1. Pertemuan
Namaku Avelia Caresa. Seorang gadis bersurai perak dengan iris mata biru pucat berusia 16 tahun dan tinggal di London.
Aku tidak tahu apakah ini sebuah anugerah atau kutukan, tetapi aku memiliki penyakit langka bernama Pareidolia.
Pareidolia adalah penyakit dimana penderitanya dapat melihat wajah di benda-benda mati disekitarnya dan dapat berbicara. Karena penyakit itulah aku selalu dianggap aneh teman-temanku.
Karena dimana pun aku berada, aku selalu melihat benda-benda disekitarku seakan hidup dan bisa berbicara. Mereka terkadang juga terlihat menyeramkan.
Pertama kali aku mengetahui penyakit ini, ketika aku berusia lima tahun. Saat itu aku ingin memakai sepatu milik ayahku, namun tiba-tiba aku merasa ada yang aneh pada sepatu tersebut.
Aku melihat sepatu tersebut seperti memiliki mata dan mulut layaknya manusia.
"Hei, apa yang kau lihat?"
sontak saja aku langsung melempar sepatu itu setelah melihat sepatu tersebut berbicara. Aku pun berlari menuju ayah dan mengatakan hal yang kulihat.
Tentu saja ayah tidak percaya, dan hanya menganggap bahwa itu hanyalah imajinasi anak-anak seumuranku. Semenjak saat itu aku mulai melihat benda mati disekitarku seperti memiliki wajah dan dapat berbicara. Mulai dari paprika, mesin cuci, pohon, dedaunan dan sebagainya.
Aku melihat mereka dimana-mana. Seolah mereka semua selalu mengikuti dan mengawasiku. Bahkan sekarang aku dijauhi oleh teman-temanku karena penyakit ini.
Dokter bahkan tidak tahu bagaimana cara menyembuhkan penyakitku. Terlebih lagi ayah meninggal saat aku berusia sepuluh tahun karena kanker yang dideritanya. Dan kini hanya tinggal aku bersama Ibu. Hingga setahun kemudian Ibuku menyusul karena penyakit komplikasi.
Rasanya semakin sempurna saja penderitaanku. Saudara-saudara ibu dan ayahku bahkan juga menganggapku aneh, hingga terkadang sepupuku juga menjauhiku. Tidak ada yang mau menerimaku hingga aku harus tinggal sendirian di rumah peninggalan orangtuaku. Dan Pamanku lah yang membiayai semua kebutuhanku.
Semua kulakukan sendiri, mulai dari dari memasak, mencuci, dan membereskan rumah. Karena itulah, aku menjadi sosok pribadi yang pendiam dan penyendiri. Mereka juga tidak ingin berteman denganku. Anugerah atau kutukan, semua itu sudah takdir dan aku harus menjalaninya.
***
Dunia sekolah terkadang kejam. Mereka yang derajatnya tinggi akan menindas yang lemah. Tidak peduli mereka salah atau tidak, sengaja atau tak sengaja tetap saja mereka akan membully. ingin melapor pada guru atau kepala sekolah? Nyawa mereka lah yang akan melayang.
Namun hanya ada satu orang yang jarang terkena tindasan mereka. Ia seorang gadis yang mengidap penyakit PAREIDOLIA. Karena sifatnya yang pendiam dan penyendiri, hampir tidak ada yang mengenalinya.
Ia sering menghabiskan waktu di taman atau perpustakaan. Jika dia memiliki teman, itu hanya saat dibutuhkan saja. Saat tidak dibutuhkan lagi dia akan dibuang seperti tisu. Karena itulah dia lebih memilih menjauh dari keramaian.
Avelia Caresa namanya. Ia lebih memilih menyendiri daripaa teman-temannya mengetahui penyakitnya. Karena jika mereka tahu, pasti Velia akan dianggap gila dan menjadi bahan bully-an.
