Prologue [Re-Make]

Aku tidak tahu apa yang telah terjadi saat ini.

Yang kutahu, semua yang kulihat adalah kegelapan, tanpa adanya seberkas cahaya sedikit pun di tempat yang dingin ini.

Tempat hening yang dingin dan sunyi. Seolah merupakan kuburan terdalam bagi kegelapan di segala dunia. Tempat dari segala nilai yang tak dapat dilihat oleh mata manusia yang selalu melihat cahaya. Seberkas kegelapan yang menjalar memenuhi tempat tanpa ujung ini.

Tanpa adanya suara, tanda adanya benda disekelilingku. Aku tidak melihat apapun, selain kegelapan yang menyelimuti seluruh tempat ini. Kuulurkan tanganku, namun yang kudapat, hanya kegelapan yang menantiku di setiap langkah yang kuambil untuk melangkah maju ke depan.

Ahh, apa ini adalah hukuman bagiku? Apa karena kesalahanku, aku berada di tempat ini?

Namun….

Apa yang telah kuperbuat?

Apa ya—

Suara pintu terbuka mengejutkanku. Dan tentunya, hal selanjutnya yang kulihat juga mengejutkan diriku. Saat aku berbalik, yang kulihat di sana adalah sebuah pintu. Pintu ukuran sedang yang sudah pasti muat kulewati. Namun, aneh, tidak ada cahaya dibalik pintu ini.

Ahh, apakah ini adalah mimpi? Mimpi yang telah merasukiku di malam saat aku tertidur saat sedang membaca salah satu buku di perpustakaan rumahku?

Tanpa pikir panjang, aku berjalan ke arah pintu tersebut dan memasukinya. Tak tahu apa yang menanti, tak peduli apa yang menanti, asalkan aku dapat keluar dari kegelapan yang seolah menghantui memori-memoriku, aku terus berjalan melewati pintu itu. Hingga akhirnya aku…

Tiba di sebuah hutan yang terlihat dipenuhi dengan pohon yang lebat dan hijau. Serta langit di atasnya yang anehnya, memiliki warna yang tidak biasa, bahkan bisa dikatakan tergolong aneh.

Warna merah muda itu sangat mencolok, pikirku. Bahkan saat dipadukan dengan warna biru terang yang menghiasi langit siang itu. Bahkan baru kusadari, bahwa daun di setiap pohon yang ada di tempat itu, semuanya memiliki bentuk seperti hati. Tepatnya, hati yang retak, dengan adanya serat-serat di bagian tengah daun-daun tersebut.

Sekali lagi, aku tidak tahu berada di mana saat ini. Namun satu yang aku tahu, ini bukan duniaku. Bukanlah dunia tempatku, sang manusia, berasal. Ahh, apa aku terlalu sarkas? Namun itulah yang kuketahui, karena ini bukanlah bumi. Atau mungkin bisa juga disebut sebagai bumi?

Dan juga, bagaimana bisa terdengar suara-suara aneh di tempat ini, entah dari mana, padahal hanya ada diriku saja sendiri disini. Atau memang seperti itu? Apa hanya ada aku sendiri saja disini?

Mungkin.

Satu yang pasti, tempat ini, tidaklah Normal.

“Hei,gadis kecil.”

Panggilan itu mengejutkanku. Sungguh, aku tidak menyangka akan mendengar suara yang yang mengarah padaku, padahal awalnya hanya aku sendiri yang berada disini. Atau setidaknya, itulah yang aku pikirkan?

Aku berbalik, melihat ke arah asal suara, yang awalnya tidak kulihat, namun saat aku menunduk, aku menemukannya di sana.

Seekor kelinci.

Yang anehnya, berdiri menggunakan kedua kaki belakangnya, tidak jauh dari tempatku berdiri sekarang.

“Apa yang kau lakukan disini?”

Suaranya terdengar sangat nyata. Bahasa yang digunakannya, merupakan bahasa manusia pada umumnya.

