🍀4. No Scandal🍀

👆Mulmed dengan klip Ethan dan Jasmin.

Jasmin sangat malu. Dia belum pernah semalu ini seumur hidupnya. Di antara semua pria yang ada di kota ini, kenapa ia harus bertemu dengan pria berkulit gelap yang pernah memiliki hubungan semalam dengannya?

Jasmin menjedotkan kepalanya di meja kerjanya Lita, kepala divisi bagian HRD meliriknya dengan tajam.

"Kau kenapa?"

"Jangan tanya! Pura-pura tak lihat saja," jawab Jasmin masih tetap berusaha membuat dirinya amnesia. Seandainya dia bisa menghilang, seandainya dia bisa membuat GM-nya lupa siapa dirinya.

Jasmin mengangkat kepalanya tiba-tiba lalu bicara sendiri. "Dia mungkin tidak ingat siapa aku."

Seberapa bisa kau melupakan cinta semalammu?

Jasmin menggeleng sambil manyun.

Tidak bisa!

Direbahkannya kepalanya lagi ke meja. Lita kembali menunjukkan mimik kalau dia terganggu dengan suara ketukan kepala Jasmin ke meja.

"Stop doing that!" protes wanita yang usianya lebih senior dari Jasmin. Jasmin cemberut dan mengangkat kepalanya menatap Lita.

"I hate you!"

"Same here!" balas Lita bermaksud bercanda. Jasmin pura-pura nangis dengan kuat.

Tiba-tiba ponsel Lita dan Jasmin berbunyi secara bersamaan, artinya grup WA hotel sedang mengumumkan sesuatu.

Semua kepala divisi berkumpul di ruang meeting. Pesan dari General Manager.

Jasmin menjauhkan ponselnya seakan dia takut ada sesuatu yang mengerikan muncul dari layarnya.

"Aku mau pergi patroli!" tukas Jasmin sambil menyambar radio panggil. Lita menggelengkan kepalanya.

"Kau kerasukan, Manajer Alex? Kau sudah baca sendiri. Bertemu di ruang meeting. Kau mau jadi nama pertama dalam daftar yang dirumahkan?"

Mungkin itu bisa menjadi solusi yang baik daripada aku harus ketemu dia lagi, pikir Jasmin.

"Berapa pesangon yang kuterima kalau aku dirumahkan?" tanya Jasmin serius. Lita melotot padanya.

"Gila kau ya! Berapa lama kau merangkak sampai posisimu di sana? Enak saja mau dirumahkan! Sana ke ruang meeting. Cari tau apa yang Tuan Muda itu mau! Lebih aman kalau kau tahu apa maunya," tukas Lita malah membuat Jasmin sesak nafas.

General Manager yang baru itu, maunya banyak. Tukang paksa, maksain ciuman di jalanan, bad boy meskipun wajahnya tampak dingin dan acuh. Tukang pamer. Pamer bodynya yang cokelat. Pasangan ranjang yang panas.

"Astagahhhh! Kau sakit, ya? Wajahmu merah!" pekik Lita sambil menempelkan tangannya di kening Jasmin. Wanita cantik yang memiliki mata lebar itu berusaha menepis tangan Lita.

"Alexa, ngaku kalau sakit! Nggak usah sok kuat!"

Jasmin bangkit dari duduknya, menyambar radio panggil dan melupakan ponselnya.

"Aku mau patroli dulu. Aku tidak sakit!"

"Meeting!"

"Pada waktunya aku akan ada di sana, puas Ibu Lita?"

"Jangan sampai lupa! Kami butuh kau di sana! Oh, jangan menghancurkan otakmu dengan menyeruduk tembok. Aku dengar gosip anak-anak housekeeping melihatmu berusaha menghancurkan isi kepalamu dengan menyeruduk GM baru itu. Terima kasih atas usahamu melenyapkan dia. Tapi nggak gitu juga caranya!"

"Bye bye!" pamit Jasmin dengan hati dongkol.

Kelihatannya staf housekeeping melihat kejadian Jasmin terjatuh dalam pelukan GM karena usahanya memperbaiki tirai. Mereka melihat atau mendengar dari mulut ke mulut, sebab yang ada di tempat saat itu ada tiga orang. GM, asisten GM dan dirinya.

Menyeruduk GM baru. Itu sama sekali bukan tujuannya. Jasmin benar-benar terkejut karena melihat Si Kulit Gelap ada di kamar itu. Dia mengira sosok itu hanya ilusinya karena terlalu berat bekerja dan kurang tidur. Atau memang dia sering melamunkan pria yang memiliki mata unik itu.

