•Niat Baik
..oOo..
My Princess
—Niat Baik—
Written by LIANA2789
Genre: Fanfiction, romance
Pair: Sasusaku
Rate: T
.
.
.
Langit telah menjelma menjadi senja. Waktunya para murid sekolah untuk pulang. Mereka semua berteriak senang ketika mendengar suara bel pulang berdering keras.
Akhirnya para pelajar tersebut bisa pulang ke rumah dan menghabiskan waktu bersantai mereka. Dengan menggendong sebuah tas, semua murid keluar dari gedung sekolah dengan hati lega.
Namun sebaliknya dengan Sakura. Ia merasa lelah. Sedari bel dibunyikan, dirinya hanya tetap diam di bangkunya tanpa berniat untuk berdiri dan menenteng tas sekolahnya.
Ia menenggelamkan wajahnya ditekuk kan lengannya. Moodnya tampak tidak baik sekarang dan ia begitu kacau.
Ino meliriknya sebentar, merasa bahwa sahabatnya butuh hiburan ia menghampiri bangkunya. Tangannya mengusap pelan punggung kecil milik Sakura, ia mendekat dan berbisik ditelinganya.
"Ada apa, hm?" Tanya Ino berbisik.
Sakura mengangkat wajahnya. Terlihat jelas sorot matanya tampak redup.
"Ino.." Panggil Sakura dengan lemas.
"Aku tidak ingin ikut drama itu. Aku tidak ingin!" Rengek Sakura.
"Tapi bukankah kata Sasuke kau setuju untuk ikut?" Sakura menatapnya heran.
"Kapan? Kapan dia mengatakan bahwa aku telah setuju?!" Tanya Sakura berapi-api.
"Begini, akan kuceritakan."
•Flashback (on)
Ino melangkah menuju kelas setelah dirinya selesai makan dikantin. Hatinya begitu berbunga mengingat tadi dirinya makan satu meja dengan senpai yang disukainya.
Shimura Sai, itu adalah nama senpai yang sedari dulu ia puja. Sudah sejak pertama masuk disekolah ini, ia terjerat oleh pesona wajahnya.
Badan tinggi yang ideal, wajah tirus yang tampan, otak jenius dan pintar menggambar serta melukis! Ukhhh, itu idaman sekali!
"Yamanaka."
Kakinya berhenti kala mendengar suara pemuda yang memanggilnya. Tubuhnya berbalik, menatap seorang pemuda yang tidak kalah tampannya dari Sai senpai.
Itu Sasuke. Namun, untuk apa dia disini?
"Eh? Sasuke. Ada apa?" tanya Ino.
"Aku sudah meyakinkan Sakura untuk ikut, dia benar-benr ingin ikut sekarang." jelas Sasuke.
"Bukankah tadi dia menolak untuk ikut dalam drama bersamamu?"
Sasuke berdecak kesal, mengapa semua gadis selalu bertele-tele dan ingin tahu?!
"Aku sudah membujuknya, dia bahkan sudah mengisi formulir pendaftarannya." Sasuke menunjukkan dua lembar kertas formulir yang digunakan untuk mengikuti festival sekolah.
Mata Ino berbinar cerah. Ini berarti sahabatnya telah melakukan perubahan besar!
Akhirnya Sakura yang terkenal tomboy dan tidak mau diatur kini berusaha mengikuti drama layaknya seorang gadis sejati.
"Akhirnya! Kalau begitu aku akan memberikan formulir ini pada ketua osis. Terimakasih banyak atas bujukanmu Sasuke," ucap Ino bahagia.
•Flashback off
Sakura mulai kembali merasa kesal. Tidak ia sangka Sasuke berani menipu temannya. Sementara itu Ino menatapnya khawatir.
"Kenapa, forehead?" Cicit Ino.
"Aku.. Aku akan memberi pelajaran berharga pada si Uchiha bungsu jelek itu! Akhh, awas saja jika aku bertemu dengannya!" Geram Sakura.
Ingin sekali tangannya menonjok wajah tampan Sasuke. Ia tidak peduli lagi soal mengurangnya pasokan pemuda tampan di Jepang.
Masa bodo dengan semua itu. Yang terpenting sekarang ia begitu kesal pada Sasuke.
"Sudahlah forehead, percuma kau memukulnya. Formulir sudah ada ditangan ketua osis dan sangat tidak mungkin kita bisa mengambilnya kembali," jelas Ino.
Kepala Sakura tertunduk lesu. "Huft.. Lalu aku harus bagaimana sekarang?" Gumamnya.
Perkataan Ino ada benarnya. Sangat tidak mungkin jika formulir pendaftaran yang sudah berada ditangan ketua osis ditarik kembali. Bisa-bisa urusannya akan panjang.
Matanya melirik kearah samping. Tas Sasuke masih setia pada tempatnya. Pemuda itu tengah mengikuti ekstrakulikuler basket. Namun dengan bodohnya pemuda itu meninggalkan tasnya dikelas.
