🍀2. Stay with Me🍀
👆Multimedia 👆
By the way! Kalian sombong, mau baca, taruh di library tapi ogah ngefollow. Apa karena Cici bukan penulis femes, ya?
"Mami!"
Jasmin memeluk bocah laki-laki yang berdiri menyambutnya di depan pintu rumah ibunya.
"Mami basah!"
Jasmin tertawa pelan. Bukan salahnya kalau Sean ikut basah karena memeluknya. Bocah tampan itu selalu membuatnya ingin pulang ke rumah ibunya meskipun ia kadang harus dicereweti oleh ibunya soal pasangan hidupnya.
"Aku bukan ibumu. Panggil aku Tante Jasmin," bisiknya di telinga bocah tampan itu sambil menggelitik lehernya.
Sean terkekeh geli.
"Sean suka memanggil Mami."
"Tante mau tanya mengapa Sean suka memanggil Mami?" tanya Jasmin sambil membelai rambut keponakannya yang hitam persis kakak laki-lakinya.
Sean menghela nafas persis gaya ayahnya.
"Kalau Tante, Sean panggil Mami, kan berarti Tante punya anak."
Jasmin tertawa mendengar penjelasan bocah imut ini lalu memeluknya. Kata-kata Sean ini sebenarnya mungkin berasal dari pembicaraan ibunya yang sering menyindir Jasmin, bahwa ketika Jonatan seumur Jasmin, kakak laki-lakinya itu sudah menikah. Hanya saja Sean mengatakannya dengan cara sederhana.
"Sean bicara sama siapa?" tanya Erni, ibunya Jasmin.
"Mami, Nek," jawab Sean sambil mengandeng tangan Jasmin masuk ke ruang keluarga.
"Tante bukan Mami. Ibumu sedang bertugas. Dan mengapa kalian berdua bisa basah seperti itu?"
Erni mulai mengomel tapi tetap menyiapkan handuk kering untuk Jasmin dan membantu Sean berganti pakaian.
"Bagaimana kencanmu?" tanya Erni tanpa menunggu lebih lama lagi. Jasmin hanya mengangguk.
"Apa maksud anggukanmu?"
"Maksudku, kami cocok," jawab Jasmin pendek.
"Jasmin Alexa, bicara yang jelas. Usiamu tidak muda lagi."
Ibunya mulai lagi. Jasmin hanya bisa menghela nafas, merasa lelah.
"Mama sudahlah, biarkan adikku memiliki hidupnya sendiri."
Jasmin tersenyum mendengar suara itu. Kakak laki-lakinya yang paling tampan muncul.
"Papa!"
"Hello, Little Pilot! Apa kau nakal hari ini?" tanya Jonatan sambil memeluk Sean dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara. Bocah itu cekikikan.
"Lebih tinggi lagi, Papa!" sorak Sean semangat.
"Di mana Sonia?" tanya Jasmin ketika Jonatan menurunkan Sean.
"Jadwal kami tidak sama. Besok baru ia tiba."
"Oh."
"Kau kehujanan?" tanya kakak kesayangan Jasmin itu.
"Ia pasti lupa membawa payung. Selalu lupa, lupa ini, lupa itu, lupa berteman, lupa berkencan dan lupa usia."
That's it!
Pembicaraan tahap kedua.
"Sudahlah, Ma."
"Jonatan, jangan membela adikmu. Sebentar lagi ia akan jadi perawan tua dan semua tetangga akan menertawakan aku."
"Mama."
"Mama, aku tidak yakin kalau adikku yang cantik ini terlahir untuk menjadi perawan tua. Dia hanya belum bertemu dengan orang yang tepat. Kalau pun adikku tidak menemukannya, itu bukan salahnya. Salahkan para lelaki tolol yang tidak bisa melihat kelebihannya," tukas Jonatan.
Jasmin menatap kakak laki-lakinya dengan tatapan sayang, tetapi Jonatan menatap lurus pada ibu mereka dan tidak melirik Jasmin sedikit pun. Jasmin merasa ingin memeluknya dan mengucapkan terima kasih pada kakaknya itu.
