Door 2. Doormouse Story

Welcome to The Broken Wonderland

Pintu ke dua pun terbuka......

Lacie mendapati dirinya berada di sebuah gang sempit di pinggir kota yang sepi. Melihat sekeliling, Lacie tidak melihat adanya orang lain selain dia sampai tiba-tiba tatapannya terhenti pada sesuatu di pinggir gang tersebut. 


Seorang laki-laki berambut cokelat tua acak -acakan yang sepertinya berumur 20 tahun terduduk di trotoar gang yang berdebu itu. Kemeja putih dan celana panjangnya yang berwarna hitam terlihat lusuh. Dan lagi, laki-laki itu menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Lacie dapat melihat tatapan menerawang laki-laki itu. Orang itu seperti terlihat sedang memikirkan sesuatu.


Namun Lacie tersadar ini bukan saatnya untuk memikirkan hal itu. Yang harus dia pikirkan sekarang adalah siapa yang akan dia temui di pintu kedua yang dia masuki ini. Sama seperti pintu pertama, dia pasti akan bertemu dengan seseorang.


"Alice?"

Suara berat tersebut membuat Lacie mengangkat kepalanya, melihat ke arah asal suara.
Di hadapannya berdiri laki-laki tadi. Matanya berwarna kuning kehijauan.Tubuhnya jangkung, sepertinya jauh lebih tinggi 40 cm daripada Lacie. Dari arah laki-laki itu, Lacie bisa mencium bau rokok.

"Alice, kau kembali?"

Lacie tidak tahu harus mengatakan apa. Dia tidak mengenal laki-laki ini. Tapi dia tahu orang ini adalah salah satu dari orang-orang yang harus ditolongnya. Salah satu orang yang dikenal oleh kedua kakaknya.

"Alice?"

"Maaf, tapi kau siapa?" Tanya Lacie spontan. Perkataan Lacie membuat laki-laki itu terkejut. Lalu kemudian Lacie dapat mendengar laki-laki itu menghela nafas panjang. Lacie dapat melihat laki-laki itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal kemudian tatapannya kembali tertuju pada Lacie.

"Jadi yang dikatakan Mad Hatter memang benar bahwa kau kehilangan ingatanmu?" Tanya laki-laki itu pelan, masih menatap Lacie. Namun tatapannya kali ini terlihat sangat serius.
Lacie memang tidak mengenal siapa yang di maksud dengan Mad Hatter. Di diary kakaknya, Mad Hatter tertulis sebagai orang yang mencurigai Mary yang bukan merupakan Alice yang asli. Cate juga menanyakan mengapa Mad Hatter tidak bersama dirinya sebelumnya. Jadi Lacie menyimpulkan bahwa Mad Hatter adalah orang yang dekat dengan Alice. Orang yang selalu berada di sisi Alice selama Alice berada di Wonderland.

"Alice?"

Lacie tersentak. Dia menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya itu.

"Ah,iya. Yang dikatakan oleh Mad Hatter itu memang betul." Ucap Lacie gugup. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Menyadarkan Cate adalah keberuntungan. Dan sepertinya laki-laki di hadapannya ini pun juga memiliki kondisi yang sama dengan Cate.

"Hm, begitu ya." Ucap laki-laki itu dengan lirih. Lacie terlihat gugup, menyadari bahwa laki-laki itu dari tadi menatapnya.Namun sekali lagi Lacie mendengar laki-laki itu menghela nafas panjang.

"Baiklah kalau begitu. Perkenalkan, namaku Doormouse. Orang-orang memanggilku dengan nama Mose. Tapi kau bisa memanggilku dengan panggilan yang kau suka, Alice."Ucap laki-laki bernama Mose itu.

"Baiklah. Senang bertemu denganmu, Mose."

Di saat itu juga, Lacie kembali merasakan sakit di kepalanya. Dan suara berat yang familiar baginya terdengar di benaknya.

Aku hanyalah seekor tikus.

Ya, setidaknya tidak ada yang menginginkan keberadaanku disini. Aku ini aneh dan.....aku sendiri bingung bagaimana caranya menggambarkan diriku ini.

