Part 1

"Rachelia Amanda, cepat turun! Ini sudah siang!" teriakan di sebuah rumah besar bergaya klasik di sebuah komplek ternama di Jakarta menghiasi pagi itu.

Seorang wanita dewasa berpakaian rapih dan bermake up tebal tengah membereskan dokumen miliknya seraya meneriaki sebuah nama. "Cepetan Sayang! Atau kamu mau Mami tinggal?" ujarnya lagi mengancam.

Seorang pria dewasa berjas menuruni anak tangga dengan gagahnya, "Ada apa sih? Pagi-pagi sudah ribut sekali!" tegurnya dan mengecup pelan kening wanita di depannya kini.

"Itu loh Pi, si Rachel lama banget turunnya. Mami bisa kesiangan kalo begini!" ucapnya manja seraya membenarkan dasi pria di depannya itu.

"Apa sih Mi, ini Rachel udah siap ko." tegur seorang gadis berpakaian putih abu-abu.

Kedua orang dewasa itu menatap tidak suka dengan pakaian yang di kenakan putrinya.

"Rachel, baju yang Mami belikan kemarin kemana? Kenapa kamu pakai seragam seketat itu?!" seru sang Mami tidak suka.

"Aduh Mam, ini tuh lagi ngetrend. Mami aja pakai baju ketat kaya gitu, kenapa aku gak boleh?" ujarnya dengan sikap acuh tanpa mempedulikan kedua orang tuanya yang semakin menatapnya tidak suka.

"Sayang, Papi gak suka kamu pakai baju seketat itu. Kamu masih sekolah belum pantas memakai baju seperti itu, Nak!"

"Papi, please deh! Baju Rachel semuanya udah Rachel kecilin. Rachel malu sering diolok-olok sama temen-temen Rachel."

Helaan napas dari kedua orangtua Rachel hanya dianggap angin lalu oleh gadis itu. Ia mengambil satu potong roti yang telah tersedia dan memakannya acuh. Ia tidak peduli dengan ucapan kedua orangtuanya. Toh mereka tidak pernah mempedulikan urusannya sejak dahulu, lalu mengapa kini mereka peduli.

"Pagi Mam, pagi Pi!" ucap seorang pemuda tampan yang baru datang. Pemuda itu menatap heran adiknya.

"De, kamu pakai baju apaan sih?!"

"Kenapa?! Kakak protes juga? Aneh ya pagi ini, kalian kenapa jadi sok peduli kaya gini?" ujarnya kesal.

"Aku bawa mobil sendiri aja, hari ini aku ada tugas kelompok sampai malam di rumah Dini. Kakak tau Dinikan?" pemuda itu mengangguk, "bisa jadi aku bermalam dirumahnya." ujarnya lagi dan mencium tangan kedua orang tuanya dan juga kakaknya.

"Hati-hati, kalo ada apa-apa telpon Kakak!" teriak pemuda itu yang hanya dibalas lambaian tangan.

Bayu Ardinata seorang pemuda tampan di perguruan tinggi jurusan arsitek ternama di Jakarta menatap sang adik yang semakin berubah setelah mereka pindah ke Jakarta. Ibu kota Indonesia yang penuh dengan berbagai macam manusia di dalamnya.

"Mam, Pap, apa gak papa Rachel kita biarin bawa mobil sendiri?" tanya Bayu dengan wajah cemasnya.

Kedua orangtuanya menggeleng seolah tidak masalah dengan hal itu. Sebenarnya ada kekhawatiran sendiri didalam hati Bayu. Bagaimanapun Rachel adik satu-satunya yang ia punya. Ia tidak ingin Rachel terjerumus kedalam pegaulan menyesatkan zaman sekarang.

Zaman dimana mereka menyebutnya sebagai generasi milenium, generasi penuh teknologi canggih yang sangat cepat berkembang. Generasi yang dituntut bisa menggunakan dan berinteraksi dengan teknologi secara cepat.

***

"Hai semua!" sapa Rachel kepada teman-temannya yang berada di belakang sekolah. Rachel tersenyum miring saat mendapati teman-temannya terbelalak kagum menatapnya.

"Wah gila, kamu keren banget boleh bawa mobil ke sekolah." celetuk salah satu gadis berkalung pink.

"Iya dong Han, Rachel gitu." ucap Rachel bangga.

Rachel Amanda, seorang siswi SMU tingkat dua semester akhir. Siswi pindahan semester awal di Jakarta. Rachel panggilannya.

Dahulu Rachel tidak seliar sekarang. Pakaian yang gombrong dengan dandanan cupu menghiasi tubuhnya saat pertama kali memasuki sekolah elit di Jakarta. Seiring berlalunya waktu dan pergaulan yang Rachel jalani membuat gadis itu seolah kehilangan arah.

Kedua orang tua yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan dan seorang kakak yang sangat pendiam membuat Rachel tidak terkendali. Demi kepopuleran semata, Rachel menggunakan segala cara mengubah dirinya dan berteman dengan genk Hana.

