2. Misi

"Ada apa kau memanggilku, Pak?" tanya seorang pemuda dengan parasnya yang tampan dan berusia sekitar 16 tahun.

Saat ini hanya ada mereka berdua di ruangan tersebut yang diduga milik seorang pria paruh baya yang sedang duduk santai di meja kerjanya namun dengan wajah serius.

"Aku memiliki misi untukmu." ucap pri paruh baya tersebut seraya berdiri dari kursi putarnya. "Kudengar di sekolah London Senior High School ada seseorang yang mengidap PAREIDOLIA."

Pemuda tersebut tersentak. "Tapi Pak, setahu ku penyakit itu sangat langka dan hanya beberapa orang saja di dunia ini yang mengidap penyakit itu."

"Karena itu lah aku memberikan misi ini untukmu. Carilah dia disekolah itu dengan menyamar menjadi murid disana. Setelah kau menemukannya aku ingin kau melindunginya. Bisa saja ada orang jahat yang mengincarnya karena penyakit itu spesial." ucap pria paruh baya tersebut dengan berwibawa.

"A-apa? Menyamar menjadi murid?" beo pemuda itu. Pria paruh baya tersebut mengangguk menanggapi pertanyaan pemuda di hadapannya.

"Tapi bagaimana? Tidak mungkin aku bisa mencari satu orang dari sekian banyaknya murid." tanya pemuda tersebut mengernyitkan dahi.

"Aku tidak menyuruhmu mencarinya dengan tangan kosong." pria itu pun mengambil sesuatu dari laci meja kerjanya dan mengeluarkan sebuah benda berbentuk persegi panjang.

"Pakailah ini." ucap pria tersebut seraya memberikan benda yang ia ambil dari laci meja kerjanya.

Pemuda itu menerima lalu membukanya. Saat ia membuka, terlihatlah sebuah kacamata yang biasanya digunakan orang-penderita minus.

Ia mencoba memakai dan ia arahkan penglihatannya pada pria paruh baya di hadapannya. Ia terpukau dengan kacamata tersebut. Benar-benar menakjubkan ia dapat melihat data lengkap dari pria paruh baya tersebut, mulai dari nama asli, nama samaran, umur dan dapat mendeteksi sifat asli seseorang. Juga dapat mendeteksi orang tersebut berbohong atau tidak.

"Dengan kacamata ini, aku yakin kau bisa menemukannya dengan mudah. Sekarang laksanakan misi ini."

"Baik, Pak." pemuda tersebut hendak melangkah pergi, namun pria paruh baya itu kembali memanggilnya. "Ervin, jangan sampai penyamaranmu terbongkar."

"Ya, Pak. Aku mengerti."

***

Pagi itu cuaca cukup mendung. Avelia mempercepat langkahnya ke sekolah karena takut terkena guyuran hujan. Utunglah jarak dari rumah ke sekolah cukup dekat yang hanya memakan waktu 5 - 10 menit.

Akhirnya Velia sampai di sekolah sebelum hujan yang sangat lebat akhirnya turun. Ia pun melangkahkan kakinya untuk masuk ke kelas. Suasana di sekolah masih sepi karena ia datang terlalu pagi, terlebih hujan deras yang mengguyur memungkinkan murid-murid untuk masuk terlambat.

Saat Velia sudah di depan kelas ia dikejutkan dengan seseorang yang menurutnya menyebalkan. Ya, siapa lagi jika bukan Ervin yang terlihat sedang membersihkan papan tulis dari coretan-coretan spidol. Hingga tanpa sengaja Ervin melihat Velia yang sedang berdiam diri di dekat pintu kelas.

"Oh, hai Velia. Selamat pagi." sapa pemuda kacamata tersebut dengan ramah, dan hanya diacuhkan Velia yang melangkah masuk menuju mejanya.

Ervin hanya tersenyum melihat sifat cuek bebek Velia. Ia pun meletakkan penghapus yang ia gunakan untuk membersihkan papan tulis di meja guru dan berjalan untuk duduk di bangkunya yang bersampingan dengan Velia.

"Hei, apa kau masih marah padaku?" tanya pemuda tersebut mencoba mengajak Velia bicara. Lagi-lagi hanya acuhan yang diterimanya. Velia hanya mengarahkan kepalanya ke jendela yang berada di samping kirinya melihat pemandangan hujan lebat yang mengguyur pepohonan mengabaikan Ervin.

"Baiklah. Jika kau masih marah aku minta maaf. Kau mau memaafkanku?" setelah mengatakan hal itu barulah Velia mengalihkan pandangannya untuk melihat Ervin.

Meski masih terdapat tatapan kesal dari Velia, Ervin masih saja senantiasa tersenyum. "kenapa aku harus satu kelas dan duduk bersampingan dengan orang aneh ini?" batin Velia, ia kembali mengalihkan pandangannya ke jendela. Suasana hening yang berlangsung 5 menit itu, membuat Ervin kembali membuka mulut.

"Velia, apa kau tidak ingin memaafkanku?" Ervin hanya menghela nafas ketika pertanyaannya tidak digubris Velia sama sekali.

Hujan sudah mulai reda, dan murid-murid mulai berdatangan, meski beberapa dari mereka ada yang bajunya basah kuyub.

Murid-murid sudah berkumpul di kelas Velia, dan saat itu juga guru Matematika masuk. Hampir semua murid disini membenci pelajaran matematika, karena rumus dan angka yang dihitung serta sulitnya disuruh mencari x dan y. Banyak dari mereka yang pura-pura mendengarkan penjelasan dari Pak Guru tersebut padahal mereka sendiri sama sekali tidak paham.