Di saat semuanya hancur, aku hanya melihat apa yang terjadi. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Hal itu membuatku takut.

Suara yang mirip suara Mose itu terngiang -ngiang di benak Lacie. Membuatnya merasa sakit di kepalanya.

Namun Mose di hadapan Lacie tidak mengatakan apa-apa. Laki-laki itu terlihat suram seperti tadi. Menurut yang Lacie ingat, Alice berusaha membuat Mose merasakan kebahagiaan. Dari diary milik Alice, Mose merupakan orang yang suram. Namun Alice berusaha untuk membuat Mose merasa bahagia.Mose sendiri tidak tahu menggambarkan sikapnya seperti apa. Tapi Alice yang membantunya.

Namun saat Mary datang sebagai Alice, Mose memang merasakan adanya keganjilan. Tapi Mose tidak memperdulikan keganjilan itu karena bingung dengan dirinya.

"Alice?" Sekali lagi Mose memanggil, bingung dengan Lacie yang tidak mengatakan apa-apa. 

"Kau baik-baik saja?" Tanya Mose pelan. Dia menatap Lacie dengan tatapan khawatir sekarang.

"Iya, aku tidak apa-apa."Ucap Lacie pelan sambil tersenyum pada Mose.

"Hm, begitu ya."

Lacie melihat Mose yang melihat ke kanan dan ke kiri. Laki-laki itu memang terlihat suram dan dingin. Dan lagi, dia terlihat frustasi.

Lacie dapat melihat Mose mengeluarkan sesuatu dari kantung celana panjangnya. Sebuah bungkus rokok. Namun saat Lacie mau mengatakan sesuatu, Mose membuang bungkusan rokok itu ke tempat sampah.

"Dulu aku sering merokok. Tapi kau menyuruhku untuk berhenti. Dan ajaibnya, aku langsung berhenti. Baru kali ini ada orang yang bisa mempengaruhiku seperti dirimu, Alice. Setidaknya kau orang kedua yang bisa membuatku berhenti."Ucap Mose sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Laki-laki itu tidak berani menatap Lacie. Namun mendengar perkataan Mose, Lacie menjadi penasaran.

Kakaknya memang orang yang hebat. Alice, kakaknya bisa membuat seseorang berubah. Kakaknya, yang merupakan cahaya. Hal itu membuat Lacie berpikir mengenai perbedaan Alice dan Mary. Mereka berdua memang kembar. Namun Lacie tahu ada perbedaan di antara mereka. Alice adalah cahaya dan Mary adalah bayangan. Alice adalah pusat dan Mary adalah bayangan Alice yang mengikutinya di belakang.

Karena itu, sangat terlihat perbedaan dalam diri kedua kakaknya tersebut. Namun Mary yang merasa terabaikan merasa sangat sedih. Lacie tahu perasaan itu. Setiap malam dia sering mendengar kakaknya,Mary, menangis di kamarnya. Namun Lacie tidak berani menganggu dan memilih masuk ke dalam kamarnya sendiri. Di depan Alice, Mary tidak menunjukkan apa-apa. Gadis itu terlihat seperti tidak terjadi apa-apa pada dirinya itu. Namun Lacie tahu betapa sedihnya diri Mary.

"Alice?Kau dengar aku?"Tanya Mose di hadapan Lacie. Laki-laki itu menunduk, menatap Lacie lebih dekat. Spontan Lacie mundur selangkah menjauhi Mose karena terkejut.

"Oh, Iya. Jadi siapa orang pertama yang kau maksud itu, Mose?"Tanya Lacie sambil tersenyum lagi. Dia tidak tahu apa-apa mengenai dunia dan orang-orang yang berada di dalam dunia ini. Karena itu dia harus mencari informasi mengenai orang-orang nya.
Mose kembali berdiri tegak dan menatap menerawang ke langit yang terlihat biru di atas sana. Dia diam tidak mengatakan apapun. Sebaliknya, Lacie juga diam, menunggu jawaban dari Mose.Namun tiba-tiba Mose berbalik membelakangi Alice.