Sebuah genk yang sangat populer di kalangan para murid dengan kecantikan dan kenakalan yang mereka punya. Rachel yang tertarik dengan kepopuleran yang Hana miliki memilih ikut bergabung dengan mereka tanpa memperdulikan jalan apa yang ia ambil.

"Hel, aku punya kenalan ni buat kamu." seru Hana tersenyum manis kepada Rachel.

"Siapa? Ganteng ga?" sahut Rachel acuh.

"Kamu pasti suka,"

"Mana?"

"Tuh!" tunjuk Hana.

Rachel menatap arah yang Hana tunjukkan dan mendapati seorang pemuda tampan berjaket hitam tengah memegang rokok di jarinya.

Rachel tersenyum. Ia menatap pemuda itu tanpa berkedip.

"Keren," gumam Rachel yang masih bisa di dengar Hana.

"Aku bilang juga apa, kamu pasti tertarik deh...," Hana menatap Rachel dan tersenyum nakal. Rachel mengernyitkan dahinya bingung.

"... dia sukanya main di mobil loh," bisik Hana ambigu yang semakin membuat Rachel bingung setengah mati.

"Aku gak ngerti," tutur Rachel polos. Hana terkekeh dan hanya menggedikkan bahunya acuh.

"Sini aku kenalin," Hana menarik lengan Rachel menuju pemuda itu.

"Dino, kenalin ini Rachel yang sering aku ceritain." seru Hana seraya memperkenalkan mereka.

"Cantik," gumam Dino tepesona. Rachel tersenyum malu mendapati pujian itu.

Mereka berdua saling berkenalan dan membagi kontak mereka masing-masing. Pertemuan yang singkat namun terasa menyenangkan untuk Rachel. Rachel yang terbilang masih polos dalam urusan cinta membuat Dino gemas bukan main.

Selain wajah cantik yang dimiliki Rachel, tubuh bagaikan gitar Spanyol membuat Dino semakin memuja gadis itu. Benar-benar cantik bukan main.

"Lain kali kita bisa bertemu saat jam sekolah selesai?" pinta Dino yang hanya di angguki oleh Rachel.

Pertemuan singkat yang mampu membuat Rachel terkesan kepada Dino, pemuda tampan yang belum pasti dari mana asalnya. Itu bukan hal penting untuk Rachel, yang terpenting pemuda itu tampan dan dapat membuat dirinya semakin populer di kalangan murid-murid sekolah.

***

Hari berlalu dengan cepat, hubungan Rachel dan juga Dino semakin dekat. Bahkan kini mereka berani pergi berdua. Begitupun kepopuleran Rachel yang semakin tinggi. Ia terkenal menjadi gadis cantik dengan sejuta pesona. Meski ia selalu melanggar aturan sekolah namun nilai yang ia dapat tidak dapat membuat guru-guru memaki dan mencaci ulahnya. Rachel yang seharusnya bisa menjadi icon sekolahnya justru tenggelam dengan kenakalan yang ia lakukan.

Kepopuleran yang seharusnya bisa ia peroleh dengan cara yang benar justru ia abaikan. Ia lebih memilih jalan gelap penuh ketidak wajaran.

"Rachel, malam ini kamu bisa menginap di rumahku?" tanya Hana yang menghampiri Rachel.

Rachel mendongak menatap Hana. Ia mencoba berfikir dan tidak lama ia mengangguk pasti.

"Memang ada acara apa?" tanya Rachel penasaran.

"Aku ingin membawamu ketempat yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya," seru Hana dengan tatapan menggodanya.

"Sungguh? Kemana?"

"Clubing!"

Rachel mendelik terkejut. Seumur hidupnya ia tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat menjijikan seperti itu. Bahkan setelah ia kenal dengan Hana, ia selalu menolak jika diajak ketempat seperti itu.

"Mmm, gimana ya?" ucap Rachel mencoba berfikir kembali.

"Ayolah, kamu belum pernah kesana bukan? Jika kau ingin terus populer cobalah memasuki tempat itu. Lagi pula, disana ada Dino. Apa kamu tidak ingin bertemu dengannya?"

Rachel tersenyum, pertahanannya goyah.

"Baiklah!" seru Rachel dan merogoh kantong bajunya. Ia mengetik beberapa kata untuk dikirimkan kepada kakaknya. kedua orangtua yang tengah melakukan perjalanan bisnis semakin membuat Rachel bersemangat untuk menginap.

Jam sekolah yang telah berakhir segera dimanfaatkan oleh Hana dan juga Rachel untuk bergegas pulang kerumah Hana.

Rachel yang kini telah berada di rumah Hana menatap takjub rumah besar di depannya, "Kamu tinggal sendiri?" tanya Rachel.