"Sampai kapan dia terus pemilih? Usianya tidak muda lagi, Natan!"
"Ah Mama, jangan terlalu kuatir. Yang penting adikku bahagia. Buat apa buru-buru punya pasangan hidup kalau tidak bahagia. Benar kan, Dik?"
"Kau dan ayahmu selalu saja membelanya. Makanya ia jadi manja," omel Erni jengkel.
Kali ini Jonatan mengedipkan sebelah matanya pada Jasmin. Dibalas wanita itu dengan senyuman samar. Lalu ibunya menggandeng tangan Sean.
"Ucapkan selamat malam pada Papa dan Tante, lalu kita pergi tidur."
Sean mendengarkannya.
"Selamat malam, Papa, Mam... Tante."
"Selamat malam Sean."
Jasmin mencium pipi bocah tampan itu.
"Thank you, Brader!"
Jonatan tersenyum, senyum yang manis, Jasmin langsung teringat pada senyuman almarhum ayah mereka. Menurut ibunya, senyum inilah yang meruntuhkan hatinya sewaktu muda padahal yang mengejar cinta Erni banyak tapi dia memilih ayahnya Jasmin. Jonatan memang mirip Johan Tedja.
"Jangan pedulikan ucapan, Mama. Dia terlalu kuatir padamu," desah Jonatan pelan ketika ibu dan anaknya sudah menghilang ke kamar tidur. Jasmin tersenyum kecil.
"Aku tau, Brader."
"Bahkan jika kau tak menemukan belahan jiwamu, biarkan aku dan Sean yang menjagamu," janji Jonatan sambil merangkul bahu adiknya. Jasmin tersenyum.
🍀My Place or Yours?🍀
Ethan berjalan dengan langkah gontai sambil memikirkan kebodohannya telah mengejar bayangan wanita yang membuatnya penasaran lalu merasa dikecewakan karena berharap terlalu banyak. Paling tidak ia belum sempat mempermalukan dirinya di depan wanita itu.
Raut wajah cantik yang menipu. Pasti banyak yang tertipu dengan penampilan luar dari wanita cantik itu, seperti pria yang bersamanya itu. Selalu saja pada awal suatu hubungan, pria lebih banyak tertarik dengan wajah cantik. Lalu setelah pernikahan berjalan sepuluh tahun, kecantikan sudah memudar, maka perasaan juga ikut memudar. Itu sebabnya banyak perselingkuhan di luar sana. Ethan sering menemukan teman-temannya yang sudah lama menikah, tapi memiliki selingkuhan. Kadang pasangannya tahu, tapi pura-pura tidak tahu karena malu untuk bercerai. Mereka takut dengan cap diceraikan oleh suami di usia yang sudah tidak muda. Daripada terganggu dengan isu itu, lebih baik bertahan dengan perselingkuhan suaminya.
Ethan bukannya tidak percaya pada cinta. Bila melihat pengalaman orang tuanya, ia melihat ayahnya sangat mencintai ibunya meskipun usianya tidak panjang. Seorang Setiawan Dharmajie yang terlahir dari keluarga biasa-biasa saja bahkan bisa merencanakan masa depan untuk istrinya sehingga Dewi tak lagi susah di masa tuanya, yang sayangnya tak dapat dinikmati oleh ayahnya Ethan.
Ethan tidak yakin kalau dia bisa mencintai seorang perempuan seperti Setiawan mencintai Dewi atau tidak akan beruntung menemukan cintanya. Sekarang, dia sangat sibuk untuk membenahi hotel yang ditinggalkan ayahnya itu agar tidak dijual oleh ibunya. Ethan sama sekali tidak butuh hubungan. Yang dia perlu mungkin selingan.
Ini terakhir kalinya pertemuan yang diatur oleh Dewi, Ethan tak akan lagi menerima kalau ibunya memperlihatkan foto wanita lagi. Dia akan menenggelamkan diri dengan pekerjaan barunya, butuh beberapa bulan lalu jika semua berjalan sesuai harapan, Ethan akan menyerahkan posisinya pada profesional dan kembali traveling ke negara lain yang belum pernah dikunjunginya, dia tak akan mendengar ocehan dari Dewi tentang konsep pernikahan dan keluarga.