"Itu tidak penting, Alice. Jangan dipikirkan."Ucap Mose pelan. Dia kembali menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Namun kemudian dia berbalik melihat ke arah Lacie lagi.
"Mau pergi ke suatu tempat yang bagus,Alice?"

***

Keramaian kota sama seperti keramaian kota Wonderland yang di datangi oleh Cate dan Lacie tadi. Hal tersebut membuat Lacie bertanya apakah kota ini sama dengan kota yang tadi. Namun Mose yang berjalan di depan Lacie tidak mengatakan apa-apa pada Lacie. Laki-laki itu sedari tadi hanya diam melihat jalan di depan matanya.

Lacie memilih untuk diam tanpa mengatakan apa-apa. Dia menatap tampilan Mose dari belakang. Namun tiba-tiba sekali lagi Lacie merasakan kesakitan di kepalanya.

Aku ini aneh dan....masih tetap bingung.

Entah apa yang mengubahku menjadi seperti ini.

Dulu ada seorang gadis yang bertemu denganku. Dia sangatlah baik dan manis.

Dia tertawa dan tersenyum untukku, meskipun aku menjauhinya.

Dia tidak pernah menyerah untuk membuatku merasakan hal yang sama dengan yang dia rasakan.

Awalnya aku tidak perduli. Tapi dia tidak pernah menyerah..
Akhirnya kami menjadi teman.

Suara Mose kembali terdengar di benak Lacie, membuat Lacie berhenti berjalan. Dia melihat sekeliling. Pemandangan menjadi kabur dan membuat Lacie tidak bisa melihat dengan jelas. 

Dia melihat ke arah Mose di hadapannya. Laki-laki itu tidak berbalik untuk melihat Lacie. Mose hanya terus berjalan ke depan tanpa melihat ke belakang. Lacie menarik nafas panjang, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Kepalanya terasa sangat sakit. Ingatan itu membuat Lacie tersadar bahwa betapa berharganya Alice bagi Mose. Sebagai salah seorang sahabat yang sangat berharga bagi Mose.

Terlihat dengan jelas bahwa Mose memang menyayangi Alice. Sebagai seseorang yang baik, Alice di sayang oleh semua orang. Namun Lacie sendiri merasakan kesedihan bagi Mary karena gadis itu selalu bertolak belakang dengan Alice.

Itu sendiri pun bukan karena keinginan Mary. Mary tidak pernah meminta untuk menjadi seperti itu. Namun keadaan sekitarnya memaksa dirinya untuk berubah. Lacie sebagai anak ketiga tidak pernah merasakan pemaksaan untuk berubah. Sebagai anak ketiga dan anak terakhir, Lacie bebas melakukan apa yang diinginkannya.

Karena itu, Lacie tidak terlalu mengetahui betapa terkekangnya diri Mary. Hal tersebut membuat Lacie bertanya-tanya apa yang dirasakan Mary ketika berada di Wonderland dengan bebas tanpa adanya kekangan. Mary pasti sangat senang ketika bebas dari kekangan itu.
Namun seperti yang terjadi pada Wonderland, Mary ditolak oleh dunia ini. Kekangan yang Mary pikir tidak akan mengurungnya lagi, malah menghancurkan kebahagiaan Mary dengan merubah Wonderland menjadi Broken Wonderland.Seolah -olah kekangan itu tidak suka melihat Mary bahagia.

Lacie selalu berpikir. Sejak menghilangnya kedua kakak perempuannya itu, Lacie berusaha mencari keberadaan gadis-gadis itu. Lacie tidak bisa membiarkan kedua kakaknya menghilang. Dan keluarga mereka sendiri sudah pergi ke berbagai penjuru dunia untuk mencari kedua kakaknya itu, atau lebih tepatnya, mereka mencari Alice.

Mary hanyalah bayangan yang tidak penting. Apa ayah dan ibu sudah melupakan keberadaan Mary sebagai saudara kembar Alice? Selama menghilangnya mereka berdua,Lacie hanya mendengar nama Alice saja yang disebut-sebut. Betapa menyedihkannya.

