🎋7. The Power of Money🎋

👆Mulmed You are My Everything by Glenn Fredly👆

Voted yok! Abis ini Chris beneran bucin! Rem blong. Besok bakal bikin video Chris-Eugene pakai lagu ini.

"Bangun!"

Chris menarik kembali selimutnya sampai menutupi seluruh kepalanya. Dia tahu siapa orang yang teriak membangunkannya pagi hari padahal ia baru saja memimpikan tidur di pangkuan wanita bermata indah bernama Eugene.

"Bangun, Dad!"

Chris langsung mendelik dan menarik kembali selimutnya sampai seleher.

"Aku bukan ayahmu!" semburnya. Bocah perempuan itu tertawa kecil.

"Tapi aku ingin kau jadi ayahku."

"Suruh ibumu kawin lagi!"

"Kenapa tidak kau saja yang kawin jadi istrimu adalah mamaku?"

Chris membenci anak ini. Maharani Lie. Putrinya Danielle Puspa Lie, adik perempuan Chris. Bocah perempuan berusia 6 tahun itu dan ibunya tinggal dengan Chris dan orang tuanya. Danielle sudah bercerai dengan suaminya dan karena Chris tidak sering ada di rumah, orang tua mereka meminta anak perempuan dan cucunya itu untuk tinggal bersama mereka.

"Kau nggak sekolah?"

"Hari Sabtu, anak TK nggak sekolah," jawab Rani cepat.

"Terus gurumu ngapain kalau libur?" tanya Chris seenaknya. Bocah perempuan sok dewasa itu mengangkat bahunya.

"Mungkin pacaran," jawabnya juga seenaknya. Chris bingung bagaimana anak seusia ini bisa tahu gurunya pacaran. Apakah ibunya yang mengajarinya? Tetapi Chris meragukannya. Adiknya semata wayang, Danielle meskipun usianya masih muda, tapi telah mengalami pristiwa yang cukup membuatnya trauma dengan kata pacaran dan pernikahan. Chris bahkan juga yakin kalau adiknya itu sekarang lebih memilih sendiri saja.

"Dad juga mau pacaran ya, hari ini?"

"Apaa!"

Rani tertawa cekikikan.

"Rani tau kok, kalo Dad punya pacar, Granny sering ngecek instagram Tante itu."

Gawat! pikir Chris kelabakan. Ibunya jarang bertanya soal pacar-pacarnya, tapi kalau sudah penasaran, Beliau lebih suka mencari tahu sendiri. Sekali ini kegiatan mencari tahu sampai ketahuan cucunya.

"Granny bilang apa?" pancing Chris pada bocah itu.

"Cantik sih, katanya."

Chris menarik selimutnya lagi dan mengabaikan keponakannya. Ia berpikiran kalau Rani dibiarkan pasti akan pergi dan tidak mengganggunya lagi.

"Kapan Dad akan mengenalkanku pada calon Mamaku?"

"Hei!" Ditendangnya selimutnya sampai terbuka. Rani cekikikan.

"Aku benci anak kepo. Keluar!" usir Chris ketus.

Ddrrtt.

Ponselnya bunyi sepagi ini. Chris malas menjawab, dia menduga kalau yang menghubunginya adalah Vivi. Sejak kemarin setelah memutuskan wanita manja itu, Chris menghitung Vivi telah menghubunginya sebanyak seratus kali sedangkan chat yang tak dibaca tak terhitung lagi banyaknya. Sungguh aneh memang, wanita yang dihindari olehnya, bolak-balik telepon, sementara wanita yang dirindukannya, tak sekalipun menghubunginya. Chris ingin tahu kabarnya sejak mereka berpisah di gerai kopi, setelah kejadian tak enak soal penumpahan kopi oleh Vivi. Chris sudah minta maaf, tapi Eugene bungkam.

"Dad, ponselnya bising!" protes Rani. Disodorkannya ponsel ke wajah Chris agar ia segera menerima teleponnya. Ogah-ogahan pria itu mengambil ponselnya dan berencana akan memblok nomor telepon Vivi.

🌼 calling...

Chris menelan ludah, berdehem mengecek suaranya sebelum menjawab telepon dari Eugene. Satu-satunya nama yang dia simpan dengan emoji bunga.

"Halo, Cantik!"

"Bisa tolong aku? Dompetku tak ketemu lagi. Aku ada di ...."

"Starbucks! Tunggu di sana! Aku datang!"

"Ya!"

"Ingat! Jangan biarkan orang lain bayar," pesan Chris. Ia tak ingin tiba di sana dan melihat ada orang lain yang sudah melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugasnya.

"Iya."

