•Kejujuran Termanis
..oOo..
My Princess
—Kejujuran Termanis—
Written by LIANA2789
Genre: Fanfiction, romance, comedy
Pair: Sasusaku
Rate: Teen
.
.
.
Sasuke terbaring diatas ranjangnya. Selimut tebal menutupi separuh tubuhnya. Nafasnya tak teratur, bibirnya meraup udara disekitar dengan rakus.
Kompres kain menempel dipermukaan keningnya. Wajahnya tampak pucat pasi, Sasuke bagaikan mayat hidup. Matanya perlahan terbuka, tatapan mata kelam itu terlihat begitu sayu.
Dia melempar pandangan ke seluruh penjuru kamarnya. Tidak ada seorang pun disini. Ia mengingat bahwa tadi Sakura memintanya untuk istirahat setelah dirinya meminum segelas air putih untuk menyegarkan dahaga.
Dan sekarang perutnya terasa perih. Diliriknya jam dinding yang menggantung pada tembok kamar. Sudah dua jam setelah dirinya tidur.
Lampu ruangannya masih padam, membuat keadaan kamarnya begitu gelap. Tirai jendela kamar tertutup rapat, menyembunyikan pesona malam beserta sinar rembulan.
Sasuke berusaha bangun sekuat tenaga, namun sayang kedua tangannya seperti mati rasa. Tubuhnya begitu lemas dan lemah.
Cklek
Pintu kamarnya terbuka. Seseorang memasuki kamarnya. Sebelum pintunya tertutup, sosok tersebut berjalan mencari tombol lampu kamarnya.
Cahaya lampu kini menjelaskan pandangan Sasuke. Orang itu berbalik menghadap Sasuke, itu adalah Sakura.
Sakura bergerak untuk mendorong pintu agar tertutup secara pelan. Lalu kedua kaki jenjang miliknya melangkah kearah Sasuke yang masih setia berbaring diatas kasurnya.
"Apa aku mengganggu tidurmu?" Tanya Sakura.
Gadis berhelai soft pink tersebut mengambil posisi untuk duduk dipinggir ranjang Sasuke. Meletakkan nampan diatas meja kecil yang terletak disebelah kasur.
"Tidak, aku sedari tadi sudah terbangun." Ucap Sasuke berbohong.
Sakura mengambil kompres kain dari dahi Sasuke, mencelupkannya kembali pada mangkuk kecil berisi air. "Kau pasti lapar bukan? Aku sudah memasak makanan bersama Bibi Mikoto, jadi mari isi perutmu itu." Sakura segera membantu Sasuke untuk bangun dan duduk bersandar dengan tumpukan bantal empuk dibelakang punggungnya.
Sasuke hanya diam menurut, menikmati perhatian darinya. Dalam hati ia begitu berbunga akan sikap peduli Sakura. Hingga berharap bahwa semua ini bisa berlangsung kekal sampai ia tiada.
Namun ini semua juga membuatnya bingung. Perubahan drastis Sakura belakangan ini memanglah tidak biasa bagi Sasuke. Tapi tidak bisa sekalipun dipungkiri bahwa Sasuke menyukainya.
"Bukalah mulutmu," titah Sakura yang telah mengisi sendok dengan bubur diatasnya.
Ia membuka kedua mulutnya, membiarkan sendokan bubur tersebut masuk. Rasanya hambar. Sasuke memang tidak terlalu suka dengan bubur semacam ini, tapi mengingat usaha Sakura yang membuatnya, Sasuke tidak tega.
"Apa rasanya enak?" Tanya Sakura.
Pemuda bungsu dari keluarga Uchiha itu menelan bubur yang dimakannya dengan cepat. Dia sedikit bergetar setelah merasakan rasanya yang begitu hambar.
"Enak," jawabnya singkat.
Sakura meneliti wajahnya. "Tidak, kau pembohong ulung. Katakan saja rasanya tidak enak." Gerutu Sakura.
"Rasanya memanglah enak, Sakura." Bantah Sasuke.
"Dasar pembohong! Mana ada bubur seperti ini yang terasa nikmat?! Yang ada rasanya hambar selalu, apalagi kau sedang sakit!" Omel Sakura.
Sasuke menghela nafas berat, "Kau akan menyuapiku dengan bubur atau dengan kata-katamu?" Sindir Sasuke.
"Cepatlah aku lapar," keluh Sasuke.
Sakura menunduk dalam. Menatap mangkuk kecil penuh bubur hasil buatannya. Diakui olehnya bahwa dia baru pertama kali membuat bubur, pasti rasanya tidaklah enak.
Ditambah kondisi Sasuke yang sedang sakit. Pemuda itu mungkin tidak bisa merasakan dengan jelas rasa-rasa makanan yang masuk ke mulutnya.
Setetes airmata menetes di pipi kiri Sakura. Aliran airmata tersebut tertangkap jelas oleh pengelihatan Sasuke. Dengan gerakan sigap tangan kanannya mengusap lembut pipi Sakura.
Sentuhannya membuat Sakura tersentak kaget. Dia menatap Sasuke yang sekarang juga sedang melihat kearahnya. Kedua pasang mata mereka saling bertemu tatap, emosi keduanya terpancar jelas di manik mereka.
"Maaf, ini semua salahku." Sesal Sakura.
"Apa maksudmu?" Tanya Sasuke heran.
"Jika saja aku membiarkanmu pulang dengan payungku, maka kau tidak perlu berbagi payung hingga kehujanan." Ucap Sakura.