"Alice, kita sudah sampai."Panggilan Mose membuyarkan lamunan Lacie. Gadis itu mengangkat kepalanya, melihat ke arah Mose yang berada di depannya.

Mose terlihat sedang menatap Lacie dengan tatapan lesu dan malas. Namun ada hal lain yang Lacie sendiri tidak tahu apa yang terlihat di tatapan laki-laki itu. Perlahan Lacie berbalik untuk melihat mereka telah sampai di mana.

Danau itu indah, berada di pinggir kota Wonderland. Airnya terlihat berkilauan ditimpah cahaya matahari yang terang. Air danau itu berayun lembut ditiup angin yang lumayan kencang. Sungguh pemandangan yang indah.

Lacie melirik Mose yang berdiri di sampingnya. Laki-laki itu terlihat sedang menatap danau dengan tatapan menerawangnya.Mose lagi-lagi sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Namun Lacie tidak dapat membaca pikiran orang . Jadi dia tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Mose saat ini.

Melihat pemandangan danau tersebut membuat Mose merasa tenang dan damai. Sudah lama dia tidak ke tempat ini. Terakhir kali dia ke tempat ini bersama dengan Alice. Kali ini pun dia kembali ke tempat ini bersama dengan Alice. Mose melirik Alice yang dengan tenang menatap danau di depannya.

Lacie sebaliknya hanya diam menatap danau di depannya. Apapun tempat ini, pastinya tempat ini merupakan tempat yang menyembunyikan banyak kenangan antara Mose dan Alice. Dilihat dari sikap Mose saat berada di tempat yang indah ini.

"Hei, Alice." Panggilan Mose membuat Lacie melihat ke arah Mose. Meskipun tahu Alice bukanlah nama Lacie, namun di sini dia bernama Alice. Sebagai anak ke tiga, dia juga lumayan mirip dengan kedua kakak kembarnya tersebut. Yang membedakan mereka hanyalah model rambut Lacie yang bergelombang. Alice dan Mary sama-sama memiliki rambut lurus sejak lahir. Namun Mary mengepang rambutnya untuk membedakan dirinya dan Alice.Itu artinya, jika Mary melepas kepangannya, model rambut Mary yang mustinya lurus akan menjadi mirip dengan model rambut Lacie yang alami bergelombang. Selain itu, raut wajah Lacie sedikit lebih berbeda daripada Alice dan Mary.

Lacie menghela nafas panjang. Sebgai anak ketiga, dia memang merasakan kebebasan dan mendapat kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya. Namun bagi Mary, Lacie tahu gadis itu selalu diabaikan keluarga. Sebagai saudara kembar dari Alice, Mary merasakan tekanan dari orang tuanya dan orang -orang di sekelilingnya.

Karena itu gadis itu selalu menekan dirinya. Bertanya-tanya kenapa dia tidak bisa sebaik Alice. Apa yang dari diri Alice kurang dalam dirinya. Karena itu Mary selalu merasa tertekan. Lacie sadar bahwa kakaknya itu, Mary, merasakan kesedihan yang amat mendalam.

Mose memperhatikan Lacie yang melamun. Ini pertama kalinya Lacie merasa diperhatikan oleh Mose yang sedari tadi hanya diam saja tanpa memperdulikan apapun. Namun laki-laki itu sekarang melihat ke arahnya, menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Lacie. Menyadari Lacie ditatap, gadis itu melihat ke arah Mose yang masih menatapnya.

"Apa kau memikirkan sesuatu, Alice?" Tanya Mose pelan sambil tetap menatap Lacie. Lacie diam sesaat kemudian akhirnya menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa membuat Mose curiga. Yang harus dia lakukan adalah menyadarkan Mose atas apa yang terjadi pada Wonderland dan diri Mose sendiri.

Tiba-tiba Lacie merasa kepalanya kembali sakit. Sebuah suara memenuhi kepalanya.
Namun, dia harus kembali ke dunianya.

Ke tempat dia berasal.

Karena itu, aku mendukungnya untuk kembali.