Calm down, Ethan!
Setiap orang tua yang memiliki anak di atas usia pernikahan tapi belum menikah pasti akan bersikap seperti Dewi Wijaya. Ibunya wanita berbibir stoberi juga seperti itu.
Cutie Strawberry!
Dia mengalami hal itu.
Apa artinya ini?
Ethan menghentikan langkahnya dan membuka resleting jaket kulitnya yang dirasanya terlalu ketat mencekik lehernya. Wanita itu juga dipaksa mengikuti perjodohan. Ethan mengerutkan kening sambil mengusap rahangnya.
Dia punya anak laki-laki, buat apa ia mengikuti perjodohan?
Disentuhnya keningnya dan memijat-mijat kepalanya yang tiba-tiba pusing.
Kesepakatan itu. Sial!
Cutie Strawberry dan lelaki itu sepakat pura-pura cocok.
Ethan Wisnuwardhana bodoh!
Pria berkaki panjang itu segera berbalik, berlari kencang menuju rumah wanita itu lagi. Dia berharap masih memiliki kesempatan untuk mengenal wanita itu lebih jauh.
Tunggu aku, Cutie Strawberry!
Jangan sampai kau menghilang dari hadapanku sebelum kita berkenalan.
🍀My Place or Yours?🍀
"Yakin mau kembali ke mess malam ini?" tanya Jonatan. Jasmin mengangguk.
"Masih ada shuttle bus jam 10. Aku masih bisa menunggu di depan komplek," jawabnya. Jonatan mendesah. Dia sebenarnya ingin adiknya itu menginap malam ini, tapi Jasmin beralasan kalau masih banyak yang harus dikerjakannya besok karena mereka akan berganti manajemen baru. Jika dia baru naik bus besok maka kerjaannya jadi tertunda.
"Aku antar sampai depan?"
Jasmin menggeleng.
"Kau kurang tidur, Pilot. Sana masuk rumah. Segera tidur," tolak Jasmin membuat Jonatan terkekeh. Jarak rumah dan titik suttle bus memang masih tergolong dekat, hanya saja Jonatan merasa bertanggung jawab harus menjaga adiknya, meskipun dia merasa luar biasa penat. Jasmin mendorong tubuh Jonatan masuk ke teras lalu dia mengunci pagar rumahnya.
"See you soon, Brader!"
Dilanbaikan tangannya tanpa menoleh pada Jonatan karena kuatir kakaknya akan ikut mengantarnya.
"Hati-hati, Lil Sis!"
Jasmin tidak juga menoleh hanya mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan melambai.
"Hey, Pretty Jasmine... Somewhere there's someone who dreams of your smile!" teriaknya.
Jasmin tertawa dan mengangguk, menyukai perkataan kakaknya, tapi juga tidak yakin akan kebenarannya. Sudah bertahun-tahun lamanya dia membuang keinginannya untuk berkeluarga, bukannya trauma, hanya merasa pesimis akan menemukan pria yang bisa Jasmin cintai. Jasmin kuatir kalau pasangannya tidak sesuai harapannya maka semuanya akan sia-sia. Lebih baik dia tidak melangkah lebih dalam lagi hanya untuk memuaskan keinginan ibunya.
Namun Jonatan dan Sonia berbeda. Mereka berdua bagai yin dan yang saling melengkapi. Kadang-kadang dalam seminggu karena ketatnya jadwal penerbangan, mereka hanya sempat bertemu satu hari tapi itu sama sekali tidak mengurangi cinta mereka.
Huft!
