Part 2 (End)
Pagi hari Rachel bangun dengan kepala pening. Ia mengedarkan pandangannya dan mendapati Dino tengah tidur disampingnya tanpa benang sehelaipun. Ia terbelalak kaget dan mendapati hal yang sama dengannya. Ia berteriak membuat Dino bangun dan menatapnya kesal.
"Ap-apa yang kau lakukan?" tanya Rachel dengan mata berkaca-kaca.
"Kau yang meminta semalam." kilah Dino.
Rachel menggeleng, ingatannya terhenti saat ia meneguk banyaknya minuman keras. Ia menangis namun hal itu sia-sia. Hal yang seharusnya ia jaga untuk suaminya kelak harus terenggut oleh laki-laki yang bukan suaminya
"Tenanglah, aku akan bertanggung jawab. Aku mencintaimu Rachel!" seru Dino dengan kecupan di kening Rachel.
Rachel menatap Dino penuh antisipasi. Dino mengangguk seolah meyakinkan. Rachel menghela napasnya, ia berusaha untuk mempercayai pemuda ini.
Hari terus berganti. Hubungan Dino dan Rachel semakin erat. Mereka terus melakukan hal yang tidak boleh mereka lakukan. Akan tetapi dengan alasan cinta mereka melakukan itu tanpa merasa takut sama sekali. Mereka seolah dibutakan nafsu. Mereka tidak pernah menyadari, semua yang mereka perbuat pada akhirnya mendapatkan konsekuen yang sebanding.
"Dino!" teriak Rachel dari dalam kamar mandi.
Dino yang mendengar teriakan itu bergegas masuk kedalam dan menatap Rachel bingung.
"A-aku hamil!" seru Rachel dengan wajah pucat menahan rasa takut.
Dino terdiam, ia menatap tidak percaya Rachel. Ia belum siap menanggung semua ini. Ia belum siap menjadi seorang ayah. Hingga kata itu keluar begitu saja dari mulutnya
"I-itu pasti bukan anak aku! Kamu pasti ngelakuin itu bukan cuma sama aku. Aku gak percaya itu anak aku!" ucap Dino dan keluar dari kamar mandi. Ia bergegas menggunakan bajunya dan pergi meninggalkan Rachel yang menangis tersedu.
Ia tidak pernah melakukannya dengan orang lain. Hanya dengan pemuda itu, Dino. Ya hanya dengan Dino dan bagaimana bisa pemuda itu mengatakan hal mengerikan seperti itu. Bahkan dulu ia berjanji untuk bertanggung jawab dan sekarang semua itu hanya bualan belaka.
Hari terus berlalu, Rachel yang mulai terlihat aneh membuat kedua orang tua dan kakaknya bingung. Rachel terus mengurung dirinya dan selalu memuntahkan makanan yang ia makan.
Kecurigaan sang kakak membuatnya membawa Rachel ke dokter. Dan, bagaikan petir disiang bolong saat ia mengetahui adiknya tengah mengandung tiga bulan. Ia bingung, sedih dan juga kecewa. Adiknya telah salah mengambil jalan kepopuleran.
"Aku harus bagaimana?" tanya Rachel kepada Bayu. Bayu hanya diam dan tidak bergeming. Ia membawa adiknya pulang dan mengurung sang adik di kamar.
Malam hari Bayu dan keluarga membahas perihal kehamilan Rachel. Mereka menuntut penjelasan dan siapa laki-laki yang membuatnya hamil.
Rachel hanya menghela napasnya. Dino telah kembali ke Paris. Ia lari dari masalahnya, begitupun Hana. Gadis itu memilih pergi ke Amerika meninggalakan semua masalah yang ia perbuat. Pada akhirnya semua yang dianggap teman oleh Rachel pergi untuk meninggalkannya. Dan kepopuleran yang ia rasakan dulu tidak ada gunanya. Semua teman sekolah mencibirnya. Rachel baru menyadari jika perbuatannya selama ini salah. Jalan yang ia ambil salah.
"Kau harus menggugurkannya!" seru Mami Rachel.
Rachel membelalakkan matanya tidak percaya, jika ia menggugurkan kandungan ini apa semua masalah selesai?