Ahh, apa aku masih bermimpi? Kegelapan itu pasti sudah membuatku kesulitan membedakan mana yang nyata dan mana yang adalah mimpi.

Sungguh tempat yang sangat aneh. Hmm, ada apa sebenarnya dengan tempat yang bahkan memiliki warna yang aneh ini? Sungguh sangat membingungkan.

“Hei, aku bertanya padamu, gadis kecil!”

Kali ini sang kelinci aneh, berseru agak keras. Ya, aku mendengarnya. Bahkan mendengarnya dengan sangat jelas, sampai-sampai membuatku merasa kesal dengan panggilannya padaku.

“Aku bukan anak kecil, umurku 16 tahun.”

Suara datar dan tenang spontan keluar dari mulutku, yang aku sendiri terkejut, dapat mengatakan hal itu di saat yang membingungkan seperti saat ini.

Namun di sisi lain, sang kelinci, yang baru kusadari, mengenakan pakaian butler berwarna hitam putih. Sungguh mengejutkan, karena aku baru menyadarinya sekarang dan memang sungguh mengejutkan. Karena seekor kelinci yang mengenakan pakaian Butler bukanlah pemandangan yang tergolong normal. Sungguh aneh, apa kelinci di tempat ini semuanya sama seperti yang satu ini?

Hmm, setidaknya aku hanya bertemu dengan satu kelinci saja disini.

“Hmm? Kupikir kau anak kecil. Dilihat dari tinggi badanmu yang bisa dibilang pendek,”sahutnya santai, masih melihat ke arahku.

Entah bagaimana, dikomentari oleh makhluk yang bahkan jauh lebih pendek dariku ini, membuat rasa kesalku semakin membesar. Namun yang harus kupikirkan saat ini bukanlah hal itu. Karena ada hal yang lebih penting daripada rasa kekesalan yang terus bertumbuh dihatiku mendengar semua ejekan kelinci yang bahkan baru kutemui beberapa saat yang lalu ini.

“Dibandingkan hal itu, apa yang kau lakukan disini?” tanya sang kelinci lagi.

Dan pertanyaannya itu memang menarik perhatianku. Karena aku sendiri bertanya-tanya, apa yang kulakukan di sini? Yang kulakukan hanyalah mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh pintu tadi. Lalu kembali sebuah pertanyaan baru.

Apa yang kau lakukan di dalam kegelapan itu?

Sungguh aneh karena aku bahkan tidak bisa mengingat, bagaimana aku bisa berada dalam kegelapan itu.

“Kurasa kau tidak punya alasan utama datang ke tempat ini.Semuanya memang selalu saja begitu,” sahut sang kelinci lalu menatapku dengan tatapan yang bahkan tidak bisa kuartikan dari bola mata bulatnya yang sepenuhnya berwarna cokelat kemerahan itu.

“Setidaknya, ada yang menarik darimu,” sambungnya kemudian mengeluarkan sebuah jam saku dari kantung rompi yang dikenakannya. Sungguh aneh, semua hal yang ada di dunia ini sangatlah aneh, diluar nalar manusia biasa.

“Apa maksudmu?” tanyaku balik, melihat ke arahnya dengan tatapan yang sudah pasti terlihat sangat kebingungan. Ya, karena aku memang sedang sangat kebingungan sekarang.

Sebaliknya, mendengar ucapanku, sang kelinci kembali melirik ke arahku. Kemudian dengan pelan, mengambil langkah untuk berjalan mendekatiku, dan akhirnya, dia telah berdiri dua langkah dihadapanku, mendongak, masih menatapku dengan tatapan yang sama dengan sebelumnya.

“Tidak ada apa-apa disini, kau tahu. Semuanya yang ada disini, tepatnya, dunia ini telah hancur.”

“Eh?”

“Seperti yang sudah kubilang, gadis muda. Semuanya sudah pergi dari tempat ini, tepatnya, terperangkap di suatu tempat.”