Lacie sadar itu suara milik Mose,laki-laki yang berada di sampingnya saat ini. Namun saat melihat Mose, laki-laki itu sibuk melihat pemandangan danau di hadapannya.Dan Lacie kembali tersadar dengan tatapan Mose. Tatapan kosong dan hampa. Melihat Mose mengingatkan Lacie pada kakaknya,Mary. Lacie terkadang memperhatikan kalau Mary sering melamun dengan tatapan kosong dan hampa, merasakan kesedihan yang teramat sangat.

Lacie merindukan kedua kakaknya. Dia ingin bertemu dengan kedua kakaknya. Sebelum berada di Wonderland, Lacie selalu mengkhawatirkan keadaan kakaknya. Bertanya-tanya ada di mana mereka berdua. Merasa kesepian tanpa kedua kakak kembarnya di sekelilingnya. Ketika berniat mencari keberadaan kakaknya, Lacie malah menemukan buku harian kakaknya, Alice.

Namun saat membuka buku itu, tidak ada tulisan apa-apa disana. Dia bertanya-tanya kenapa kakaknya menyimpan buku harian kosong. Namun ketika sampai di Wonderland, dia menyadari semuanya. Tulisan di buku harian kakaknya telah muncul, bertemu makhluk aneh seperti Ilyria. Namun dia akhirnya mendapat kesempatan untuk mencari kakaknya.

Di sini dia mendapatkan kesempatan untuk mencari kedua kakaknya. Kedua kakak yang sangat dia sayangi. Lacie tidak ingin kehilangan mereka berdua. Yang diinginkan Lacie adalah mengembalikan kakaknya ke dunia asli mereka. Meskipun Lacie sendiri sadar bahwa Wonderland yang asli tidaklah seburuk keadaannya di Broken Wonderland.

Lacie kembali melihat Mose dan menyadari bahwa laki-laki itu masih terlihat melamunkan sesuatu. Lacie tidak tahu apa yang dipikirkan laki-laki itu. Namun Lacie tetap harus menyadarkan Mose bahwa dunia ini bukanlah Wonderland yang asli.

"Alice, kau memang terlihat berbeda dari yang kuingat dulu. Mad Hatter juga mengatakannya." Kata- kata Mose membuat Lacie terkejut. Mose tidak mungkin menyadari bahwa Lacie bukanlah Alice. Apalagi saat ini kesadaran Mose berada dalam halusinasi yang diciptakan oleh Broken Wonderland ini. Jadi tidak mungkin bahwa Mose tahu kalau Lacie bukanlah Alice.

"A-apa maksudmu, Mose?"Tanya Lacie, tetap berusaha tenang. Dia tidak mau Mose mencurigainya sekarang. Dia memang harus membuat Mose sadar akan kenyataan yang menyerang Wonderland. Namun jika Mose tahu secara paksa seperti ini, bisa -bisa keadaan menjadi bertambah parah.

"Alice, kau benar-benar Alice kan?"Tanya Mose, sekarang melihat ke arah Lacie. Lacie menyadari bahwa tatapan Mose sekarang berubah menjadi serius. Mose melihatnya dengan tatapan yang memiliki banyak arti. Lacie menyadarinya.

Lacie sendiri tidak ingin berbohong. Di sini, dia mempertaruhkan nyawanya untuk menemui kakaknya. Di sini, segala hal bisa terjadi. Jika salah mengambil langkah, Lacie mungkin akan terkurung dalam kegelapan, sama seperti orang orang Wonderland lainnya. Namun, demi menemukan kebenaran dan kedua kakaknya, Lacie harus mengambil resiko terparah. Dia harus memilihnya.

"Iya, aku Alice. Ada apa, Mose?"Tanya Lacie, memaksakan sebuah senyuman di wajahnya yang tiba-tiba terasa kaku. Kegugupan membuatnya takut. Mose mungkin saja bisa mengetahui bahwa Lacie berbohong. Melihat semuanya, Mose adalah orang yang tidak peduli dengan sebagian besar hal yang terjadi di Wonderland. Namun jika hal itu menyangkut tentang Alice, 

Mose akan mengetahuinya, bahkan berusaha untuk mengetahuinya.