Rachel yang terus memikirkan kemungkinan buruk itu terlihat sedih. Ia mengelus perut yang mulai membuncit. Bagaimanapun juga anak ini darah dagingnya dan hasil perbuatannya. Tidak adil jika ia membunuhnya sebelum anak ini lahir. Hanya demi menjaga nama baik keluarganya, sang Mami tega mebuat anaknya menjadi pembunuh.
Dengan tekat kuat demi memperbaiki kesalahannya. Rachel pergi hanya bermodal tas dan juga uang disakunya. Ia mengambil seluruh uang di ATM-nya dan pergi jauh untuk membesarkan anaknya.
Satu minggu Rachel dinyatakan hilang. Namun keluarga tidak ingin melaporkannya kepada polisi. Mereka menyembunyikan kebenaran itu demi nama baik mereka.
Sementara itu Rachel yang mulai kehabisan uang, berjalan tanpa arah. Ia terus melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Rachel memilih untuk beristirahat di dekat masjid. Ia duduk dengan pandangan hampa.
Andai saja dahulu ia tidak menginginkan kepopuleran. Andai saja dahulu ia bisa menjaga dirinya dan andai saja dahulu ia tidak mengikuti egonya. Pasti hari ini ia masih berbahagia bersama teman-teman sekolahnya.
Ia menghela napas menatap iri kearah para murid sekolah yang lewat di depannya.
"Dik, adik tidak apa-apa?" tanya seorang ibu cantik berkerudung merah.
Rachel menatap ibu itu dan menggeleng lemah. Sang ibu menatap Rachel prihatin. Ia menawarkan diri untuk mengajak Rachel kerumahnya. Awalnya Rachel menolak, namun melihat ketulusan sang ibu ia luluh dan mengikutinya.
"Ini rumah Ibu." ucapnya dengan senyum lembut dibibirnya.
Rachel mengernyitkan keningnya bingung. Ini bukan rumah pada umumnya, ini sebuah panti asuhan yang terdapat banyak anak-anak yang tengah bermain dna tertawa bersama.
Sang ibu yang mengerti kebingungan Rachel menarik Rachel masuk kedalam ruangannya dan menjelaskan jika ia pemilik panti asuhan.
Rachel hanya bisa mendengar dengan seksama dan entah bagaimana ia seakan nyaman bersama ibu itu. Bu Tiwi namanya, seorang janda yang memiliki panti asuhan untuk para anak yatim piatu yang dibuang ataupun dititipkan oleh orangtuanya. Pada akhirnya Rachel menceritakan semua pelik kehidupannya. Ia menangis menyesali semuanya dan ingin memperbaikinya.
Bu Tiwi memuji sikap Rachel yang lari saat orang tuanya meminta ia menggugurkan kandungannya. Ia berkata jika anak dikandungan Rachel tidaklah bersalah. Dan Rachel harus merawatnya dengan benar.
Rachel mengangguk dan meminta izin untuk tinggal disana. Bu Tiwi dengan senang hati membiarkan Rachel tinggal dan mengurusnya saat hamil.
Enam bulan berlalu.
Rachel yang berada di ranjang dengan perut buncit tengah memperjuangkan kelahiran anaknya. Ia mengerang, berteriak dan juga mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengeluarkan anaknya.
Satu jam berlalu, suara tangisan bayi mungil terdengar. Rachel tersenyum bahagia mendapatkan seorang putri cantik.
Bu Tiwi tersenyum bahagia. Perjalanan Rachel yang tidak mudah terbalas dengan tangis bayi mungil yang sangat cantik.
"Selamat Rachel, kau menjadi seorang Ibu." ucap Bu Tiwi tulus. Rachel tersenyum dan menatap nanar kearah putrinya.
Kehidupan Rachel tidak berhenti disitu, ia selalu berusaha merawat putrinya juga keluarga barunya di panti. Hingga hari itu datang. Hari dimana kedua orangtuanya dapat menemukannya dna menyeretnya pergi dari panti itu meninggalkan putrinya dan juga saudaranya di panti.
"Bu, tolong jaga Andida untuk saya. Saya janji saya akan kembali lagi dan membawanya bersama saya." ujar Rachel dengan tangis diwajahnya. Bu Tiwi mengangguk dna membiarkan Rachel memeluk dan mengecup kening putrinya untuk terakhir kalinya.
