BAB 9
Suapan demi suapan es krim cokelat tiada henti-hentinya masuk ke dalam mulut Eunar. Sejak pertama kali mencicipi kudapan beku tersebut saat mengunjungi daerah pertokoan bersama Meia, sosok pemuda itu langsung jatuh cinta dengan rasa dan tekstur es krim.
Sekarang langit sudah menggelap. Angin dingin pun sudah mulai menunjukkan eksistensinya. Namun, Eunar masih betah berlama-lama duduk di balkon kamar Meia sambil memakan es krim yang terus-terusan muncul tiap kali habis. Ya, tentunya sang pangeran menggunakan sihir.
"Eunar, ini sudah malam. Jangan makan es krim," ucap Meia. Gadis itu sekarang sedang bersandar di pintu balkon sambil memeluk dirinya sendiri di antara sweater wol. Memang, suhu udara malam ini tampaknya jauh lebih dingin daripada kemarin.
"Huh? Memangnya kenapa?" tanya Eunar tidak mengerti.
"Nanti kau sakit. Es krim itu kan, dingin. Udara malam juga dingin," jawab Meia. "Dan lagi, kenapa kau menggunakan sihir? Bukankah kau berjanji untuk mengurangi penggunaan sihirmu?"
Eunar tentu saja tersentak kaget. Hanya karena terbius dengan rasa manis asing yang lumer di lidahnya, sang pangeran jadi melupakan janjinya sendiri. Alhasil, Eunar pun menghela napas panjang. Tidak butuh waktu lama bagi Eunar untuk menghilangkan semangkuk es krim yang sedang disantapnya lalu masuk ke dalam selimut.
"Maafkan aku, Meia. Aku lupa," ucap Eunar merasa bersalah. Sebenarnya pemuda itu bingung dengan dirinya sendiri. Entah sejak kapan, hatinya jadi sensitif. Ada perasaan aneh yang mendorong pemuda itu untuk tampil sempurna di hadapan seorang Meia Lyndis.
"Tidak perlu dibawa serius seperti itu, Eunar. Aku hanya khawatir kalau nantinya kau sakit," balas Meia sambil menutup pintu balkon dan menguncinya rapat.
"Eh iya, s-soal ibumu, bagaimana?" tanya Eunar seketika. Pemuda itu tiba-tiba teringat dengan keberadaannya yang belum diketahui oleh nyonya pemilik rumah. Apakah semua ini sudah benar?
Pertanyaan tersebut, membuat mood Meia hancur. Gadis itu ingat dengan pesan yang diterimanya beberapa menit lalu. Pesan itu berasal dari pemilik kontak yang dinamai Meia dengan nama Nenek Sihir Jahat. Ya, siapa yang mengira, kalau sang nenek sihir adalah ibunya, Nyonya Marie.
Meia naik ke atas kasurnya. Tanpa memedulikan pertanyaan Eunar, jemarinya membuka menu pesan yang ada di ponselnya lantas membaca kembali pesan dari sang ibu.
[ From: Nenek Sihir Jahat
Malam ini, aku tidak akan pulang. Aku ada lembur di kantor Frederick. ]
"Meia?" Eunar yang tidak mendapatkan jawaban pun memutuskan kembali bersuara.
"Dia tidak akan datang. Lembur, katanya," jawab Meia sambil memasang senyuman miris. Lagi-lagi wanita sialan itu lebih mementingkan sosok menjijikan yang mengatasnamakan cinta. Padahal, jika Nyonya Marie mau membuka matanya lebih lebar lagi, di sini, di rumah sepinya, ada seseorang yang jauh lebih membutuhkan perhatiannya.
"Meia, kamu--" Kalimat Eunar tidak jadi ia lontarkan. Pemuda itu sepertinya tahu saat ini Meia sedang tidak baik-baik saja. Jadi, Eunar lebih memilih untuk bungkam karena dia takut menyakiti gadis itu. Namun, diam-diam Eunar juga penasaran dengan hubungan antara ibu dan anak yang dialami oleh Meia dan Nyonya Marie. Melihat ekspresi Meia, dia jadi curiga bahwa ada yang tidak beres.
"Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir, hehe," ujar Meia. Gadis itu tiba-tiba saja memasang sebuah senyum lebar alih-alih menampilkan air mata.
"H-h--" Mulut Eunar seketika terbuka, seperti ingin melontarkan kalimat.
"Ada apa, Eunar?" tanya Meia bingung. Diam-diam, dia berharap Eunar tidak akan menanyainya yang macam-macam.
"H-h-h--" Eunar semakin melebarkan mulutnya. Pemuda itu merasakan hidungnya gatal. "H-ha-hasyim!"
Eunar pilek.
👑
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top