•Bertamu
..oOo..
My Princess
-Bertamu-
Written by LIANA2789
Genre: Fanfiction, romance, comedy
Pair: Sasusaku
Rate: Teen
.
.
.
Sakura terus berdiri mematung diteras rumah, memandang Sasuke dengan rona wajah samar. Sementara pemuda itu tampak terus tersenyum tipis dibawah payung milik Sakura.
Sedikit risih, Sakura mengalihkan wajahnya kearah tembok. Dalam batin ia memaki Sasuke yang tak lekas pergi setelah dirinya sampai dirumah.
"Hei, jangan tatapi aku terus. Pulang sana!" Sewot Sakura.
"Kau mengusirku dicuaca seperti ini?" Ulang Sasuke.
Memang bukanlah hal sopan jika dipandang. Tapi bagaimana pun, Sasuke adalah pengecualian. Pemuda itu mungkin pantas pulang sekarang, tanpa bertamu dirumahnya.
Namun tumpangan payung dan pertolongan Sasuke tadi, menyelamatkan dirinya dari hujan deras yang mengguyur bumi. Bukankah Sasuke pantas untuk dimaafkan atas kelancangannya yang mengambil payungnya tanpa izin?
"Hah, baiklah. Aku pulang dulu, cepat ganti bajumu itu. Aku tidak mau calon pasanganku sakit dan izin besok," seru Sasuke.
Saat hendak berbalik, Sakura segara mencekal lengan Sasuke. Tentu secara spontan langah pemuda emo itu terhenti dan terpaku pada tangan Sakura.
"Masuklah, setidaknya kau bisa ganti bajumu dengan baju kakakku." Ucap Sakura.
Walau wajahnya berpaling, pipinya yang berwarna merah bisa mencetak jelas betapa malunya dia saat ini.
Cklek
"Eh? Sakura?" Suara seorang wanita sontak mengejutkan keduanya.
Sosok Mebuki, ibu dari Sakura kini terlihat diambang pintu masuk rumah. Ia menatap heran pada kedua pasang remaja dengan seragam sekolah yang hampir sepenuhnya basah.
"Ibu?" Sakura bahkan sama herannya dengan sosok ibunya yang berada dihadapannya.
"Bukankah ibu bilang akan pergi ke butik hari ini?" Tanya Sakura.
"Melihat cuaca sore ini yang berawan hitam, ibu jadi pulang cepat. Ibu khawatir jika kau akan merasa kesepian nanti," jelas ibunya.
Mata Mebuki terarah pada sesosok pemuda dibalik tubuh Sakura. Seorang pria tampan yang tampak begitu tidak asing dimatanya.
"Ah! Nak Sasuke! Itukah kau?" Tanya Mebuki.
"Ya, ini aku Bibi Mebuki." Balas Sasuke dengan senyum.
"Wah! Sudah lama sekali! Bagaimana kabar Mikoto dan Fugaku?" Tanya Mebuki dengan ramah.
Sasuke tentu menyambut calon mertuanya tersebut dengan sama ramahnya. Tak ingin melewatkan kesempatan, ia sempat memuji Mebuki.
Hal tersebut membuat Sakura semakin geram dengan pemuda menyebalkan tersebut. Bisa-bisanya dirinya mencari kesempatan untuk mendekati ibunya.
Sementara itu, Mebuki tampak begitu ceria dan antusias saat berbincang dengan Sasuke. Entah karena rindu atau memang pengaruh tipu daya siluman pantat ayam.
"Nak Sasuke, hujan diluar masih sangat deras. Maukah kau berteduh dirumah kami sampai hujan reda? Aku akan menyiapkan pakaian untuk kau kenakan, sekalian saja kau makan disini." Tawar Mebuki dengan riang gembira.
Sakura sontak menganga lebar. Sifat sang ibu benar-benar sangat berbahaya ketika berdekatan dengan Sasuke.
Dengan begini, posisinya tidak akan aman! Bisa saja ia terus didekatkan dengan Sasuke, bisa saja setiap harinya Sasuke berkunjung kemari, bisa saja Sasuke akan mengelabui ibunya!
Tidak..
Ini mimpi buruk.
Ide buruk untuk membiarkan Sasuke tetap berada dekat dengan ibunya. Akan gawat jika ibunya termakan bualan-bualan penuh kemanisan milik Sasuke.
"Ibu, biarkan saja dia pulang." Protes Sakura.
Mebuki menoleh dengan wajah herannya. "Bukankah tadi kau yang menyuruh Sasuke-kun masuk?" Tanya Mebuki.
Sasuke menyeringai kearah Sakura. Dan seketika Sakura berpikir bahwa ibunya telah terkuasai oleh pesona si penggila tomat tersebut.
Terbukti dengan panggilan '-kun' yang baru saja terlontar dari bibirnya.
Kau dalam masalah, Sakura.
.
.
.
Sakura menuruni tangga rumahnya, berjalan menuju dapur. Matanya menatap malas pada sosok pemuda yang tengah bersama ibunya.