Teng Teng Teng
Bunyi lonceng menggemakan seisi sekolah, pagar akan segera ditutup. Mereka yang tadinya berjalan dengan santai kini berlari secepat mungkin ke kelas agar tidak terkena hukuman terlebih jika yang mengajar adalah seorang guru killer.
Sementara di kelas 11-A, murid-murid sudah duduk dengan rapi. Sambil menunggu guru masuk, beberapa dari mereka ada yang bercanda, bercerita dan sekedar bertanya tentang PR.
Sedangkan Velia? Mereka hanya cuek sibuk dengan urusan-urusan masing-masing, seolah-olah murid bernama Velia itu tidak ada. Velia juga sudah memakluminya.
"gadis yang malang, dia tidak memiliki teman."
Jangan kira Velia tidak mendengar kalimat tersebut. Ia mendengar dengan sangat jelas jika kalimat tersebut diucapkan oleh salah satu benda mati di kelas ini, yaitu vas bunga yang terletak di meja guru.
Lagi dan lagi penyakit itu mengganggunya. Semakin hari semakin banyak saja benda-benda mati disekitarnya seperti memiliki wajah. Padahal mereka tidak beda jauh dengan khayalan.
Velia hanya mengabaikan ucapan tersebut tanpa memperdulikannya. Meski ucapan vas bunga tersebut benar adanya. Ia lebih memilih duduk dengan tenang di mejanya yang dekat dengan jendela. Hembusan angin masuk melalui jendela hingga meniupkan rambutnya.
Tidak berselang lama kemudian, guru fisika masuk dengan diikuti seorang murid lelaki berkacamata dengan rambut hitam legam dan iris mata berwarna merah darah yang seumuran dengan murid-murid disini.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita ada murid baru. Sekarang perkenalkan dirimu." perintah sang guru, lelaki itu hanya mengangguk.
"Selamat pagi semuanya. Namaku Ervin Stevenson. Kalian bisa memanggilku Ervin. Salam kenal." ucapnya seramah mungkin. Senyum tipis terukir di bibirnya.
"Selamat pagi, Ervin!" semua siswa siswi menyapa dengan kompak. Guru fisika pun menyuruh Ervin duduk di samping Avelia yang kebetulan bangku tersebut kosong.
"Menurutku dia cukup manis."
"Tidak. Dia menggunakan kacamata, terlihat culun."
"Kurasa saat jam istirahat aku ingin mengenalnya lebih dekat."
Meski pelan, tetapi suara bisik-bisik membuat riuh seisi kelas, hingga guru fisika yang terkenal tegas namun lembut menyuruh diam murid-muridnya dengan suara yang cukup lantang.
"AYO SEMUANYA JANGAN RIBUT. RIBUTLAH SAAT JAM ISTIRAHAT NANTI!!!!" seketika semua murid diam dan mulai memperhatikan penjelasan dari guru fisika.
Avelia yang hanya mendengarkan penjelasan pelajaran fisika tersebut nampak bosan. Meski begitu ia adalah murid yang pintar, terbukti dia selalu mendapat peringkat tiga besar setiap semesternya.
Lelaki yang baru saja menjadi murid di kelas ini, melirik Avelia yang sejak tadi cuek. Ervin tersenyum tipis melihat teman barunya ini, hingga ia mencoba untuk mengajak berkenalan.
"Hai, namaku Ervin. Siapa namamu?" tanyanya sambil mengulurkan tangan pada Velia untuk bersalaman.
"Panggil saja aku Velia." Masih dengan ekspresinya, Velia bahkan enggan menerima uluran tangan dari murid baru tersebut, hingga Ervin pun kembali menarik tangannya dan hanya tersenyum tipis.
***
Pelajaran fisika tadi sepertinya benar-benar membosankan. Terbukti saat jam pelajaran tadi ada yang sampai tertidur, untunglah guru fisika tidak melihat.
Saat lonceng tanda istirahat berbunyi, para murid yang tadinya sayu kini menjadi segar kembali. Dan tujuan mereka hanya satu, yaitu kantin.
