! Sakura, kenapa kau?!" Pekik Mebuki terkejut.
"Ibu, kujelaskan nanti. Sekarang aku butuh kasurku," rengek Sakura.
"Astaga, wajahmu pucat sekali! Kau ini kenapa?!" Omel Mebuki.
Sasuke segera melerai keduanya. "Bibi, biarkan Sakura istirahat sekarang. Biarkan makan malam nanti batal, Sakura sedang sakit." Jelas Sasuke.
"Ta-Tapi,"
"Bibi, tak masalah." Jawabnya dengan seulas senyum.
Mebuki menatap kearah mereka berdua. Meneliti wajah mereka yang pucat. Akhirnya ia mengalah dan mempersilahkan mereka masuk.
"Kalian pergilah ke kamar, aku akan membuat makanan dan teh hangat untuk kalian." Jelas Mebuki.
Sasuke menoleh, tersenyum tipis. "Terimakasih, bibi." Ucapnya.
Wanita paruh baya itu hanya bisa diam. Memandang punggung dua remaja sekolah tersebut. Hatinya seakan tersentuh dengan aksi Sasuke yang menjemput langsung Sakura.
Dia tahu, Sasuke anak yang baik. Mungkin akan terlalu baik untuk Sakura yang terus saja menolaknya. Sasuke sosok pemuda yang perhatian, yang mungkin tidak disadari oleh Sakura.
Kadang pula, ia meragukan selera sang anak. Entah pemuda seperti apa yang menjadi kriteria Sakura. Tapi orang seperti Sasuke, sudahlah cukup sempurna untuknya.
Oh ayolah, Sasuke benar-benar sempurna. Dari segi fisik, dia tampan. Dari segi ekonomi, dia berkecukupan atau bisa dikatakan kaya raya. Dari segi kecerdasan, Sasuke adalah rival sengit dalam peringkat nilai.
Entah apa lagi yang dicari oleh anaknya. Jika saja ia masih muda, mungkin Mebuki akan lebih memilih Sasuke daripada Kizashi.
Tapi, untuk saat ini dia hanya bisa berharap bahwa putri kesayangannya itu berjodoh dengan pangeran bungsu Keluarga Uchiha.
.
.
.
Sakura berbaring lemah diatas kasurnya. Ditemani oleh Sasuke yang duduk ditepi ranjang. Mereka berdua tak berucap sedikitpun. Dengan wajah masih sama pucatnya.
Mata sayu Sakura melirik kearah Sasuke. Pemuda itu hanya menutup mulutnya dan terus membelai rambutnya dengan lembut. Dan hal itu membuatnya semakin mengantuk.
"Sasuke, aku—"
"Tidak perlu banyak bicara." Potong Sasuke.
Dia diam sejenak dan hendak kembali berkata. "Ma—"
"Sudah kubilang jangan bicara," potong Sasuke sekali lagi.
Memangnya aku kenapa?! Aku tidak bisu! Batin Sakura.
"Aku tak mengatakanmu bisu, kau yang berpikir seperti itu." Jawab Sasuke.
Matanya sontak membulat. Seolah ingin keluar dan menggelinding begitu saja. Ia menatap horor Sasuke, seolah-olah dia adalah seekor hantu.
Kenapa dia bisa tahu?
"Kau mudah terbaca." Balasnya.
Tubuhnya begidik ngeri. Dia memutuskan untuk bangkit. Duduk dengan posisi bersandar pada tumpukan bantal yang tersusun di kepala ranjang.
Sasuke menatapnya bertanya. "Kenapa? Kau butuh sesuatu?" Tanya Sasuke.
"Kau bisa membaca pikiran orang?" Tanya Sakura dengan pandangan menyelidik.
Pemuda itu tampak menghela nafas. "Bukankah sudah kubilang? Pikiranmu mudah terbaca." Ulangnya.
Seakan tak percaya begitu saja, Sakura memicingkan matanya. Sedikit demi sedikit tanpa sadar ia mendekatkan wajahnya pada Sasuke.
Dan disaat seperti ini, Sasuke bisa merasakan jantungnya berdetak kencang. Sh*t! Dia benar-benar lemah!
"Coba tebak, apa yang kupikirkan sekarang?" Tantang Sakura.
Sasuke tak bisa fokus. Dia merasa gugup berada dalam jarak sedekat ini dengan Sakura. Wajah gadis itu, terlihat begitu polos. Dengan warna yang pucat, pesona seorang Haruno Sakura seakan tak ikut luntur.
Mata Sakura berkedip manis, menambah rasa gemas Sasuke padanya. Dengan pipi yang sedikit merona, gadis itu begitu manis.