Beberapa bulan ke depan, Jasmin tak akan sempat memikirkan tentang hubungan seperti ini. Dia akan sibuk dengan kerjaannya. Hotel tempat dia bekerja akan kedatangan General Manager baru, yang katanya putra pewaris grup Dharmajie dengan tugas melakukan pembongkaran secara besar-besaran. Jasmin sudah mendengar isu kalau sebenarnya dari tahun lalu, hotel ini hendak dijual oleh pemiliknya, tapi entah mengapa tak jadi dilakukan. Teman-temannya yang lain telah heboh mengecek data pribadi GM baru mereka yang katanya masih lajang dan ganteng, Jasmin tidak ikut-ikutan karena merasa tak ada gunanya. Dia akan bekerja keras seperti biasanya bahkan lebih baik lagi supaya tidak dimasukkan dalam list karyawan yang akan dirumahkan.
Jasmin melihat arloji di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Dia harus segera berlari menuju tempat shuttle bus. Jasmin menyesal menolak Jonatan yang mau mengantarnya, setidaknya kakaknya itu akan mengantarnya dengan mobil sampai di titik shuttle bus. Jasmin melangkah dengan buru-buru, kakinya yang mengenakan heels terasa sakit.
Tap tap tap!
Dia mendengar suara langkah kaki berlari mendekatinya.
Sial!
Jasmin merasa takut, titik shuttle bus sudah tampak di matanya tapi dia masih harus melewati tempat sepi. Dia menghibur dirinya kalau suara langkah kaki itu mungkin adalah orang yang sekedar lewat.
Tap tap tap!
Makin dekat!
Sekarang, Jasmin memberanikan menoleh ke belakang. Jika ada yang membahayakan dirinya, ia bersiap dengan tasnya sebagai senjata. Ketika ia menoleh, Jasmin dapat melihat sosok samar dalam kegelapan malam.
Tinggi, berkulit gelap, dan tampan.
Dia...
Jasmin menelan ludahnya dan tak mengerti kenapa kakinya berhenti melangkah.
Pria di kafe itu.
Si Kulit Gelap mendekati tempat Jasmin berdiri. Matanya tertuju lurus pada wajah Jasmin. Jasmin tak bergerak karena terhipnotis dengan wajah si pria yang tanpa ekspresi.
Ia makin dekat!
Jasmin bingung. Lututnya lemas.
🍀My Place or Yours?🍀
Dia berdiri bengong menatap Ethan. Ethan tahu, mata Si Cutie Strawberry itu tertuju padanya, diam tak bergerak, seolah dia telah tahu Ethan akan menyusulnya. Di sana hanya ada mereka berdua, bertatapan. Ethan merasa dia dan wanita itu telah saling mengenal meskipun inilah pertama kali mereka bertemu.
Dengan kaki panjangnya, Ethan berlari mempersempit jarak antara dirinya dan wanita itu. Makin dekat, nafasnya makin sesak. Sementara wanita itu masih membeku menatapnya ketika sampai di hadapannya.
"Menungguku?"
BUKK!!!
"Bagaimana kalau kita ngobrol sambil minum segelas wine?" tanya Ethan.
Wanita itu tersenyum.
🍀My Place or Yours🍀
Cutie Strawberry merebahkan kepalanya di meja. Ethan mengikutinya hanya untuk tetap dapat memandangnya meskipun kepalanya sudah berat. Badannya seakan terbakar oleh wine dan juga oleh reaksi ketertarikan fisik dirinya terhadap wanita itu.
"Taukah kau..."
"..ya.."
"Kau tidak tau..."
"..ya.."
"Kita mengalami hal yang sama..."
"Oh ya? Dalam hal apa?"
"Perjodohan. Aku rasa aku tak akan menikah."
Cutie Strawberry mengikik lalu menggelengkan kepalanya ke kiri dan kanan.
"Aku benci kau mengingatkanku soal itu," katanya.
"Jadi... kau suka kalau aku melakukan apa?"
Pertanyaan bagus.
🍀My Place or Yours🍀
Ini jelas bukan hotel bintang lima, tapi inilah yang terdekat. Hotelnya ada di belakang terminal shuttle bus. Tergesa-gesa Ethan menggandeng tangan Jasmin. Tangan wanita itu gemetar dalam genggamannya.
"Dingin?" bisik Ethan parau.
Ia menggeleng.