Tidak seperti murid-murid lain yang pergi ke kantin, Velia justru pergi ke perpustakaan sambil membawa bekal buatan sendiri.
Velia memang anak yang mandiri, sejak ditinggalkan oleh kedua orangtuanya ia sadar tidak bisa selalu bergantung dengan orang lain. Karena itu ia melakukan semuanya sendiri. Hampir setiap hari ia membawa bekal. Meski setiap bulan pamannya mengirim uang, tapi Velia hanya menggunakan seperlunya saja.
Seperti biasa, perpustakaan selalu sepi pengunjung. Seiring dengan canggihnya teknologi, buku pun terkadang diremehkan.
Velia mencari tempat duduk agar dapat memakan bekalnya. Setelah mendapat tempat duduk yang dirasa nyaman, ia membuka kotak nasi dan mulai memakannya.
Ada alasan lain kenapa Velia memilih di perpustakaan, karena di tempat ini hanya ada setumpuk buku dan tidak ada 'wajah-wajah' benda mati yang dilihatnya disini. Hanya disinilah ia dapat tenang.
"Hai, Velia. Selamat memakan bekalmu." ucap pria paruh baya, pengawas perpustakaan. Velia tersenyum dan mengangguk. Dari sekian banyaknya guru, hanya pengawas perpustakaan yang cukup dekat dengan Velia.
"HAI, VELIA!!!" saat sedang asyik memakan bekalnya, Velia dikejutkan dengan suara seorang lelaki hingga mulutnya yang penuh nasi menjadi tersedak karena ulah lelaki tersebut.
"Uhuk...... Uhuk....... Uhuk......." lelaki tersebut mulai panik melihat Velia yang tidak henti-hentinya batuk sambil memegang dadanya. Lelaki itu pun memberikan botol minuman yang sejak tadi dipegangnya dan Velia langsung menenggak air tersebut.
"Maaf. Apakah aku mengejutkanmu?" Velia langsung menatap nyalang pada lelaki yang ada dihadapannya. Bagaimana tidak, sudah jelas lelaki tersebut mengejutkannya dan malah bertanya hal tersebut tanpa dosa dan rasa bersalah.
"KAU! KAU ADALAH MURID BARU, TAPI KELAKUANMU SUDAH SANGAT TIDAK SOPAN!!!!" bentak Velia. Ervin justru tertawa kikuk sambil membenarkan kacamatanya seolah dia senang dimarahi oleh Velia.
Melihat tingkah aneh Ervin, Velia memilih membereskan kotak nasinya, nafsu makannya sudah hilang berkat Ervin. Lelaki tersebut masih saja tersenyum tanpa dosa.
"Dasar orang aneh!!!" setelah mengatakan kalimat itu, Velia melangkah pergi meninggalkan Ervin yang masih berdiam diri di perpustakaan. Yang anehnya lagi Ervin bahkan masih tersenyum setelah dibentak Velia.
Ervin melihat kepergian Velia yang semakin menjauh dari perpustakaan dan hilang ditelan murid-murid yang berlalu lalang disana.
"Hhmm..... Aku aneh ya???"
***
Sudah lima hari berlalu sejak Ervin bersekolah disini. Ervin dikenal sebagai anak yang pendiam tetapi ramah dan sopan. Tapi sikapnya akan berubah saat dengan Velia.
Dimana pun Velia berada, Ervin pasti selalu muncul dan bersikap seolah sudah mengenal Velia sejak lama. Saat bersama Velia, Ervin menjadi anak yang ceria dan suka bercanda.
Tetapi Velia lebih memilih menjauh karena tingkah Ervin yang aneh dan selama itu juga ia sabar atau lebih tepatnya cuek dengan tingkah aneh Ervin yang selalu mengajaknya bercanda.
Ervin juga suka membuat lelucon tetapi hanya untuk Velia. Tidak ada yang tahu bagaimana sikap Ervin yang sebenarnya karena teman-teman sekelas hanya mengenal Ervin dari luar.