Sungguh membingungkan. Percakapanku dengan sang kelinci berpenampilan menyolok ini sangat membuatku kebingungan. Aku sama sekali tidak tahu maksudnya. Bahkan tidak ada satupun yang kumengerti dari apa yang baru saja dia jelaskan padaku.

Menghela nafas, tangan kananku spontan bergerak membasuh wajahku yang seketika berkeringat. Dan ketika aku mendongak ke arah langit, aku menemukan bulan di at as sana.

Di langit yang memiliki warna paling aneh yang pernah kulihat sebelumnya, terdapat sebuah bulan yang menyinari langit yang bahkan tidak memiliki matahari tersebut. Sebuah bulan dengan lubang kunci berbentuk hati pada bagian tengah bulan besar tersebut.

“Kubilang juga apa. Tidak ada apa-apa disini, gadis muda.”

Seruan sang kelinci seketika membuyarkanku dari lamunanku. Dan seketika juga aku sadar, bahwa pemandangan di sekelilingku telah berubah menjadi malam hari.

Warna merah muda-biru yang semula menghiasi langit di atas sana, seketika berubah menjadi warna biru gelap yang terlihat menawan namun juga menakutkan. Dengan tambahan suara hantu yang menjadi lagu di malam sunyi dunia aneh tersebut.

Namun kelinci itu masih berada di sana, dua langkah di hadapanku, menatapku dengan senyuman yang tidak bisa kuartikan. Tentu bukan salahku. Lagipula,aku hanya mengerti isyarat yang disampaikan oleh manusia, bukannya binatang yang berperilaku seperti manusia ini.

“Sepertinya…”

Suara kelinci itu berubah tenang, berbeda dengan tadi. Seolah dia telah menemukan sesuatu yang tidak biasa, di tempat yang sangat tidak biasa ini.

“…kau membawa sesuatu yang menarik.”

Pertama, itu membuatku kebingungan setengah mati. Karena tentu saja aku tidak mengerti apa yang dia maksudkan sebagai sesuatu menarik yang kubawa ke tempat ini, sampai kemudian aku juga mulai menyadari sesuatu yang ganjil, di saat memoriku sedikit demi sedikit kembali terputar dengan jelas dalam pikiranku.

Tanganku dengan spontan merogoh sesuatu dari saku gaun yang kukenakan ini. Dan setelah beberapa saat, tanganku keluar sambil menggenggam sebuah buku kecil yang sekarang mulai kembali kuingat.

Sebuah diary. Bukan diary biasa. Namun itu adalah diary milik…

“Rupanya benda itu memang ada bersamamu. Milik siapa buku itu, gadis muda?” tanya sang kelinci tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang berada di tanganku ini.

“Milik kakakku. Dia menghilang sejak tiga tahun yang lalu. Satu-satunya petunjuk yang tersisa darinya,” ucapku menjelaskan Tanpa ragu,seolah kelinci ini sudah lama sekali aku kenal, kemudian mengangkat buku itu sehingga sejajar dengan mataku, dan memperhatikan buku dengan sampul kulit berwarna cokelat muda itu.

Dan kembali, ketika aku menatap kelinci itu. Aku menemukan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Tatapan sang kelinci, terlihat penuh dengan harapan akan sesuatu yang luput dari pengawasanku. Ada sesuatu yang tidak kuketahui disini, namun diketahui oleh sang kelinci yang berada di hadapannya saat ini.

Dan tanpa disangka, kelinci itu pun membungkukkan badannya di hadapanku, memberi hormat pada seseorang yang seketika itu juga kusadari, bahwa dia memberi hormat padaku.

“Ap--!”

“Sepertinya yang lain sudah lelah menunggu. Kalau begitu, biar kuucapkan saja. Selamat datang di Wonder—ah!Maafkan aku, ini merupakan kebiasaan lamaku.”

Ucapan sang kelinci terhenti sebentar, dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia maksudkan di balik kata-kata yang baru saja dia ucapkan itu.