Jatuh dalam pelukan pria itu adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya. Apalagi sampai dijadikan bahan gosip staf housekeeping.

Jasmin berjalan tenang di sekeliling kolam renang, memeriksa apa ada sesuatu yang tidak beres seperti biasanya. Lantai satu kemudian naik ke lantai dua. Hari ini, akhir pekan, kamar hotel lumayan penuh. Kolam renang juga ramai dengan tamu karena GM baru itu meminta divisi engineering memperbaiki pemanas.

"Tidak ada yang berenang dengan suhu air seperti ini," katanya. Suaranya dingin seperti angin pegunungan di sekitar hotel. Divisi engineering segera melakukan tugasnya sampai kepalanya turun tangan dan pemanasnya berhasil dihidupkan.

"Kak, sini main tembak air!" teriak seorang anak laki-laki di kolam renang. Jasmin tersenyum kecil menatap anak itu dan secara otomatis pikirannya teringat pada Sean.

Sedang apa bocah itu saat akhir pekan begitu? Jasmin tidak tahu apakah Jonatan ada bersama anak itu atau sedang terbang. Sudah dua minggu, Jasmin tidak pulang ke rumah, tapi sering menghubungi Sean lewat telepon. Kadang Sean minta agar Jasmin mengajaknya ke hotelnya, tapi wanita itu bilang kalau harus tanya kepada Jonatan dulu.

Jasmin melamun sambil berjalan mengitari lantai dua dari satu sisi ke sisi lainnya. Ketika hendak menuruni tangga, di sisi yang berseberangan dengannya, ia melihat General Manager itu berjalan diikuti oleh asistennya. Tetap saja dengan gaya angkuh dan acuhnya. Beberapa staf yang berpapasan dengannya mengangguk hormat padanya tapi diacuhkannya.

Dasar sombong!

Jasmin cemberut memandangi General Manager tampan itu. Dia memang tampan, kaya, dan berkuasa, tapi tidak perlu sombong begitu.

Jasmin mendesah. Dia sudah bekerja selama lima tahun di hotel ini, ada beberapa senior yang sudah mengabdikan diri mereka lebih lama dari Jasmin. Pak Herman, staf accounting katanya sudah bekerja sejak pertama hotel ini beroperasional. Sekarang saja usianya 54 tahun, tapi tak bisa pensiun karena masih ada tanggungan putri bungsunya kuliah, sedangkan putra sulungnya yang diharapkan masih tidak bisa mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Putranya sekarang jadi driver ojol. Pak Herman mengungkapkan kekuatirannya kepada Jasmin kalau sampai namanya terdapat dalam daftar perombakan. Jasmin ikut sedih mendengarnya, tapi juga tak bisa berbuat apa-apa untuk meringankan beban Pak Herman.

Semua ini karena orang kejam itu. Jasmin menggertakkan giginya. Seharusnya tadi dia benar-benar bisa membuat GM itu pingsan lalu menolak bekerja lagi, maka semua staf pasti akan berterima kasih kepada Jasmin.

"General Manager kita ganteng, ya?"

"He-eh?"

Jasmin menoleh. Di sampingnya ada Jun, Front Office Manager hotel ini. Pria tampan dengan gigi rapi.

Juneidi Lennon (Ok Taecyeon)

"Apanya yang ganteng, Jun?" tanya Jasmin pura-pura tak tertarik. Jun tertawa.

"Dia menarik. Staf lain kepoin akun medsosnya. Dia hobi traveling. And you know what? Di akun instagramnya selain foto traveling, dia juga seneng dengan triathlon. TRIATHLON darling! Kau tau apa artinya itu?"

"Apa?"

Jun menjentik jidat Jasmin.

"Lihat bahunya lebar, bayangkan berapa lama dia renang sampai bisa gitu."

Jun memintanya membayangkan bahu itu.

Ya ampun!

Jasmin sudah pernah menggigit bahu lebar dan kokoh itu.

"Lihat! Lihat kaki panjangnya. Yakin aku kalo pahanya berotot!"

Memang!

Jasmin menelan ludah. Dia ingin sekali menutup mulut Jun agar tidak lagi mereka ulang kejadian malam itu, di saat dirinya dan General Manager itu berbagi ranjang. Wajah Jasmin memanas, pipinya memerah mengingat setiap detilnya.

"Kau orgasme?"

"Hah!"

Ditendangnya kaki Jun kuat-kuat sampai pria itu mengaduh kesakitan sambil memegangi tulang keringnya.

"Diam! Suaramu seperti kucing melahirkan."

