BAB 13

Tiga hari berlalu. Kehidupan Meia yang acak-acakan kini terasa dijungkir balikan. Keinginan gadis itu untuk mati sudah tidak pernah merusak mimpi-mimpinya lagi. Meia merasa bahwa Tuhan sebenarnya menyayanginya.

Di rumah, Meia berhasil mendapatkan kasih sayang Nyonya Marie yang rasa-rasanya mustahil untuk ia rasakan kembali. Wanita itu mulai menunjukkan keseriusannya dalam mengurus anak. Tidak segan-segan juga dirinya mengelus dan mengecup kepala anak gadis semata wayangnya tiap kali akan terlelap dalam tidur.

Di sekolah, Meia pun mulai membuka dirinya dan berhasil membangun tali pertemanan dengan Lizie squad meskipun rasa canggung kerapkali menyerang. Soal Erna? Siapa sangka, pada akhirnya gadis itu mengaku bahwa dia memiliki perasaan kepada Eunar, tetapi karena dirinya merasa berdosa kepada Meia dan Eunar, maka dia memutuskan untuk merelakan sang pangeran.

Terakhir, dan merupakan anugerah paling besar di hidup gadis itu, Meia memiliki Eunar.

Eunar tidak mengatakan apa-apa sewaktu Meia memintanya untuk tidak pergi. Dan akhirnya Meia menganggap hal tersebut sebagai sebuah persetujuan.

Pemuda bersurai cokelat itu bingung. Sebenarnya, dia pun tidak ingin meninggalkan Meia. Pasalnya, setiap kali dia berpikir untuk menghilang, rasa sakit selalu menyerang dadanya.

Hanya Meia yang mampu menyembuhkan rasa sakit itu. Eunar benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya sihir apa yang merasukinya? Tidak, lagipula, siapa juga yang bisa menggunakan mantra sihir selain dirinya?

Pagi itu, Meia, Nyonya Marie, dan Eunar sedang menikmati sarapan mereka sebelum beraktivitas. Meia dan Nyonya Marie asyik mengobrol. Ibu dan anak itu sudah sewajarnya begitu, mengisi waktu-waktu yang sempat hilang dan berhenti. Sementara itu Eunar hanya terdiam sambil menyuap nasi goreng pedas di piring.

Sang pangeran sadar bahwa waktunya tidak banyak.

"Eunar, bagaimana?" Meia tiba-tiba menyikut lengan Eunar.

Otomatis, pemuda itu pun terperanjat kaget. Bola matanya membelalak kaget. "Y-ya?"

"Kau akan ikut berlibur bersama kami akhir pekan ini, kan?" tanya Meia antusias.

Eunar mematung. Sisa waktu tiga hari lagi untuk sampai akhir pekan. Akankah waktunya cukup?

"Um." Eunar tampak berpikir. Dia sama sekali tidak ingin membuat Meia menampilkan raut kecewa.

"Ayolah, Eunar. Pasti menyenangkan. Aku berani jamin." Nyonya Marie ikutan bersuara. Tidak seperti biasa, wanita itu melengkungkan senyum lebar di wajah.

"Eunar?" Meia memasang tatapan memohon. Kedua tangannya menarik tangan Eunar ke dalam genggaman hangat.

Diperlakukan seperti itu, refleks, kepala Eunar mengangguk. Sebenarnya dia melakukannya tanpa sadar karena terpesona dengan tatapan serta perlakuan Meia. Diam-diam, jantung sang pangeran pun mulai berdetak kencang.

"Nah, bagus!" Nyonya Marie berujar senang. "Kalau begitu, aku akan memanaskan mesin mobilnya sebentar. Nanti kalian tinggal menyusul ke garasi, ya."

Setelah mendapat anggukan dari dua remaja di depannya, sosok wanita setengah baya itu pun tersenyum sambil berlalu pergi. Dan di saat itulah, Meia mulai mendekatkan bibirnya ke telinga Eunar.

Sontak saja, jantung pemuda itu semakin berdebar kencang. Rona kemerahan pun timbul di kedua pipi putihnya yang tirus. Eunar ingin sekali menghindar, tetapi tubuhnya menolak. Seakan, dirinya memang suka berada dekat-dekat dengan Meia.

Kemudian, di telinga Eunar, Meia berbisik, "Eunar, nanti ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Pokoknya ini penting, jadi kau harus ikut liburan dengan kami."

Satu tenggak saliva, Eunar telan. Pembicaraan penting, katanya? batin pemuda itu kikuk.

👑

P.s.

Maaf, menunggu lama! //membungkuk sembilan puluh derajat

Aku sempat mengalami writers block terhadap cerita ini. Jadi, karena takut pembawaan ceritanya malah jadi hancur, aku pun menunggu sampai feel-ku kembali.

Gomenasai!! T_T

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top