Walau tak disadari Mebuki, namun Sakura bisa melihat dengan teliti kelicikan Sasuke yang berusaha merebut hati ibunya demi mendapat restu untuk bersamanya.
Dan busa dilihat dari awal, kedatangan Sasuke disambut begitu riangnya Mebuki. Hal tersebut menjadi sebuah bukti pesona tampan dan santun Sasuke.
"Ah, Sakura-chan. Kemarilah!" Panggil Mebuki.
Sakura bergegas menghampiri ibunya yang tengah memasak dengan Sasuke yang berada disisinya. "Ada apa?" Tanya Sakura.
"Potong sayurnya, ibu akan mengurus bumbunya." Titah Sakura.
Tangan kanannya telah siap sedia dengan sebuah pisau dapur. Ketika hendak memotong, sebuah telapak tangan besar membuatnya terhenti mendadak.
Tentu secara spontan Sakura menoleh kearah samping. Mata onyx itu kembali bersitatap dengan emerald miliknya.
Dan entah mengapa hal ini membuatnya berdebar untuk sesaat. "Le-Lepaskan tanganmu," ucap Sakura kikuk.
"Biar aku saja." Jawab Sasuke.
Mebuki terkikik geli melihat tingkah anaknya dan Sasuke. Terkesan kaku namun begitu manis.
"Sudahlah, Nak Sasuke sebaiknya duduk saja dimeja makan. Biarkan para perempuan ini memasak," usir Mebuki dengan lembut.
Namun sayangnya Sasuke adalah tipe lelaki keras kepala. Ia menggelengkan kepalanya menolak usulan Mebuki.
"Sebaiknya bibi yang duduk, biarkan aku dan Sakura memanjakan bibi." Tegas Sasuke.
Hati wanita paruh baya itu dibuat menggila oleh Sasuke. Siapa yang tak ingin memiliki calon menantu idaman seperti Sasuke.
Jenius, tampan, perhatian, manis, sopan, berpendidikan, dan ditambah orangtuanya adalah teman dekatnya semasa sekolah dulu.
Mebuki semakin melayang pada masa depan Sakura nanti saat bersama Sasuke nantinya. Membuatnya menangkup wajah dengan kedua telapak tangan sambil tersenyum diiringi rona merah.
Sakura mendadak sweet drop dengan kelakukan ibunya. Ibunya begitu mudah leleh oleh pemuda menyebalkan seperti Sasuke.
"Baiklah, masak yang kompak ya!" Girang Mebuki.
Dengan aura berbunga Mebuki menjauh dari area dapur. Setelah merasa aman dari pengawasan ibunya, Sakura menjitak kepala Sasuke dengan keras hingga pemuda tersebut merintih kesakitan.
"Dasar! Kau pikir dengan mendekati ibuku kau bisa mendapatkanku?!" Geram Sakura.
"Apa salahnya aku dekat dengan calon mertuaku?" Goda Sasuke.
"Ibuku bukan calon mertuamu! Berhenti bermimpi terlalu tinggi maniak tomat!" Ucap Sakura kesal.
"Mimpi bisa jadi kenyataan, sweetheart." Ujar Sasuke.
Dengan kesal Sakura menodongkan pisau kearah Sauke sambil menatapnya garang. Namun pemuda itu hanya tersenyum menggoda kearahnya, tak sekalipun gentar akan pisau dapur tersebut.
"Kau benar-benar menyebalkan!" Kesal Sakura.
Kepulan asap hitam mengelilingi keduanya, membuat perhatian mereka teralih pada penggorengan. Bumbu diatasnya tampak begitu hitam dan tak layak makan saat ini.
Hal itu membuat Sakura spontan panik. Penggorengannya telah hangus menghitam layaknya arang dan asap yang terus melambung tinggi.
"Kyaa!! Gawat!" Dengan sigap Sakura meraih ganggang penggorengan tanpa memperdulikan panasnya.
Semuanya dilakukan karena spontan, ia tidak bisa berpikir jernih. Kedua tangannya mengangkat penggorengan hitam itu kearah wastafel dapur, merendamnya dengan air kran.
Cipratan air tak sengaja menetes kearah telapaknya, membuat Sakura meringis menahan perih.
Sasuke bergegas menyusulnya, segera mengakup lembut punggung tangan Sakura dan menatap luka yang timbul ditelapak tangan sang pujaan.
"Kenapa kau ceroboh sekali?! Lihat kau terluka!" Sasuke mendecih kesal.
Sakura menahan isak tangisnya. Tubuhnya mulai bergetar pelan. Air mata mulai menggenang dipelupuk matanya. Menyadari hal tersebut, Sasuke menghela nafas lelah.
"Huft.. Maafkan aku. Aku hanya khawatir padamu, sekarang berhentilah menangis." Ujar Sasuke.
.
.
.
TBC
A/N:
Akhirnya selesai~
Maaf kalo udaptenya lama pake banget! :'(
Kuharap kalian puas pada chapter kali ini :')
Sampai jumpa dichapter selanjutnya ^^
//Btw, kalo ada typo mohon dimaafkan yak :')//
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top