"Kau," suaranya tercekat. Tertahan begitu saja.
Sakura tersenyum remeh. Lalu dia bergerak untuk memundurkan wajahnya. "Kau kalah. Kau tak bisa membaca pikiranku." Ucap Sakura dengan nada bangga.
Sudut bibir Sasuke tertarik keatas. Menciptakan sebuah senyum yang tidak disadari oleh Sakura. Perlahan dia mendekat, membuat kebingungan muncul dalam benak Sakura.
Tangannya bergerak meraih lengan kurus itu, menggenggamnya dan menahannya untuk mundur. Dia mendekatkan bibirnya pada telinga mungil Sakura.
"Kau berpikir bahwa aku tampan dan kau mulai menyukaiku. Benar bukan?" Bisik Sasuke.
"TIDAK!" Teriak Sakura.
Pak
Sasuke meringis sakit saat Sakura memukul keras pundaknya. Dia memundurkan tubuhnya, mengembalikan lagi jarak diantara mereka. Sakura menatapnya garang. Wajahnya kini memerah.
"Bodoh! Mana mungkin aku berpikir seperti itu?!" Bentak Sakura.
"Ck! Kau tetap saja galak disaat sakit." Omel Sasuke.
Dia kembali dibuat bingung saat Sasuke berdiri dan meraih jaketnya. Memakainya lagi pada tubuh tegapnya. Lalu melangkah pergi tanpa satupun kata.
"Sasuke," panggil Sakura.
Pemuda tampan itu menoleh. "Kenapa?" Tanya Sasuke.
Dengan rasa jengkel, Sakura melempar bantalnya pada Sasuke. "Kau marah hanya karena hal remeh seperti itu?! Bodoh sekali!" Amuk Sakura.
"Aku tidak marah," ucap Sasuke.
Tangan itu meraih bantal yang jatuh ke lantai keramik. Kemudian berjalan kembali kearah Sakura. Memberikan kembali bantalnya.
Dia membungkuk, menyetarakan tinggi wajah mereka. Lalu tangannya bergerak mengelus helai rambut Sakura.
Cup
Dan didetik selanjutnya ia mengecup manis kening Sakura. Sang gadis tentunya terkejut akan tindakan tiba-tibanya. Dia melihat Sasuke dengan pandangan tak percaya.
"Cepat sembuh." Ujar Sasuke lembut.
Dia kembali bangkit. Senyum tipis diukir sempurna pada bibir indahnya. Sakura dibuat terpesona olehnya.
Perlahan dia berbalik pergi. Sasuke melangkah sedikit demi sedikit. Rasanya pemuda itu semakin menjauh dan menebar jarak. Hatinya secara mendadak merasa resah.
Ada sebuah kata yang mungkin masih terselip di ujung tenggorokannya. Tapi entah apa. Semua terasa sulit diutarakan.
"Sasuke," panggil Sakura.
Pemuda itu yang hendak membuka pintu, menghentikan gerakannya. Kembali menoleh dan memandang kearah Sakura. Bertanya melalui mata kelamnya.
"Terimakasih. Terimakasih untuk hari ini." Ujar Sakura dengan tulus.
Dia terlihat tak memberi renspon berarti. Hanya diam dan kembali membuat senyum. "Sama-sama." Balasnya.
Sasuke memutar daun pintu, lalu membuat celah lebar dan segera keluar dari kamar Sakura. Tidak lupa menutup pintu dengan pelan dan berusaha tak menimbulkan suara yang begitu keras.
Cklek
Tepat setelah pintu ditutup. Sakura meraih bantalnya. Memendam wajah manisnya pada bantal empuk yang dimilikinya. Seluruh wajahnya memerah hingga kedua telinganya.
Rasanya begitu malu. Rasanya begitu mendebarkan. Sasuke benar-benar membuatnya gila.
Perhatian pemuda itu membuatnya super merasa berarti. Merasa dirinya adalah prioritas, merasa dirinya adalah pusat kekuatan pemuda itu. Dia merasa memiliki peran besar dalam kehidupan Sasuke.
Dia merasa begitu istimewa!
Ya, kau benar Sasuke. Aku merasa kau semakin tampan setiap hari, disetiap waktu, hingga aku mulai menyukaimu! Sangat menyukaimu! Batin Sakura.
.
.
.
TBC
A/N:
Merasa baper?
Atau
Kurang baper lagi?
Masih ada yang lebih baper :)
Kubuat kalian entar jingkrak-jingkrak diatas kasur karena kebaperan. (Eaak, alay dah gue)
Oke, see you~
Salam,
Ayu P.S/Liana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top