Train

Berhubung apartmen-mu tidak berada di daerah Shibuya yang notabenenya tempat kalian bakal menghabiskan waktu berkencan, maka akhirnya kau dan Ramuda memutuskan untuk naik kereta saja ke sana.

Sayangnya, kau tidak menyangka ... ini.

Dalam penuhnya kereta, penumpang berdesak-desakkan. Kebanyakan adalah anak muda; mengingat bahwa hari ini adalah akhir pekan.

Dalam gerbong yang sesak itu, punggungmu menyentuh pintu. Wajahmu memerah, antara kekurangan oksigen atau malu. Di kedua sisi-mu, sepasang lengan memerangkap figurmu agar tidak bergerak.

Pemilik kedua lengan itu adalah Ramuda. Ia mencoba melindungimu dari sesaknya gerbong. Benar-benar gentleman.

"Maaf, ya. Aku enggak kira bakal sepenuh ini," ucap Ramuda, mengerutkan bibir dan tampak menyesal. Kau segera menggelengkan kepala.

"Enggak apa-apa. Kan aku juga yang setuju buat naik kereta bareng kamu!" kau nyaris berseru, sebab kereta benar-benar berisik sekarang, apalagi kau berada di dekat pintu. Ramuda tampak sedikit terkejut mendengar responsmu, sebelum akhirnya tersenyum manis.

"Baiklah kau begi—ah!" Belum sempat Ramuda menyelesaikan ucapannya, pemuda itu terdorong ke depan akibat orang-orang lain yang berdiri.

Kemudian, matamu membulat.

Wajah Ramuda ... hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajahmu. Kau dapat merasakannya. Napas berbau stroberi manis yang keluar dari bibir Ramuda.

Lalu kau melihatnya. Tatapan yang menggelap, bagai hewan karnivora yang menemukan mangsa. Pemburu yang menemukan buruannya. Tatapan yang buas, ganas ... sekaligus penuh hasrat.

Tanpa sadar, kau menahan napas.

"Maaf," gumam Ramuda, entah mengapa, suaranya agak berat. Ia menelengkan kepala, lalu menunduk, mengistirahatkan wajah pada perpotongan bahu dan lehermu.

"... Biarkan aku seperti ini dulu, [Name]."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top