Sabarlah... Sebentar lagi aku akan membuatmu terbakar.
Lift pertama datang, Ethan dan Cutie Strawberry melewatkannya karena ada pasangan lansia di dalam lift.
Lift kedua terbuka. Ethan menoleh pada Jasmin yang juga sedang menatapnya dengan ragu. Sepanjang hidupnya, Ethan tak pernah mencemaskan tentang wanita, tapi kali ini dia cemas kalau Cutie Strawberry akan mundur.
Pintu lift tertutup dan Ethan buru-buru menekan tombol untuk menahan pintunya menutup lagi. Tidak bisa mundur lagi. Ethan tidak menggandeng tangan wanita itu, tapi mendorongnya masuk. Dia menjadi tidak sabaran karena keragu-raguan yang ditunjukkan wanita yang bersamanya.
Begitu pintu lift tertutup, Ethan merapatkan tubuhnya kepada Si Bibir Stroberi.
"CCTV," bisiknya dengan suara rendah sambil menunjuk kamera di belakang Ethan. Suara rendahnya itu begitu seksi kedengarannya. Ethan tahu kalau bukan hanya dirinya yang sedang menahan diri. Kalau tidak diingatkan, ia bisa saja lupa diri dan bercinta dengan wanita itu di lift.
"Lantai berapa?" tanya Ethan seperti orang linglung sambil mendaratkan kecupan ringan di pucuk kepala wanita bermata lebar itu.
"Li-ma," jawabnya. Ethan menekan lima.
🍀My Place or Yours?🍀
Ketika pria tampan itu membuka pintu kamar dengan kunci magnetis, perasaan Jasmin tidak karuan. Dia takut, tapi juga penasaran dan hanya mengikuti kata hatinya. Jasmin tak ingin mundur, dia tidak sudi mundur.
Pria jangkung ini pasti bukanlah pria penyabar, bahkan sebelum pintu otomatis tertutup, dia sudah menarik Jasmin dalam pelukannya. Tubuhnya panas, Jasmin merasa ikut terbakar bersamanya.
Bibirnya menyusuri bibir Jasmin dan menggodanya. Dia jauh dari kata manis. Dia agak kasar tapi tidak brutal. Tidak pelan tapi dengan ritme yang sesuai. Karena dia terlalu tinggi, Jasmin harus menengadah agar bisa mencapai bibirnya, itu juga dibantu pria itu dengan mengangkat pinggang Jasmin. Aroma maskulin itu menghipnotis pikiran Jasmin. Dia tidak bisa berpikir jernih ketika tangannya buru-buru melepaskan kancing kemeja pria itu.
"Cantik..." bisiknya di telinga Jasmin sementara jemarinya yang panjang dan kokoh membuka kemeja sutra Jasmin, satu persatu lepas. Suaranya khas, suara rendah menahan hasrat.
Ia berhasil membuka kancing kemeja terakhir dan matanya tertuju ke dada Jasmin yang tertutup bra hitam. Wanita itu sangat malu dengan tatapannya. Jasmin pikir mungkin ukuran dadanya terlalu kecil untuk ukuran wanita seksi, dia pun membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Si Kulit Gelap, tapi pria menahannya.
"Kenapa?"
"Aku..."
Pria itu memegangi dagu dan mencium bibir Jasmin dengan ganas. Tangannya melingkar di punggungku dan mulai membuka kaitan bra hitamnya. Tanpa banyak kesulitan, bra yang dipakai Jasmin terlepas dan memperlihatkan dadanya. Lalu bibirnya meluncur ke leher dan menggesekkan hidung mancungnya di kulit Jasmin dan mengigitnya hingga meninggalkan bekas ciuman.
"Kau manis sekali, seperti stroberi," bisiknya dengan suara rendah yang seksi.
"Sebaliknya, kau sama sekali tidak manis," balas Jasmin bergurau di saat yang kuranh tepat. Ia tertawa sambil mengangkat kepalanya.