Jun menjepit leher wanita mungil itu di ketiaknya lalu menjentik kening Jasmin lagi. Dua orang yang melakukan terlalu banyak gerakan sampai menarik perhatian orang yang berada di gedung di seberangnya.

Ethan Wisnuwardhana melirik sinis Jun dan Jasmin sedangkan asistennya melambaikan tangannya pada dua orang di seberang gedung itu.

Saking sinisnya wajah General Manager, Jun merasakan aroma percikan api yang bisa membakar gedung. Dilepaskannya rangkulannya pada Jasmin. Padahal semua staf sudah tahu bagaimana sikap Jun terhadap Jasmin. Pria jangkung bertubuh besar itu memang suka mengganggu RM-nya. Jasmin baik kepada semua staf tak terkecuali Jun walaupun pria itu sering mengganggunya.

Jasmin dan Jun mengangguk hormat pada GM karena lambaian tangan asistennya pria itu. Namun Ethan mengacuhkan mereka dan memanggil Andre untuk mengikutinya.

Arogan!

"Kau lihat itu? Dia akan membunuh kita!"

"Kau lihat! Kau lihat! Ini gara-gara kau!"

Jasmin menghentakkan kakinya lalu meninggalkan Jun dengan muka bengongnya. Jasmin pikir bahwa bagus sekali dalam satu gedung, dia memiliki hubungan kerja dengan dua pria yang akan saling melengkapi. Satu muka datar, satunya muka songong, dan dia akan mati muda.

"Tunggu, Manager Alex!" panggil Jun sambil berlari menyusulnya. Setelah Jasmin marah, dia baru memanggil Jasmin dengan sopan.

Jun memang brengsek!

"Kau sudah makan siang?"

"Aku diet!"

"Manager Alex!"

Jasmin mengabaikan Jun. Dia mempercepat langkahnya dan masuk ke toilet wanita agar pria itu tak bisa mengejarnya. Namun sebenarnya dia masuk ke toilet untuk memeriksa wajahnya karena telah membawa kembali kenangan malam General Manager toples di depannya.

Ditepuknya pipinya di depan cermin. Jasmin mengakui kalau wajahnya memerah. Dia tidak tahu bagaimana cara menyamarkan semburat merah itu. Pantas saja Lita mengatakan dia sakit dan Jun bilang dia orgasme. Jun memang keterlaluan. Dia yang mulai menganalisa tubuh General Manager itu padahal untuk apa dia melakukan itu.

"Manager Alex!"

Suara Jun ada di radio panggil. Jasmin tak mau menjawab, nanti dia akan beralasan kalau baterainya habis. Sungguh kekanak-kanakan memanggilnya di radio karena tahu Jasmin sedang marah padanya.

"Manager Alex, di mana kau? Kau lupa meetingnya?"

Ya, dia lupa dan ingin melupakan tapi tidak bisa. Jasmin meletakkan radio panggil di depan bibirnya.

"Ya. Lima menit, aku ke sana," jawab Jasmin. Ia lalu merapikan jas kerjanya sambil melihat cermin, merapikan rambut dengan tangan, tapi saat teringat kalau harus meeting dengan boss, Jasmin kembali membuat rambutnya tidak rapi.

"Kau kira aku senang bertemu denganmu? Jangan harap!" tukas Jasmin dengan judes pada bayangannya dicermin.

"Pura-pura tak kenal aku? Puas dirimu?"

Jasmin berkacak pinggang melihat cermin dengan wajah judes.

"Baik! Mari kita lanjutkan! Kita lihat siapa yang bertahan, Pak GM!"

Jasmin memainkan tangannya seakan dia menembak GM di cermin. Lalu menghembus jari yang membentuk pistol itu. Dia tertawa sendiri dan siap menghadapi pertemuan dengan boss. Apa pun yang diinginkan pria jangkung itu, Jasmin siap menghadapinya. Jasmin mengangguk dan menghentakkan kakinya beranjak meninggalkan toilet sambil berlari. Dia tidak tahu ada orang lain di dalam toilet yang mendengar Jasmin bicara sendiri.

Sementara Jasmin setengah berlari menuju ruang meeting yang berada di lantai dua dari tangga dekat front desk.

"Manager Alex, kami semua sudah di ruang meeting. Tinggal kau saja!"

"Sepuluh detik!"

Dunia sungguh tidak adil buat orang mungil seperti dirinya. Jasmin berlari-lari kecil, tapi pria jangkung itu mencapainya.