"Maafin Mami sayang, Mami tidak bisa membawamu. Tapi Mami janji, Mami akan segera datang dan membawamu kembali."
***
Lima tahun berlalu.
Rachel yang telah sukses dengan usaha butiknya datang membawa mobil mewah ke panti asuhan tempat putrinya di rawat. Ia menuruni mobil mewah itu dan melangkah masuk dengan anggunya kedalam kantor panti.
"Maaf, apa saya bisa bertemu dengan Bu Tiwi?" tanya Rachel kepada salah satu pegawai wanita yang menatapnya kaget.
"Kak Rachel," seru wanita itu dan memeluk Rachel rindu.
"Ini aku Putri ka," jelasnya membuat Rachel menatap haru wanita didepannya itu. Putri salah satu anak panti yang sangat menyayanginya dna selalu mengurusnya saat ia hamil dahulu.
Rachel bersama Putri kini berada disebuah ruangan tertutup. Putri menjelaskan apa yang terjadi dengan panti asuhan yang mereka tinggali.
Dua tahun lalu, panti asuhan mengalami kebakaran. Bu Tiwi yang menyadari itu semua meminta semua penghuni bergegas menyelamatkan diri. Namun naas. Adinda, putri dari Rachel yang masih sangat kecil terjebak di dalamnya. Bu Tiwi yang berusaha masuk dan menyelamatkan Adinda tewas bersama Adinda setelah dilarikan kerumah sakit. Karbondioksida yang mereka hirup memenuhi paru-paru mereka. Semua orang menangisi perihal itu. Bahkan Adinda yang masih kecil terus mengoceh menyebut nama Maminya sebelum pada akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Rachel yang mendengar penjelasan Putri menatap hampa wanita itu. Air matanya jatuh, tubuhnya yang semakin lemas membuatnya jatuh kedalam kegelapan. Hatinya hancur bahkan lebih hancur saat ia memilih meninggalkan putrinya disini.
Adinda, gadis kecil yang menjadi alasannya untuk terus hidup. Gadis yang selalu Rachel rindukan harus pergi dengan cara yang mengenaskan tanpa pernah melihat kedua orangtua kandungnya.
Bahkan Rachel menangisi kebodohannya. Mengapa tidak sejak dahulu ia menjemput Adinda. Mengapa baru sekarang ia bisa pergi kepanti asuhan ini lagi. Dan masih banyak runtukan yang Rachel berikan untuk dirinya.
Balasan Tuhan untuknya sangatlah kejam. Semua impiannya harus sia-sia. Adinda, putri kecilnya telah tiada. Kebodohan yang terus ia perbuat seakan mendapat balasannya sekarang. Balasan yang sangat menyakitkan. Bahkan hanya untuk mencium kening dan kedua pipi putrinya, ia tidak mampu.
Kepopuler yang berakhir penyesalan.
Rachel berjalan menembus beberapa gundukan tanah dan sampai kepada dua gundukan tanah yang saling bersebelahan.
Pratiwi dan Adinda. Dua nisan yang sangat terawat membuat Rachel kembali terjatuh dalam isak tangisannya. Penyesalan yang sia-sia ia lakukan. Semua kemarahan dan juga perandaian yang ia keluarkan tidak dapat mengubah apapun. Adindan dan juga Bu Tiwi tidak akan pernah kembali kepadanya. Perpisahan abadi yang ia rasakan sangat menghancurkan hatinya.
Untuk Adindaku tersayang.
Maafkan Mami yang terlambat menjemputmu, maafkan Mami yang hanya bisa diam menerima semua larangan. Maafkan Mami yang meninggalkanmu sendiri.
Mami seharusnya menjemputmu lebih awal, bermain dan tertawa bersamamu. Melihat pertumbuhanmu. melihat senyum bahagia yang kau tunjukkan. Bahkan selembar foto Mami tidak punya. Maafkan Mami sayang. Maafkan kebodohan yang Mami lakukan. Hukuman yang kamu berikan sangatlah dalam. Mami ingin melihatmu, tersenyum dan memelukmu. Mami selalu mencintaimu. Penyesalan akan selalu mami simpan dalam hati hingga nanti Mami dapat bertemu denganmu dna meminta ampunan darimu. Putri kecilku Adinda.
-END-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top