Lama Mose menatap Lacie, dan tiba-tiba Mose pun menghela nafas panjang. Lacie menyadari bahwa Mose masih tidak sepenuhnya yakin. Lacie tidak mengetahui apa yang terjadi di sini. Terlihat Mose membuka mulutnya, mengatakan sesuatu. Namun.....

"Ka.... se.....arn.....sia....."

Lacie tidak bisa mendengarnya. Lacie tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Mose. Suara seperti suara bising tiba-tiba memenuhi telinganya. Dia melihat Mose lagi. Laki-laki itu sedang mengatakan sesuatu padanya. Namun karena suara bising itu, Lacie tidak bisa mendengar apa-apa.

Suara itu semakin keras, bersamaan dengan suara tangisan dan tawa yang terdengar di telinga Lacie. Dia tidak bisa mendengar hal lain selain suara suara yang menganggu itu. Mose di depannya masih terlihat berbicara. Laki-laki itu seolah olah tidak menyadari apa yang terjadi pada Lacie.

Merasa pusing, Lacie memegang kedua kepalanya dan berlutut di tanah. Kepalanya terasa sangat sakit. Di saat Lacie merasakan kesakitannya itu, samar-samar terlihat seuatu dari ujung mata Lacie. Gadis itu berbalik, melihat ke arah danau di sampingnya itu. Dan hal yang dilihatnya membuatnya terkejut.

Di seberang danau, terlihat bayangan hitam. Bayangan itu masih terlihat tidak karuan, seperti tongkat yang berombak rombak di sisi kanan dan kirinya. Dan kedua mata di ujung atasnya itu. Terlihat sedang menatap ke arah Lacie.

Dia berjanji kepada kami yang ada di wonderland, bahwa dia akan kembali.

2 tahun berlalu, dan dia kembali.

Tapi dia itu....

Entahlah, aku tidak tahu bagaimana menggambarkan gadis yang sudah berubah itu.

Suara Mose kembali terdengar di benak Lacie. Suara yang terdengar sedih, seolah olah ingin menangis. Lacie menyadari bahwa Mose merupakan orang yang terlihat sangat bingung. Sama halnya dengan Kate. Orang orang itu hidup dalam dunia halusinasi yang tercipta setelah Wonderland hancur. Mereka tidak berharap ini terjadi.

Bayangan hitam itu masih menatap Lacie. Tatapan datar itu seolah olah memiliki banyak arti. Namun Lacie tidak mengetahuinya. Segera setelah suara bising itu menghilang, Lacie tersadar. Dia melihat ke depan, ke arah Mose yang seharusnya ada di depannya. Laki-laki itu terlihat diam. Tatapannya kosong.

"Mose?" Lacie memanggil Mose, memastikan bahwa laki-laki itu baik-baik saja. Namun Mose sendiri tidak menjawab. Laki-laki itu terlihat melamun. Hal itu membuat Lacie menjadi panik dan gugup. Dia sendiri tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Mose tadi.

"Mose."Lacie kembali memanggil Mose. Dan betul,laki-laki itu melihat ke arahnya. Kembali menatap Lacie. Namun Lacie menyadari ada yang aneh dari tatapan itu. Tatapan itu terlihat lain. Mose memang merupakan orang yang tidak mempedulikan apapun, kecuali Alice. Tatapan serius Mose membuat Lacie merinding.

Apakah Mose menyadarinya?

"Mose, ap...!"

"Alice, aku menyadarinya. Aku mengingatnya." Mose terlihat tenang, namun Lacie menyadari ada kegugupan dan ketakutan dari suara laki-laki itu. "Wonderland hancur.Dunia ini....!Dunia ini sudah hancur."Ucap Mose dengan tangan gemetar. Laki-laki itu terlihat frustasi. Memorinya pasti sudah kembali. Apa yang Mose rasakan ketika mengetahui semuanya.

Namun sebuah suara retakan membuat Lacie terkejut. Danau itu membeku dan retak bagaikan kaca yang pecah. Retakannya menjalar ke segala arah, termasuk tanah yang diinjak oleh Lacie.