"Aku tahu jelas kalau pundakmu terkena hujan karena kau membiarkan payung menutupiku sepenuhnya dari air hujan," Sasuke mendengar nada-nada serak Sakura. Gadis itu menahan tangisnya.
"Kau sampai sakit seperti ini, karena aku. Dan aku tidak suka saat tahu kau sakit." pundak Sakura bergetar. Tangsinya telah meledak, airmatanya turun deras tanpa bisa dibendung.
Tangan Sasuke bergerak melingkupinya, membawanya kedalam dekap hangat yang membuatnya tenang. Aroma maskulin meraba indra penciumannya.
Usapan lembut diberikan oleh Sasuke, mencoba memberikan ketenangan bagi gadis tersebut. Sakura bergerak untuk membalas pelukan Sasuke, memeluknya dengan erat.
"Aku cukup senang karena kau tidak sakit, perhatianmu yang seperti ini bisa menjadi obatku untuk sembuh dengan cepat." Jelas Sasuke.
Sasuke mengusap lembut surainya, membuat Sakura sedikit demi sedikit merasa nyaman dan tenang. Isakannya telah berhenti dan hening melanda situasi.
Tangannya hendak bergerak untuk melepas pelukannya pada Sakura, namun tangan Sakura justru semakin memeluknya erat. Tentunya Sasuke sedikit terkejut akan reaksinya.
"Biarkan dulu, aku masih ingin memelukmu." Gumam Sakura.
Dia menekuk kedua alisnya dengan bingung. Tak lama, Sakura segera mendongak dan menatap wajah Sasuke.
Wajah tampan sempurna tanpa sedikit pun cela. Dan Sakura baru sadar akan kesempurnaannya. Sayang, rupanya saat ini terlihat begitu pucat bak mayat bernafas.
"Sasuke, boleh aku katakan sesuatu?" Tanya Sakura ragu.
"Katakan saja."
"Kurasa aku mulai suka padamu." Serantai kalimat yang didengar Sasuke bagaikan melodi surga yang begitu indah.
Sakura tersipu malu. Menunduk dan membuang wajah kearah lain. Tindakannya tidak sekalipun bisa menyembunyikan rona pipi yang begitu jelas terlihat.
Sementara Sasuke masih sempat mematung beberapa saat sebelum dirinya menampilkan ekspresi terkejutnya.
"Kau—"
"Aku masih tidak tahu. Jangan bersenang hati dahulu," potong Sakura.
Tidak bisa, Sasuke tidak bisa lagi menahan senyum menawan miliknya. Hatinya berdetak kencang dengan perasaan yang meludak serta membuncah.
"Aku yakin jika kau benar menyukaiku," ucap Sasuke dengan rasa percaya diri.
"Sudah kuduga, kau juga tidak bisa menolak pesona seorang Uchiha."
Sasuke semakin berkepala besar. Sakura semakin kesal dibuatnya. Dalam hati Sakura mengumpatinya dan menyesal telah mengatakan kalimat itu.
"Heh, kepalamu terbentur? Atau telingamu tersumbat truk? Kau harus mencerna kalimatku tadi." Sinis Sakura.
"Aku bilang, kurasa. Jadi aku masih ragu. Tapi kurasa aku bukan menyukai malah semakin membencimu." Sorot mata keduanya saling beradu tajam. Seakan ada petir yang menyala keluar dari manik indah mereka.
Bibir Sasuke tersenyum miring. Sakura berkali-kali dibuatnya kebingungan hari ini. "Kenapa kau?!" Sewot Sakura.
"Teruslah membenciku, semakin kau membenciku itu artinya kau terus memikirkan diriku." Ujar Sasuke dengan senang.
"Kau gila! Dan aku jauh lebih gila karena berpikir untuk menjengukmu!" Ucap Sakura berapi-api.
Gadis tersebut segera berdiri dari tempatnya. Berjalan dengan dentuman disetiap langkah kakinya. Sasuke terkikik diatas kasurnya.
Sakura memandangnya tajam. "Apa yang kau tertawakan?!" Amuk Sakura.
Sasuke hanya memasang senyumnya. "Tidak ada." Ucapnya.
Kakinya hendak keluar meninggalkan kamar Sasuke namun sayang pemuda tersebut kembali memanggil namanya. "Sakura." Panggil Sasuke.
"Apa lagi?!" Sinis Sakura.
"Terimakasih," ucap Sasuke.
Sakura terlihat mengabaikannya, langsung mengambil langkah keluar serta menutup pintu. Tubuhnya merosot jatuh, terduduk dilantai dingin dengan punggung bersandar pintu kayu.
Kedua telapaknya menyatu didepan dadanya, bisa dirasakan detak jantungnya membara. Sakura sekuat mungkin menahan diri untuk tidak berteriak histeris.
Tanpa bertanya pada siapapun lagi Sakura telah yakin, dirinya telah menyukai Uchiha Sasuke.
.
.
.
TBC
A/N:
Manis-manis makanan berbuka belum lengkap tanpa pemanis dari nih cerita ≥﹏≤
Kurang manis? Tenang, stok gula dichapter yang akan datang bakal dibanyakin ≧∇≦
Kalo bisa sekalian aja pabrik gulanya kutambahin buat manisin chapter yang akan datang (○゚ε゚○)
Semoga kalian belum diabetes akut sebelum membacanya :')
Salam,
Ayu P.S/Liana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top