General Manager beserta asistennya yang sama jangkungnya. Pria berkulit gelap itu melewati Jasmin dan meliriknya sekilas. Jasmin memperlebar langkahnya agar tidak dilewati oleh bossnya tapi tetap gagal. Si Asisten menyeringai ketika dia melewati Jasmin bahkan melambaikan tangannya.

GM dan Asistennya sudah mencapai ruang meeting ketika Jasmin sampai di lantai dua. Ketika Jasmin masuk, semua orang di dalam memandangnya kecuali GM. Dia hanya terus membaca berkas yang ada di meja. Jasmin mengangguk kepadanya meskipun pria itu tak melihatnya. Jasmin mencari kursi kosong dan tahu Jun sedang melambaikan tangan padanya, tapi sengaja dia abaikan karena sedang marah pada lelaki itu. Jun menurunkan tangannya. Namun Jasmin harus menahan egonya karena tidak ada kursi tersisa di ruang meeting itu, pilihannya antara di sebelah Jun atau di samping kiri Pak GM. Biasanya itu memang tempatnya hanya karena mereka memang tidak harus menempati kursi yang selalu sama di ruang meeting dan Jasmin merasa tidak nyaman duduk di samping pria itu. Jasmin memilih di samping Jun. Pria bergigi rapi itu tersenyum ketika akhirnya Jasmin meletakkan radio panggilnya di meja.

"Sebagai awalan meski kalian sudah tahu. Saya Ethan Wisnuwardhana, GM baru."

Suaranya dingin seperti air kulkas, menurut para staf tapi tidak dengan Jasmin yang pernah mendengar bisikan dan desahan nikmat GM di telinganya. Tidak ada seorang pun staf yang bersuara mungkin karena ruangannya dingin ditambah dengan suara GM yang sama sekali tak bersahabat. Asisten GM berdehem dua kali tapi semua masih diam jadi dia mengambil inisiatif untuk bertepuk tangan. Staf lain ikut tepuk tangan menyambut Ethan tak terkecuali Jasmin dan Jun.

"Kau tak ikut mendaftar jadi fansnya 'kan?" bisik Jun. Jasmin tersenyum kecil.

"Ada?"

"Minat?"

"Nggak!"

"Bagus!"

"Kenapa?"

"Sainganmu banyak!"

Jasmin tersenyum kecil begitu juga Jun.

"Katanya kau menjatuhkan diri di kamar 1105 dan mendarat di pelukannya?"

Kami bahkan pernah berpelukan dalam keadaan naked.

"Aku nggak sangka start-mu bagus!"

Jasmin melirik Jun dengan sinis. Tetapi bisa sesinis apa dengan mata bulat jenaka seperti itu. Meskipun marah, matanya tetap tampak ramah.

"Jangan bergosip, Jun!"

"Anda mendengar rumor sebelum kedatangan saya. Sebagian benar sebagian tidak."

Bla bla bla.

Jasmin bukannya malas mendengar pidato perkenalan seperti itu, dia masih merinding dengan suara itu. Lebih baik dia mendengar gurauan Jun daripada suara General Manager yang mengancam eksistensinya di ruangan itu.

"Ada aturan pertama yang perlu saya sampaikan sebelum Anda bekerja bersama saya."

Jasmin meraih cup air mineral dan mencoba menancapkan straw tapi tak berhasil, diulangnya berkali-kali sampai Jun yang melihatnya tak sabaran dan merebutnya dari tangan Jasmin.

Plast! Tertancap dan airnya muncrat keluar mengenai wajah Jun. Jasmin tak bisa menahan senyumannya tapi tahu diri karena Lita yang ada di sampingnya mendelik dan memberi kode padanya agar tidak rusuh. Jasmin mengedarkan pandangan ke sekeliling dan ternyata semua staf memperhatikan dia dan Jun, termasuk General Manager.

"Aturan yang paling dasar dalam team work kita adalah..."

Jasmin merasa tatapan mata GM langsung menusuk ke jantungnya.

"No scandal!"

Apa?

"Skandal? No scandal?" Jun mengulangi kata-kata GM dengan wajah songongnya.

🍀My Place or Yours🍀

Author's Noted :

Jun. Yang cek tulisan saya judul : ROMEO PINJAMAN, kalian pasti kenal hotelier yang satu ini.

Part 4, saya tulis dalam waktu semalam.

Komen panjang ya seperti kalian tulis surat cinta buat Max sebelumnya. Kiranya Pak GM ini juga sama hotnya. Tapi dia cool deh.

By the way! Kalian sombong, mau baca, taruh di library tapi ogah ngefollow. Apa karena Cici bukan penulis femes, ya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top