"Siapa kau sebenarnya, Alice?"Suara Mose membuat Lacie kembali melihat ke arah laki-laki itu.Namun yang terlihat adalah kegelapan tanpa adanya Mose disana.

Gugup,Lacie melihat sekeliling. Terlihat samar samar sebuah cahaya. Namun itu bukan cahaya lampu atau pun matahari. Saat Lacie sadar apa itu, mata itu menatapnya. Dan yang Lacie lakukan adalah mundur dua langkah menjauhi makhluk yang melihatnya itu.

Tikus itu lebih besar 3 kali lipat daripada Lacie. Mata merahnya menatap Lacie yang terlihat mulai ketakutan. Ketika menyadarinya, Mose terlihat berdiri di samping tikus besar itu. Terlihat menunduk dan melamun. Seperti Mary jika gadis itu merasa kesepian.

"Mose!"Lacie memanggil Mose, namun laki-laki itu tidak mendengarkan. Malah, tikus itu melihat ke arah Lacie dengan tatapan tajam. Kembalinya memori Mose membuat laki-laki itu menjadi bingung. Lacie mengerti. Saat ini, yang harus dilakukan Lacie adalah membuat Mose sadar.

"Kau benar Mose, Aku memang bukan Alice. Namaku Lacie."Ucap Lacie pelan, memikirkan setiap kata yang harus dikatakannya. Tikus besar itu malah maju selangkah ketika Lacie mengucapkan satu kalimat. Akibatnya, Lacie juga harus mundur menjauhi tikus itu.

"Kakakku adalah Alice, dan Mary adalah Alice kedua yang kembali ke sini menggantikan kakakku! Mose, sadarlah!" Lacie mengucapkan semua kata yang terlintas di kepalanya. Kembalinya memori Mose membuat laki-laki itu pasti mengingat semuanya. Mendengar kata Alice, Mose mengangkat kepalanya yang tertunduk, melihat ke arah Lacie.

"Alice? Mary?" Mose terlihat bingung.

"Mose, dunia ini sudah hancur. Dan agar Wonderland kembali seperti semula,aku membutuhkan bantuanmu."Ucap Lacie. Dia tahu apa yang dia katakan. Gadis itu tidak bisa mundur lagi. Tujuannya kesini adalah untuk mencari kebenaran. Masalah yang dihadapinya sekarang ini adalah masalah yang memang harus dihadapinya dalam mencari kebenaran itu.

"Apa yang bisa kulakukan? Aku hanyalah tikus bodoh."Ucap Mose sambil tertawa sinis. Dalam kebingungannya, susah baginya untuk menyadari mana yang benar dan bohong. Dia memandang rendah dirinya, sama seperti sebelum dia bertemu Alice yang sesungguhnya. Beda dengan sikap yang dia tunjukkan pada Mary yang menyamar menjadi Alice.

"Kau bisa membantuku untuk mengembalikan dunia ini menjadi baik kembali!!Mose, sadarlah!!" Lacie menyadari getaran di tanah yang dipijaknya. Tikus itu semakin mendekat, ingin memakan Lacie. Dan Lacie bisa melihat retakan putih di lantai hitam yang diinjaknya.

"Apa yang harus aku lakukan??" Mose memegang kepalanya, frustasi. Dia tidak tahu harus melakukan apa.

"Kau ingin bertemu dengan Alice lagi kan???Kau menyayanginya, kan!! Maka sadarlah dan bantulah aku dalam mengembalikan dunia ini, Mose!!" Lacie berteriak, kehabisan ide. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi di tengah ketakutannya melihat tikus besar berwarna hitam yang ingin memakannya itu. Tikus kegelapan itu memakan kekhawatiran Mose. Itulah mengapa Mose terlihat sangat tenang. Tanpa adanya rasa khawatir, Mose tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Broken Wonderland merusak orang orang di Wonderland. Kegelapan itu membuat orang orang di Wonderland menjadi rusak. Itu lah mengapa Ilyria mengatakan bahwa tempat ini merupakan Broken Wonderland. Dunia ini sudah hancur, dan orang-orang di dalamnya juga mulai hancur.