"Iya, kedua orangtuaku ada di Amerika. Jadi, yah beginilah selalu sendiri, hanya para pembantu yang datang dan pulang sore hari." jelas Hana tersirat kesedihan.

Hana menggelengkan kepala mengusir rasa sedih itu dan menatap Rachel dengan senyum cerianya lagi. "Ayuk, kita kekamarku. Kamu harus tampil memukau di depan Dino dan emm setidaknya malam ini kalian harus jadian." seru Hana membuat Rachel malu.

Mereka berdua bersiap untuk pergi. Rachel dan juga Hana mengenakan pakaian minim. Dengan dres yang hanya sebatas paha dan mengekspos pundak mereka berdua, membuat mereka terlihat cantik dan juga sedikit dewasa. Rachel mengernyit tidak nyaman dengan pakaian ketat yang membalut badanya. Namun Hana menenangkan dan memberi semangat untuknya.

Pada akhirnya mereka pergi hanya berbalut baju yang sangat minim dan sepatu hak tinggi.

Satu jam perjalanan mereka lewati, Hana dan Rachel yang tenggelam dalam alunan musik di radio menghentikan aktifitasnya dan turun dari mobil menuju club di depannya.

Rachel dan Hana memasuki club malam di kawasan kemang, mereka tersenyum ramah kepada para petugas. Beruntungnya club itu tidak memerlukan kartu tanda pengenal untuk melihat umur mereka.

Banyak anak sekolah seperti mereka yamg sering keluar masuk club ini. Mereka rata-rata pergi bersama kekasih, teman, bahkan om-om mata keranjang. Bukan hal yang tabu. Pergaulan seperti itu dianggap gaul bahkan populer dikalangan mereka.

Rachel melangkahkan kakinya dengan percaya diri, terlebih pandangan nakal para lelaki semakin membuatnya bangga. Tubuh bagaikan gitar Spanyol dengan ukuran dada terbilang over untuk seumuran mereka, serta bokong padat semakin membuat para lelaki menginginkannya.

"Gila! Aku bilang juga apa, kamu pasti jadi primadona disini." seru Hana senang. Rachel hanya tersenyum malu.

Tidak perlu waktu yang lama untuk mereka berdua menemukan Dino dan teman-temannya. Hana yang telah mengenal sebagian besar teman-teman Dino memilih meninggalkan Rachel dan bergabung bersama mereka.

Rachel yang bingung ditinggal Hama hanya bisa diam mematung di depan Dino.

"Kamu cantik banget, " puji Dino.

Rachel tersenyum manis dan mengajak Dino untuk duduk di salah satu bangku kosong.

"Kamu sering kesini?" tanya Rachel penasaran.

"Gak juga ko, kadang-kadang aja." balas Dino sedikit teriak.

Alunan musik yang keras membuat mereka harus mengeraskan suaranya untuk sekedar berbincang.

Dino dan Rachel terlihat semakin akrab, mereka sesekali tertawa bersama dan menikmati minuman yamg Dino pesan. Awalnya Rachel sedikit tersedak dengan rasa yang aneh di mulutnya. Minum bir bukanlah hal yang mudah, jika belum terbiasa mulut akan menolak rasanya.

Perlahan Rachel merasa gerah. Tegukan demi tegukan ia habiskan tanpa tahu efek dari minuman itu.

Dino hanya tersenyum sinis mendapati rencananya berhasil. Rachel yang mulai mabuk tidak dapat mengendalikan dirinya, ia bertingkah aneh dan menggoda Dino.

Dino segera membawa Rachel pergi dari club, tidak lupa ia berpamitan terlebih dahulu kepada teman-temannya. Ia juga melihat Hana yang mulai mabuk dan sudah setengah telanjang bersama mereka semua.

Hana gadis itu memang terbilang nakal dan juga berani. Ia melampiaskan sepi di hidupnya dengan cara yang salah. Dan sekarang ia membawa Rachel untuk mengikuti jejaknya. Jejak yang sangat merugikan dan juga menyesatkan.

Dino membawa Rachel menggunakan mobil mewahnya melaju membelah jalan Jakarta malam hari. Ia menuju apartemen miliknya. Dino, seorang pemuda blasteran Paris Indonesia. Ia memilih tinggal di kampung halaman Ibunya dan meninggalkan kedua orangtuanya yang kini berada di Paris untuk menimba ilmu di Indonesia. Gaya hidup yang bebas disana ia bawa hingga sekarang.

Malam itu Dino membawa Rachel untuk memuaskan nafsunya. Rachel yang tidak sadarkan diri hanya bisa menurut.

Mereka telah sampai di apartemen. Dino mulai merebahkan tubuh Rachel dan mulai melakukan hal itu. Hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan oleh mereka. Sesuatu yang tidak pantas sama sekali. Malam yang panas membuat gairah mereka menggebu, malam yang menjadi saksi kesalahan fatal yang mereka perbuat. Rachel yang tengah mabuk dengan senang hati melayani Dino.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top