"Jangan bicara pada pria terutama yang berkaki panjang!"

Eugene memutuskan hubungan telepon, Chris membayangkan wanita manis itu marah pada ponselnya sendiri karena ucapan Chris, tapi tidak apa-apa, asal dia tetap menunggu pria itu datang.

Chris segera bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi, dan mengabaikan pertanyaan keponakannya yang ingin tahu kenapa pamannya itu tiba-tiba sibuk seperti dikejar kereta api.

Sepuluh menit kemudian ia mengendarai mobil Land Rover putihnya menuju gerai kopi yang dimaksud Eugene. Jalanan tidak macet karena hari Sabtu. Hanya butuh dua puluh menit, mobil putih itu pun tiba di gerai kopi. Lelaki berkaki panjang itu terburu-buru menerobos pintu dan mencari sosok teledor, sembrono, tapi tetap menggemaskan dan manis itu.

Indera pendengaran Chris menangkap suara tawa di sudut meja kasir. Suara indah yang sering muncul dalam mimpinya beberapa hari terakhir ini, tapi Eugene tertawa bukan kepadanya, melainkan pada barista tampan berwajah ayu itu. Chris menepuk jidatnya sendiri. Kesal pada Eugene, juga pada dirinya yang terlalu peduli pada wanita itu.

Chris berdehem keras untuk diperhatikan Eugene dan barista tampan yang bersamanya.

"Hai, Sayang!"

Usahanya berhasil, Eugene menoleh ke arahnya dan menatap Chris dengan tatapan horor. Si Barista juga ikut menoleh. Chris melanjutkan aksinya, dengan santainya merangkul bahu Eugene.

"Sudah dibayar tagihan kopinya, Beib?" tanyanya dengan nada seksi membuat Eugene melongo. Begitu juga dengan barista yang tadinya sedang bicara padanya. Chris menarik lengan Eugene hingga wanita itu mau tak mau mengikutinya menuju meja kosong. Pria itu merasa perutnya serasa baru ditinju dan dadanya bertalu-talu karena menyaksikan Eugene masih sempat tersenyum dan mengangguk pada barista ayu itu.

"Jangan menghubungiku hanya untuk melihatmu tersenyum pada cowok lain," bisik Chris dengan nada mengancam. Mengancam tapi tetap memasang senyuman adalah dua hal yang bertolak belakang.

"Kopi dan rotinya sudah kubayar," tukas Si Barista. Eugene belum sempat mengucapkan terima kasih, tapi Chris sudah menjawab, "Thank, Bro. Lain waktu kau akan kuajak minum karena telah menolong pacarku."

Dia juga laki-laki, jadi Chris tahu kalau Si Barista akan sama seperti dirinya, tak akan menerima jika dibayar dengan uang dari wanita yang sedang diincarnya. Namun Chris yakin, begitu mendengar dia adalah pacar Eugene, Si Barista akan mundur. Setidaknya dia akan menahan diri untuk lanjut merayu Eugene.

"Kenapa kau mengaku-aku pacarku?" tanya Eugene ketika mereka sudah berada di luar. Chris menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia juga bingung memberi jawaban, karena tadi itu tanpa rencana. Hanya harus diakui aksinya memang hebat.

"Oii, berikan aku rokok!"

Eugene merogoh tote bag-nya memcari kotak rokok, tapi tidak menemukannya.

"Tidak ada. Aku tidak bawa," jawabnya. Chris mengibaskan tangannya, sebab meminta rokok hanyalah usahanya agar wanita cute itu melupakan pertanyaan tentang dirinya yang mengaku pacar Eugene.

"Ya, sudah. Jangan merokok lagi. Merokok tak baik buat kesehatan," ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Eugene. Wanita manis yang berdiri di hadapannya menatap Chris dengan tatapan curiga.

"Apa?"

"Beneran mau stop merokok?" tanyanya sambil memicingkan matanya. Chris menunjukkan ekspresi duck face dan mengangguk dengan manja.

"Aku bisa kok, waktu kerja di offshore, kami semua dilarang merokok. Bahaya."

"Oh!"

Eugene mengangguk-angguk beberapa kali. "Eh, kau bukannya kerja di PLN? Kok, jadi offshore?"

Chris tertawa terbahak-bahak. "Kau yang bilang aku kerja di PLN, aku nggak bilang apa-apa soal itu."

"Jadi, kau bukan PNS?" tanya Eugene dengan nada aneh. Chris menggeleng dengan muka manjanya lagi.

"Kenapa? Kecewa? Tidak jadi istri PNS? Jangan kuatir, duitku nggak kalah banyak!"

"Kurang ajar kau!"