Mendengar perkataan Alice membuat Mose mulai sadar. Laki-laki itu menatap Lacie. Yang dilihatnya adalah seorang gadis yang mirip dengan Alice namun bukan Alice. Mose mengingat semuanya. Dan dia sadar, apa yang harus dia lakukan.

"Aku...Aku ingin mengembalikan dunia ini menjadi baik kembali. Aku ingin bertemu dengan Alice lagi." Ucap Mose pelan. Lacie bisa melihat sesuatu yang berbeda pada Mose. Laki-laki itu memang tenang, namun terlihat damai.

Dan retakan putih itu pun melebar dan kegelapan itu pun pecah.

Mereka berada di depan danau besar itu. Semuanya terlihat baik tanpanya ada perubahan. Danau itu tidak membeku. Lacie melihat ke seberang danau dan mendapati sesosok kegelapan yang berdiri di sana tadi berubah menjadi Mose. Dia terlihat damai dan tenang. Dan dia pun menghilang dengan senyuman tipis yang menghiasi wajah laki-laki itu.

"Lacie?"Suara Mose membuat Lacie tersadar dan gadis itu pun berbalik ke arah asal suara. Mose terlihat berdiri di sana, tenang dan damai. Melihat itu, Lacie tersenyum. Mose sudah kembali seperti semula.

"Terima kasih karena sudah menyadarkanku."Ucap Mose dengan tenang. Lacie sendiri hanya mengangguk. Dia mengerti. Mose menyayangi Alice, kakaknya. Kehancuran Wonderland karena Mary mungkin membuat Mose menjadi bingung. Entah apa yang dipikirkan Mose mengenai Mary yang menyamar menjadi Alice, namun setidaknya laki-laki itu sudah kembali baik seperti semula.

Tiba-tiba sebuah pintu muncul beberapa langkah disamping kanan Lacie dan Mose. Mereka pun melihat ke arah pintu yang berpendar putih kehitaman itu. Lacie tahu dia harus melanjutkan perjalanannya. Dan ketika Lacie kembali melihat Mose, laki-laki itu mengangguk mengerti.

"Sudah saatnya kau pergi, Lacie. Ah, salah. Alice, sudah saatnya kau melanjutkan perjalananmu."Ucap Mose. Namun Lacie hanya tersenyum. Disini dia adalah Alice, Alice ketiga. Orang -orang akan dan harus memanggilnya Alice disini.

"Ya, aku tahu. Aku akan membawa kembali kakakku."Ucap Lacie. Dan Lacie sedikit terkejut melihat Mose tersenyum tipis. "Jaga dirimu, Alice." Ucap Mose. Mendengar perkataannya sendiri, Mose kembali tersenyum. Itu adalah kata-kata yang dia katakan pada Alice ketika gadis itu kembali ke dunia aslinya sendiri.

"Aku percaya padamu. Buatlah Wonderland menjadi baik seperti semula."Ucap Mose pelan. Mendengar perkataan Mose, Lacie tersenyum dan mengangguk.

Lacie menatap pintu yang memiliki tulisan bertuliskan angka "3" itu. Dia harus melanjutkan perjalanannya. Demi mencari kebenaran yang tersembunyi dalam kegelapan di Broken Wonderland ini.Dan demi menyelamatkan kedua kakaknya. Lacie pun berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu. Dia berbalik dan tersenyum pada Mose. Lacie pun memasuki pintu ketiga itu.

Dan pintu ketiga pun terbuka........

*
Mose masih berdiri diam di sana. Adik Alice, gadis bernama Lacie itu,sang Alice ketiga, telah memasuki pintu ketiga dan melanjutkan perjalanannya. Pintu ketiga itu sendiri pun sudah menghilang. Memori Mose memang sudah kembali. Dia sudah mengingat semuanya. Dan dia mengingatnya dengan sangat jelas.

"Mary."

***

Terima kasih karena telah membaca cerita saya. Maaf karena saya baru update cerita ini sekarang. Terima kasih kepada para pembaca yang dengan sabar menunggu kelanjutan cerita ini. saya harap kalian menyukainya.Mohon maaf bila ada kesalahan.
Beri vote dan comment ya.
Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top