"Apa kalian paham dengan materi matematika kali ini?" tanya Pak Guru. "PAHAM, PAK!!!" jawab serentak murid-murid. Bukan hanya serentak bahkan mereka dengan kompaknya berdusta jika mereka paham dengan pelajaran tersebut.

"Baiklah, sebagai penutup aku akan memberikan tugas untuk kalian kerjakan di rumah. Jangan lupa minggu depan serahkan tugasnya padaku." Pak guru langsung menuliskan angka-angka tersebut di papan tulis. Murid-murid di kelas ini pun hanya menerima tugas tersebut dengan pasrah.

Teng Teng Teng

Bel istirahat menggemakan yang sekolah membuat murid-murid berlomba ke kantin untuk untuk mengisi perut mereka yang sudah mengaum.

Dan seperti biasa, Velia ingin memakan bekalnya, namun ia bingung harus makan dimana. Karena dimana pun dia berada, Ervin pasti akan selalu menganggu.

Dia melirik Ervin yang sejak lonceng istirahat, dia tidak beranjak dari tempat duduknya, dan hanya asyik membaca buku.

Merasa sedang diperhatikan, Ervin pun menoleh pada Velia. "Kau makan saja. Aku janji tidak akan menganggumu." Ucapnya tersenyum tipis, seperti ia mengetahui apa yang sedang dipikirkan gadis itu. Ervin kembali melanjutkan aktivitasnya membaca buku. Entah kenapa kali ini Velia percaya pada Ervin dan ia mulai memakan nasi goreng buatannya sendiri.

***

Velia menghabiskan bekalnya dengan tenang tanpa gangguan dari Ervin. Pemuda tersebut ternyata menepati janjinya. Tapi Velia berpikir mungkin saja hanya saat ini Ervin tidak menganggunya. Mungkin saja besok ia akan kembali bertingkah konyol.

Teng Teng Teng

Bel tanda masuk berbunyi, menandakan jam istirahat sudah selesai dan murid-murid harus kembali belajar. Meski sudah mengisi perut mereka, tetap saja masih ada murid yang malas untuk mengikuti pelajaran.

Dan kali ini giliran pelajaran biologi. Pelajaran biologi terbilang mudah, namun yang sulit menghafal nama latin dari hewan dan tumbuhan. Tidak jarang jika saat ulangan biologi banyak dari mereka yang salah tulis karena bahasa latin yang sulit diingat dan diucapkan.

Velia terus saja membolak-balikan buku paket biologi dengan bosan, padahal ia sama sekali tidak membacanya. Hingga ia melirik gambar bunga mawar yang terdapat pada halaman buku tersebut. Lalu gambar bunga mawar itu menyapanya.

"Hai. Kau anak yang manis." ucap wajah dari gambar tersebut. Penyakit ini bisa datang kapan saja dan dimana saja.

Velia pun langsung menutup buku paket tersebut. Ervin yang duduk disampingnya heran mengapa gadis tersebut tiba-tiba saja menutup bukunya. Ervin pun mencoba bertanya. "Ada apa? Apa ada yang salah?"

"Tidak ada." jawab Velia dingin. Ia pun berpura-pura memperhatikan penjelasan dari guru biologi.

***

Teng Teng Teng

Akhirnya lonceng yang paling ditunggu-tunggu para murid berbunyi, yaitu waktu jam pulang. Mereka begitu semangat untuk segera pulang ke rumah agar dapat beristirahat.

Terlebih di kelas 11-A pelajaran terakhir adalah Kimia, pelajaran yang begitu menguras otak setelah fisika. Dan guru kimia memberikan tugas kelompok. Setiap kelompok terdiri dari dua orang. Hanya Velia saja yang belum mendapat teman.

Velia melangkahkan kakinya untuk segera pulang, namun ia mendengar suara orang berlari menuju arahnya, dan Velia sudah tahu siapa itu. Velia pun semakin mempercepat langkahnya agar terhindar dengan Ervin. Namun pemuda tersebut justru memanggilnya.

"Hei, Velia. Apa kau ingin aku berkelompok denganmu, atau jika kau mau aku yang akan datang ke rumahmu." ucap Ervin sambil mengikuti gadis pareidolia tersebut yang terus berjalan. Velia menghentikan langkahnya, mencoba mengatur emosinya, dan membalikkan badannya hingga berhadapan dengan Ervin.

"Berhenti bersikap seolah kau mengenalku atau sahabatku. Kita tidak saling mengenal. Berhentilah menggangguku." setelah mengatakan hal itu Velia kembali melangkahkan kakinya menuju gerbang meninggalkan Ervin yang terdiam karena perkataan Velia.

Ia pun mengacak surai hitamnya dan melepas kacamatanya tanda bahwa ia sedang frustasi. Ia pun merasa handphone nya bergetar dan langsung mengangkat teleponnya.

"Halo, Pak. Entahlah Pak. Gadis itu sangat sulit untuk didekati. Tapi aku akan berusaha."


To be Continued

Akhirnya bisa update. Maaf ya kalo update nya lama 😀. Soalnya kemaren lagi gk ada mood buat ngetik 😅. Apakah part ini terlalu pendek???

Terimakasih juga untuk para readers yg udh kasih koment sama vote nya. Seneng deh rasanya kalian udh mau vote cerita ku ini 😆

Btw, apa diantara kalian ada yg mau kasih saran untuk konflik cerita ini?
Soalnya aku belum nentuin konflik dari cerita ini. Bagi yg punya silahkan isi di kolom koment ya 😁

Selamat malming bagi para jomblo termasuk aku 😭

See you next part 👋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top