Chris tersenyum geli lalu menarik tangan Eugene menuju mobilnya. "Mau ke mana?"

"Shopping! Cewek kan hobi shopping," jawab Chris seenaknya.

"Tapi aku nggak butuh baju baru," tukas Eugene. Meski ucapannya protes tapi dia duduk juga di mobil putih itu. Chris mengangguk dengan wajah songong. "Iya, sih. Karena kita pacaran selayaknya orang dewasa, kau nggak butuh baju."

Chris buru-buru menutup pintu mobilnya sebelum wajahnya ditampar oleh Eugene.

Eugene tak tahu kalau shopping yang dimaksud Chris adalah belanja alat dapur, jadi mereka pergi ke toko hardware. Eugene yang sudah berpikiran negatif pada pria tampan yang mengantarnya itu jadi malu ketika mobil Land Rover putih itu berhenti di depan toko.

"Aku tidak menduga kalo shopping yang kau maksud tadi yang ini," katanya dengan nada menyesal.

"Anggapanmu terhadap diriku kebanyakan salah. Tetapi—"Nada Chris meninggi ketika dilihatnya wanita yang sedang duduk di sampingnya mendelik.

"—aku akan memperbaikinya mulai hari ini."

Eugene sengaja tak mendengarkan ucapan Chris, cuek dan turun dari mobil tanpa menunggu pria itu.

"Oii! Beib! Tunggu! Beib!" teriak Chris ikut turun dari mobil. Eugene melambaikan tangannya sambil mengejek.

"Kau nggak bawa dompet, lho, Beib!" teriaknya. Eugene meringis lalu balik kembali ke mobil dan berdiri di samping Chris. Pria itu menyeringai tajam, sedangkan wanita di sampingnya hanya meringis.

Chris tahu kalau sekarang adalah saatnya menunjukkan kesombongannya karena dialah yang berkuasa. Ia memasukkan tangannya ke saku celana, berharap Eugene yang sembrono itu membaca kode tersembunyinya, atau setidaknya ia sedikit pintar walaupun suka berlaku semaunya. Eugene tertawa dan mengerti. Digandenganya tangan pria itu.

"Usaha bagus!"

Uang memang berkuasa. Setidaknya untuk sekarang, di saat Eugene ketinggalan dompetnya.

"Apa aku butuh dua cangkir?" tanya Eugene ketika Chris meletakkan set cangkir di trolley. Masalahnya set cangkir itu isinya dua dengan tulisan Mr dan Mrs dengan gambar kumis dan bibir. Ini membuat Eugene merasa kikuk.

"Iya, setnya isi dua," jawab Chris.

"Cari satuan. Aku jarang ada tamu," tukas wanita itu sambil mengembalikan cangkir itu ke rak yang kemudian diambil kembali oleh Chris.

"Aku mau. Aku akan sering datang," sahutnya dengan santai sambil mendorong trolley, meninggalkan Eugene di belakang yang tampak masih bingung dengan pemilihan cangkir itu.

"Oii, jangan biarkan pacar tampanmu jalan sendiri. Nanti aku digodain cewek lain!"

Eugene menghentakkan kakinya ke lantai dengan perasaan sebal. Chris dalam sehari ini sudah dua kali menyebut dirinya pacar, yang Eugene sendiri tak tahu mulai sejak kapan mereka pacaran.

"Beib, sini! Kok, bengong?"

Chris meninggalkan trolley-nya dan balik ke tempat Eugene lalu menggandenganya.

"Aku tidak mau jadi pacarmu!" seru Eugene.

"Kau pasti mau. Aku bisa kau harapkan kalo kau lupa bawa dompet," bisik Chris. Eugene tampak berpikir.

"Iya juga, sih!"

"Aku orang yang bisa mengurus listrik di rumahmu," tambahnya. Eugene mengangguk.

"Benar!"

"Aku pintar masak. Kau suka makan apa?"

Eugene meringis. "Pangsit goreng."

"Ah, bagus. Aku bisa."

"Apa yang kau tidak bisa?" tanya Eugene. Dia kelihatan ragu sewaktu menanyakannya. Dibalas Chris dengan mengangkat kedua bahunya. "Hampir tidak ada atau belum kutemukan."

"Dasar laki sombong!" maki Eugene sebal. Chris menunduk dan berbisik dengan nada seksi, "Aku pasti bisa memuaskanmu di tempat tidur."

Eugene melotot, pipinya bersemu merah saking malu. Ditendang lutut pria jangkung itu lalu lari meninggalkannya yang mengaduh kesakitan sambil memegangi lututnya.

"Beib, teganya dirimu!" raungnya sengaja terdengar oleh pengunjung lain. Ketika beberapa pengunjung memandanginya, Chris malah menunjukkan wajah manjanya.