Dan saat ini, Velia sedang duduk di bangku taman sekolah berharap agar Ervin tidak muncul disini. Angin yang berhembus meniupkan pohon-pohon membuat udara menjadi sejuk dan dapat menenangkan pikiran Velia.
Velia melihat pohon yang ada di dekatnya. Ia melihat pohon tersebut memiliki wajah dan menggoyangkan dedaunan kering agar turun dari rantingnya dibantu oleh angin yang berhembus.
"Anginnya sejuk 'kan?" ucap pohon tersebut tersenyum menatap Velia.
Dia pun menutup mata sambil bersandar di bangku taman, menikmati hembusan angin. Ditengah-tengah asyiknya ia menikmati hembusan angin, ia merasa seseorang duduk disampingnya.
Dan ia sudah tahu pasti siapa orang itu, ia pun membuka matanya dan hanya menghela nafas. Dugaannya benar, orang itu adalah Ervin.
"Aku mencarimu kemana-mana, rupanya kau ada disini." ucapnya tersenyum. Velia hanya mengabaikan orang yang ada di sampingnya. Melihat sikap cuek Velia, Ervin kembali membuka mulut.
"Hei, saat ada temanmu, kau tidak boleh mengabaikannya." Velia masih saja cuek. Tapi Ervin tidak menyerah begitu saja. Ia kembali bicara, semakin Velia mendiamkannya, semakin Ervin cerewet.
Ketenangan Velia terusik karena Ervin. Ia menutup kedua telinganya agar ocehan Ervin tidak terdengar namun hasilnya nihil.
"ERVIN!!!!" seketika Ervin terdiam. Ia dapat melihat sorotan mata Velia yang begitu kesal dan terlihat sangat marah.
"APA KAU TIDAK BISA MENGGANGGUKU SEHARI SAJA??!!! KAU MEMILIKI BANYAK TEMAN, TAPI KENAPA KAU HANYA MENGGANGGUKU??!!!"
Untunglah taman ini sepi jadi tidak ada yang mendengar jika Velia membentak murid baru. Ervin terdiam lalu tidak lama kemudian ia tersenyum, ia tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Velia.
Sedangkan Velia, ia semakin bingung dengan sikap aneh murid baru tersebut. "Kau itu memang orang yang aneh!!!" setelah mengatakan hal tersebut, ia beranjak pergi meninggalkan Ervin yang masih tersenyum.
"Aku aneh ya???"
Drrrttt Drrrttt Drrrttt
Merasakan handphone miliknya bergetar, ia langsung mengeluarkan benda persegi panjang tersebut dari saku celananya dan memasangkan headset di telinganya.
Raut wajahnya mulai berubah serius setelah mendengarkan suara dari orang yang menelponnya. Ervin yang tadinya terlihat konyol dan culun kini menjadi lelaki yang cool dan keren. Terlebih saat ia melepas kacamatanya.
"Ya, Pak. Aku sudah menemukannya. Ya, Aku sangat yakin."
To be Continued
Hai hai semua.....
Aku bawa cerita baru nih, judulnya bisa kalian lihat di cover 😁
Sebenarnya PAREIDOLIA itu hampir dialami setiap manusia, tapi karna imajinasi berlebih kujadiin penyakit langka :v.
Maaf ya kalo ceritanya kurang memuaskan dan agak gaje karna aku juga masih belajar. 😁
Karna itu krisar sangat dibutuhkan, kalo bisa voment (vote & coment) nya juga ya 😅
PAREIDOLIA : Pareidolia adalah salah satu fenomena dalam psikologi dimana seseorang bisa melihat wajah dalam benda mati. Beberapa kebetulan munculnya wajah dalam benda-benda sehari-hari bisa menjadi sebuah seni yang alami yang dibuat tanpa disengaja oleh orang.
Sumber : http://blog.reservasi.com/jika-kamu-bisa-melihat-wajah-dalam-24-foto-ini-berarti-kamu-penderita-pareidolia/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top