"Yah, aku tau, kok," pungkasnya. Bibirnya tampak cemberut. Jasmin merasa dia selalu kelihatan menarik dengan bibir seperti itu, lalu diciumnya bibir pria itu dengan ringan.
"Kau mau membantuku melepaskan sisanya?" tanyanya sambil melirik ke bagian bawah tubuhnya. Namun, dia juga tidak menunggu jawaban karena pria itu melepaskan sendiri sisanya.
"Kau suka?" bisiknya di telinga Jasmin ketika semua pakaiannya sudah ditanggalkan. Jasmin melihat dada yang berotot, perut yang rata, bahu yang lebar dan... sesuatu yang indah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
"Ya, aku suka."
"I'm yours..." godanya lagi. Ditariknya Jasmin mendekat ke tubuh polosnya. Dada Jasmin yang telanjang bersentuhan dengan kulitnya yang panas. Lalu tangannya bergerak melepaskan rok Jasmin sampai meluncur ke bawah kakinya. Mereka akan terbakar atau sudah terbakar.
"Sebentar..."
Pria itu berlutut, bibirnya menyapu perut Jasmin dan mengigitnya dengan lembut. Jasmin mengerang, menggigit bibirnya sendiri, tangannya mencengkram bahu Ethan.
Tangan kasar pria itu mulai menurunkan stocking Jasmin dengan terburu-buru dan mencium kulit yang terekspos ketika stocking itu diturunkan. Lalu ia menurunkan underwear Jasmin, sekarang dia benar-benar polos.Pria itu kemudian berdiri dan menggendong Jasmin ke ranjang sambil memainkan lidahnya di dalam mulut wanita itu.
"Maaf... Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi."
Pengaman!
Pria itu mencari sesuatu di saku celananya yang terlempar ke lantai sebelum kembali ke tempat tidur. Tangan kekarnya membelai wajah Jasmin dengan lembut. Ditindihnya tubuh Jasmin lalu ia menyatukan tubuhnya, sedikit tergesa-gesa namun tetap lembut. Jasmin mendesah nikmat.
Apa ia akan tahu? Aku ketakutan...
Ia berhenti.
Menatap Jasmin ngeri.
Jangan berhenti.
Jasmin bergerak.
🍀My Place or Yours☘️
Ethan terbangun ketika sinar matahari menerobos tirai jendela yang tidak tertutup sempurna. Dibukanya mata perlahan-lahan. Dia merasa kelelahan tapi juga merasa bahagia.
Di mana ini?
Ini bukan kamarku.
Ethan mengangkat kepalanya berusaha melihat sekelilingnya. Dia ada di kamar hotel. Hotel sederhana.
Cutie Strawberry. Semalaman dia bersama wanita itu, tapi Ethan tak menemukannya di dalam kamar ini. Dia bangkit dari ranjang, mencari sosok wanita yang bercinta semalaman dengannya.
"Cutie Strawberry," panggilnya pelan sambil berjalan ke kamar mandi. Ethan mendorong pintunya. Kosong.
"Cantik..."
Ia tidak ada. Wanita itu sudah menghilang. Ethan meragukan dia benar-benar menghabiskan malam dengan bercinta dengan wanita itu.
Diacaknya rambut sendiri sambil menghela nafas. Ethan tidak menemukan kalau wanita bermata lebar itu ada bersama semalaman selain bekas ciumannya yang membekas serta wangi parfumnya yang melekat di tubuh pria jangkung itu.
Dengan keadaan marah dan kecewa karena ditinggalkan tanpa kata-kata, Ethan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan menuju kamar mandi. Dia bertekad untuk menemukan wanita itu. Cutie Strawberry. Jasmin Tedja. Bila perlu, dia akan membongkar seluruh kota untuk mencari wanita itu.
🍀My Place or Yours?🍀
🍀Author's Noted :
Asli ini jadi beda. Dulunya ini fanfic-ku bergabung dengan genre sport. Ethan adalah pelatih tim sepak bola. Tetapi langsung berubah ketika kutulis ulang. Dulu juga pakai pov 1.
Komen, ya. Biar diriku senang. Suka berinteraksi dengan kalian semua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top