"Pacarku malu-malu kucing. Biasanya dia nggak begitu."

Lalu dikejarnya Eugene tanpa memperdulikan trolley-nya.

"Beib!"

"Apa Beib Beib?"

"Christopher!"

Seorang pria dengan wajah terkesan badboy memanggil Chris dengan suara bass-nya. Chris menoleh kepadanya. Orang yang memanggilnya adalah temannya Joseph, yang sering bersepeda dan berenang bersamanya.

"Oi! Ngapain kau di sini?" tanyanya. Chris menunjukkan ekspresi ingin meninju temannya karena menanyakan hal yang tak perlu. Temannya ini malah terkekeh dan melirik Eugene yang tangannya sedang digandeng oleh Chris.

"Oh! Aku bukan pacarnya. Jangan berpikiran yang tidak-tidak!" kata Eugene sambil berusaha melepaskan tangannya dari Chris.

"Oii, jangan karena temanku ini berkaki panjang lalu kau bilang kau bukan pacarku!" omel Chris. Sekarang ia malah menarik Eugene dan merangkul pinggangnya, menghadap Joseph dengan muka songong.

"Temanku yang ini terlarang lho. Jangan tebar-tebar pesona," ancam Chris. Eugene memandangnya dengan sebal, sementara teman Chris memandangi keduanya dengan tatapan aneh.

"Pacarmu? Pacar baru?" ralatnya buru-buru. Chris kelihatan berpikir sambil menatap ke atas lalu menjawab, "Nggak baru juga, sih." Mengingat kalau dulunya dia pernah sangat menyukai Eugene.

"Hai, namaku Joseph Wiraatmaja," sapa Joseph sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Eugene. Wanita itu terkesan dengan sikap ramah Joseph dan membalas uluran tangan pria dengan rambut berantakan itu. Eugene menyebut namanya dengan pelan.

"Eugene Daisy Sidharta."

"Nggak usah sok jaim gitu suaranya."

Eugene mendelik pada Chris, berusaha mencari cara untuk membalas pria itu. Sebaliknya Chris kurang senang karena Joseph masih menjabat tangan Eugene, ditariknya tangan wanita itu dari tangan temannya.

"Nggak usah lama-lama!"

Joseph tertawa dengan kelakuan childish temannya ini. Pertunjukan bagus buatnya. Dia dan Chris sudah kenal lama karena berada di klub wushu yang sama, lalu pertemanan keduanya berlanjut di klub sepeda dan berenang. Kalau Chris sedang cuti dari pekerjaan dan ada waktu, mereka pasti akan menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas olah raga bersama. Bertemu dengan Chris bersama Eugene hari ini mengungkapkan sisi yang berbeda dari pria itu. Belum pernah Joseph melihat temannya ini cemburu sampai segitunya. Ini lucu buatnya padahal ia pernah pergi berenang bersama Chris dan salah satu pacarnya, temannya ini masih bersikap normal.

"Aku nggak mau kau emosi gara-gara aku, Chris. Aku mau pergi saja," tukas Joseph sengaja berpura-pura tak enak.

"Oh, baguslah! Aku agak tak nyaman bila ada cowok yang setinggi aku berada di dekatnya," aku Chris jujur. Joseph, lagi-lagi tertawa. Suara bass-nya sangat enak didengar sampai Eugene bengong.

"Sebelum aku pergi, hanya mau mengingatkan, besok pagi kita ada jadwal renang."

"Heh! Noted!"

"By the way, Eugene bisa berenang?" pancingnya. Wanita manis itu menggeleng. Joseph bahagia sekali karena pancingannya kena.

"Bagus! Suruh pacarmu mengajarimu. Dia sangat pintar. Aku tunggu, besok!"

Joseph Wiraatmaja (Jang Woo Young)

Lalu dengan cueknya, Joseph meninggalkan kedua orang itu. Chris masih menunjukkan ekspresi tololnya bertanya pada Eugene, "Beib, kau beneran tak bisa berenang?"

🎋My Pretty Teacher🎋

🎋Author's Noted :

Sumvah! Cici sukak pake banget sama cowok ini. 🤣😂 Komen kalian, aku tunggu! Lagi-lagi unsur olah raga, Cici masukin di sini. Semua cowok Cici di works ada hobi dan suka olah raga. Perhatikanlah!

Cintaku untuk kalian, meskipun nggak semua cowok Cici suka bilang-bilang cinta. Ngakak!

By the way! Kalian sombong, mau baca, taruh di library tapi ogah ngefollow. Apa karena Cici bukan penulis femes, ya? Sedih Cici.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top