Namun mata bulat sang kelinci menatapku tepat, seolah menembus mataku dan mencari sesuatu yang tersembunyi, hal yang bahkan tidak aku ketahui disini.

“Selamat datang, di Broken Wonderland. Kami sudah menunggu kedatanganmu, Alice.”

Dan saat itu juga, buku harian milik kakakku, yang tergenggam di tanganku, seketika juga terbuka dan menunjukkan halaman pertama.
Disana tertulis :

‘Alice in Wonderland (Broken)’

“Eh?”

Ada yang aneh disini. Ya, tentu saja aku tahu. Karena aku sudah membaca buku ini, dan seingatku, sama sekali tidak ada tulisan di dalamnya. Buku harian kosong yang membuatku bertanya-tanya mengapa kakakku menyimpan buku harian kosong seperti ini.

Namun sekarang, buku ini memiliki isi. Sangat lengkap, ditulis dengan tinta hitam di atas kertas yang berwarna kekuningan itu. Dan lagi, buku ini seolah-olah hidup ,karena sekarang, buku ini membuka sendiri menuju halaman dua.

Dan aku sekarang melihat apa yang tertulis dalam halaman kedua buku tersebut.

Prologue

Aku terjatuh ke dasar lubang ini…
Sebuah lubang kelinci yang kutemukan ketika mencari seekor kelinci yang berpakaian aneh…

Ahh, ini sungguh aneh…
Apa ini adalah hukuman bagi diriku ini?

Hm, kurasa seperti itulah jadinya…
Ketika kau sendirian, hal tidak terduga bisa saja terjadi secara spontan…

Tidak peduli apapun itu, hal tidak terduga itu, akan mencari cara untuk menghampirimu.

Wonderland ( Alice)

Dunia ini sangatlah menyenangkan, karena berada di tempat ini, dunia yang indah ini, membuatku sangat bahagia.

Disini, tidak ada yang tidak merasakan kebahagiaan, karena seperti itulah Wonderland…

Ahh, sungguh indah jika aku bisa berada terus di tempat ini dan tidak perlu kembali lagi…

Namun…

Aku tidak punya pilihan lain lagi…

Wonderland…(Alice?)

Aku tidak tahu ada berada dimana saat ini…
Tempat ini aneh, sungguh aneh!
Karena kelinci itu membawaku ke tempat yang sangat aneh ini…

Ahh, rasa penasaran memang bisa membunuhmu, membawaku ke dalam hal yang entah baik ataupun buruk, bagimu…

Namun, tempat ini merupakan tempat yang sangat menyenangkan.
Orang-orang yang tinggal di tempat ini, mereka semua baik padaku.

Mereka juga bilang kalau mereka mengenalku, dan mengatakan bahwa aku pernah datang ke tempat ini 2 tahun yang lalu.

Tapi…

Aku sama sekali tidak mengingat apapun tentang hal itu…
Pikiranku terlihat sangat kacau, karena aku tidak mengingat apapun…

Mereka pun berusaha mengembalikan ingatanku dan aku juga menginginkan ingatanku untuk kembali.

Namun…

Aku akhirnya sadar, bahwa itu merupakan pilihan yang salah.

Karena…

Wonderland, tempat yang ajaib ini, bukanlah tempat yang lagi menyenangkan…

Karena diriku, yang bukanlah Alice, ada disini…

“Wonderland pun berubah menjadi broken Wonderland”

Broken Wonderland…

Tempat ini merupakan mimpi buruk dari segala mimpi buruk…
Semua kesedihan, memenuhi tempat ini secara keseluruhan, menyelimuti tempat ini dengan segala nilai negatif yang menyakitkan…

Tanpa adanya secercah kebahagiaan sama sekali di tempat ini.

Semuanya, dipenuhi dengan kesedihan…

Apa yang terjadi?
Ahh, kenapa ini terjadi?
Apa yang salah?

Entahlah…
Aku tidak tahu apa yang salah disini…

***

- Nayumi Kurenai
26 Mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top