Entah mengapa telapak tangannya terasa gatal untuk menyentuh tas itu. Dalam benaknya ia berpikir untuk membawa tas tersebut pada pemiliknya yang ada di lapangan basket.
"Forehead, apa yang kau tunggu? Hari sudah semakin sore, cepat bergegas." Perintah Ino.
Ia bangun dari duduknya, dengan tas sekolah merah yang menggantung dibalik punggungnya. Tatapannya masih mengarah pada tas Sasuke yang tergeletak diatas kursi.
"Jidat, ayo!" Panggil Ino.
Tanpa babibu lagi, Sakura menenteng tas itu dengan tangan kanannya. Ino menatapnya heran dengan kening yang berkerut.
"Apa yang akan kau lakukan dengan tas itu?" Tanya Ino. Bibir Sakura terdiam, ia pun tak tahu kenapa dirinya ingin menyerahkan tas ini pada pemiliknya.
"Apa kau baru saja berpikir untuk menyembunyikan tas Sasuke? Oh Sakura, untuk apa kau melakukan itu?"
Tunggu, prasangka Ino tadi ada bagusnya. Bisa saja ia menyembunyikan tas Sasuke atau membuangnya sebagai bentuk pembalasan.
Tapi sekali lagi hatinya mempunyai niat lain. Niat baik yang begitu tulus. Hatinya berkata bahwa sebaiknya ia membawa tas itu pada pemiliknya, yang berarti dia harus menemui Sasuke yang sedang bermain basket.
Dua ide yang berlawanan. Yang satu ingin balas dendam dan yang satu lagi ingin berbuat baik. Tampaknya otak dan hati Sakura mulai berselisih dan tidak seiras.
Setelah lama terdiam, Sakura berpikir untuk mendengar apa yang dikatakan oleh hatinya. Mencoba bersikap baik mungkin akan menambah poin kebaikannya.
"Tidak Ino, aku akan mengantar tas ini pada Sasuke," Ino menganga lebar.
Tak ada sepatah kata lagi. Sakura melangkah melewati Ino yang masih menatapnya dengan seribu pertanyaan didalam pikirannya.
Hari yang sungguh mengejutkan untuk Ino.
.
.
.
Disinilah Sakura sekarang. Didepan pintu lapangan basket. Di sekolahnya terdapat dua macam lapangan basket, outdoor untuk pembelajaran dan juga indoor untuk kegiatan ekstrakulikuler.
Sudah tiga menit dia berdiri mematung didepan pintu, tak ada niatan untuk masuk kedalam. Seperti ada medan magnet yang menahannya untuk tetap berdiri disana.
Entahlah dimana Ino sekarang. Mungkin gadis pirang bermata biru tersebut sedang menunggunya didepan gerbang.
Ia harus cepat atau Ino akan meninggalkannya. Jadwal les yang sebentar lagi akan didatangi oleh Ino membuatnya harus cepat pulang ke rumah.
Dan jika Sakura terus berdiam diri dan enggan untuk masuk, bisa saja Ino pulang duluan.
Ia menarik nafas dalam dan menghembuskannya melewati mulut. Ia menatap yakin pada pintu bercat warna putih yang ada dihadapannya.
'Sekarang atau kau akan ditinggalkan Ino,' batin Sakura.
Saat tangannya hendak menyentuh kenop pintu, ternyata pintu sudah dibuka oleh orang yang berada didalam ruangan.
Kepalanya mendongak dan ia melihat sosok teman sekelasnya, Uzumaki Naruto. Dengan tubuh penuh keringat, Naruto menatapnya dengan heran.
"Sakura-chan? Kenapa kau disini?" tanya Naruto.
Lagi-lagi tubuhnya mendadak kaku. Ia seolah begitu gugup untuk mengatakan tujuannya kemari. Otak cerdasnya mencari kata yang pas untuk dikatakannya, tapi proses itu begitu lambat.
Hingga mata Naruto meneliti Sakura dari atas kebawah. Ia melihat tas yang begitu dikenalinya berada ditangan Sakura.
"Oh, kau mau memberikan tas teme?" Tebak Naruto.
Sakura menunduk malu. Kepribadian beraninya seolah lenyap begitu saja tanpa jejak dan berubah menjadi sifat pemalu layaknya Hinata.
"I-Iya. Apa Sa-Sasuke ada didalam?" Tanya Sakura dengan terbata-bata.
"Teme ada didalam kok, masuk saja. Aku akan ke toilet sebentar, sampai jumpa Sakura-chan!"
Sosok pemuda berambut jabrik kini telah meninggalkannya sendirian. Tanpa berlarut dalam kebimbangan, Sakura meyakinkan diri untuk masuk kedalam.
Ia menyentuh kenop pintu dan mendorongnya. Saat kakinya hendak melangkah maju dia dikejutkan oleh kehadiran seorang pemuda.
Matanya terpaku pada sosok pemuda jangkung dengan kaos basket yang saat ini berdiri didepannya. Tepat didepannya.
Blush
"Sakura?"
.
.
.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top